Kedelaiut 32.160
“Bila ingin menyelamatkan nyawamu, berbicaralah secara terus terang, mengerti?”
Jalan darah tosu itu tertotok hingga mulutnya tak mampu berbicara, badanpun tak dapat bergerak, hanya biji matanya saja yang berputar-putar panik.
Kembali Siau-wan membentak dengan suara dalam.
“Jangan kau anggap aku tak berani melukai dirimu. Kalau amarahku meluap, akan kusayati tubuhmu lebih
Kedelaiut 32.159
“Kebetulan berapa hari berselang telah datang seorang tabib yang hendak mengobati seorang pasiennya dari keracunan. Untuk kelancaran pengobatannya dia telah meminjam gedung tersebut untuk dipakai selama beberapa hari.”
“Lalu apa sebabnya pintu gedung itu tertutup rapat?”
“Sebab sicu yang menderita sakit itu telah keracunan hebat, untuk pengobatannya dibutuhkan waktu yang lama
Kedelaiut 32.158
Ternyata pikiran dan kesadarannya menjadi agak jernih. Dia seperti teringat kembali akan dirinya yang terlupakan, disamping itu perkataan dari dayang tersebut mendatangkan pula manfaat bagi dirinya.
“Kakek berambut putih itu hendak menggunakan ilmu Im-han-tok-kang untuk merubahmu menjadi seorang yang lain…...
“Obat ini mungkin bisa membuat kesadaranmu pulih kembali……”
“Jangan sekali-kali
Kedelaiut 32.157
“Kau suruh meninggalkan hasil karyaku yang telah kupupuk dan kubina selama hampir separuh hidupku ini?” seru si tosu sambil menahan rasa gemas.
Kakek berambut putih tertawa bergelak.
“Bila usaha kita telah berhasil dengan sukses dan seluruh dunia telah menjadi milik kita semua, apalah artinya tokoan semacam ini bagimu…..?”
Sekilas rasa girang
Kedelaiut 32.156
“Kho Beng, tataplah sepasang mataku tanpa berkedip. Jangan kau gerakkan badanmu, jangan menggunakan tenaga, ingat, aku sedang berusaha mengobati lukamu…….”
Kata-kata yang muncul dari bibirnya seakan akan mengandung semacam kekuatan atau daya pengaruh yang susah dilawan, membuat Kho Beng menuruti semua perintahnya tanpa membantah.
Mata, kecuali sinar mata terpancar dari
Kedelaiut 31.155
Kho Beng sama sekali tidak mengerti dari mana datangnya racun yang menyerang tubuhnya, sebab pikiran dan kesadarannya terasa kosong, kalut hingga tak berkemampuan lagi untuk berpikir.
Namun ia mengerti kalau tubuhnya saat itu sedang dibopong oleh si Kakek berambut putih tersebut. Beberapa kali dia ingin membuka mulut untuk bertanya,
Kedelaiut 31.154
Kakek berambut putih itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
“Walaupun aku amat membutuhkan uang tapi aku lebih mementingkan soal nama, bila kalian berdua merusak nama baikku aku tak terima…...”
“Lantas apa yang lotiang kehendaki?” Tanya Beng Gi-ciu sambil menggigit bibir menahan diri.
“Emas ini aku tak akan menerimanya lebih dulu, tunggu saja
Kedelaiut 31.153
“Bagaimana rasanya pil tersebut?”
“Rada getir, tapi setelah berada dalam perut rasanya menyegarkan……”
“Kalau begitu tak salah lagi, cepat kau himpun tenaga dalammu dan membawa sari obat tersebut ke seluruh badan. Aku jamin kesehatan tubuhmu segera akan pulih kembali seperti sedia kala.”
Kho Beng segera memejamkan matanya rapat-rapat dan mengikuti petunjuk
Kedelaiut 31.152
“Tentu saja amat besar hubungannya,” kata Kakek berambut putih itu tertawa ringan. “sebab hidungku ini memiliki ketajaman penciuman yang luar biasa, jauh berbeda dengan orang biasa……”
“Jadi maksud Lotiang, kau mengandalkan ketajaman dari daya penciuman hidungmu itu?”
“Tepat sekali!” kakek itu manggut-manggut. “Memang begitulah yang kumaksudkan.”
Beng Gi-ciu segera mendesak lebih
Kedelaiut 31.151
Sewaktu diperlihatkan dengan seksama, terdengar si pendatang hanya terdiri dari seorang.
Siau-wan segera berbisik.
“Yang datang kali ini hanya seorang, mari kita bunuh saja orang itu……”
“Tutup mulut,” buru-buru Beng Gi-ciu membentak.
Belum habis suara langkah manusia itu sudah kedengaran semakin nyata, tampaknya orang tersebut berjalan amat lamban.
Tanpa terasa Kho Beng berpikir