Home → Bacaan → Naga Bhumi Mataram: Mengungkap Jati Diri (AKA Warisan Naga Branjangan I)
PROLOG
Tlatah Yawadwîpa satu setengah abad di ujung milenium pertama berakhir. Pada waktu itu, telah berdiri sebuah kerajaan besar. Kerajaan dengan warisan berupa mahakarya dunia. Warisan itu lahir dari prakarsa dan kebesaran para penguasa kerajaan itu. Maha karya luar biasa. Diakui salah satu keajaiban dunia. Kerajaan itu tercatat dengan nama kerajaan Medang atau Mataram Kuno. Catatan lain menyebutnya dengan Bhumi Mataram. Kerajaan itu telah tegak berdiri sejak abad kedelapan, menguasai tanah Yawadwîpa lebih dari empat abad.
Sebagaimana tergurat dari catatan pada sebuah batu, Pendiri Kerajaan itu adalah Raka i Mataram Ratu Sanjaya, Sang Wamçakarta (pendiri wangsa). Wangsa Sanjaya (Canggal, 732 Masehi). Banyak sumber mengatakan bahwa Raja itu menguasai kitab suci, seni bela diri, dan juga kekuatan militer. Dengan kekuatannya, dia telah menaklukkan daerah-daerah tetangga sekitar kerajaannya dan memerintah dengan bijaksana sehingga tanah Yawadwîpa diberkati dengan perdamaian dan kemakmuran.
Setelah lebih dari dua dasawarsa memerintah, Raka i Mataram Ratu Sanjaya digantikan Putranya, Raka i Tejah Purnapana Panangkaran. Di masa pemerintahan Putra Sanjaya ini, muncul kekuatan lain. Yakni Wangsa Syailendra, yang tampil menguasai Bhumi Mataram. Sejak masa pemerintahan Raka i Tejah Purnapana Panangkaran, Bhumi Mataram terbagi ke dalam dua kekuatan besar, yaitu: Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra. Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa menguasai Bhumi Mataram di Bagian Utara, sedangkan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha menguasai Bhumi Mataram di Bagian Selatan.
Dalam perjalanannya, diakui atau tidak dua Wangsa Utama itu terus bersaing untuk tampil menjadi Penguasa Bhumi Mataram. Persaingan itu begitu mendalam. Berurat-akar dan beranak-pinak menjangkau keturunan dua Wangsa Utama itu. Bahkan, persaingan antar-wangsa telah tampil dalam bentuk benturan-benturan. Benturan-benturan yang melibatkan angkatan perang di bawah dua wangsa itu.
Tampil seorang Samaratungga. Penguasa berdarah Syailendra. Pembangun mahakarya dunia tak lekang waktu. Dua wangsa yang bersaing telah direkatkan. Direkatkan oleh Samaratungga. Lewat mahligai perkawinan figur utama dua wangsa. Perkawinan antara Puterinya, Pramodyawardani, Puteri Wangsa Syailendra, dengan Raka i Pikatan dari Wangsa Sanjaya. Perkawinan itu telah meleburkan persaingan menjadi penyatuan. Penyatuan dua Wangsa di Bhumi Mataram. Melalui pernikahan itu, Raka i Pikatan didampingi Pramodhawardhani, sebagai Permaisuri, tampil berkuasa di Bhumi Mataram (883-856 M).
Penyatuan atas dua wangsa ini, bukan tanpa halangan. Balaputradewa, anak Samaratungga dengan Dewi Tara, wanita dari kerajaan Sriwijaya, telah menentang keras ikatan perkawinan itu. Takut perkawinan itu menghancurkan kekuasaan dari Wangsa Syailendra yang sudah dibangun kuat dan besar pada masa Samaratungga.
Tidak dapat dihindari, pertentangan ini telah membangkitkan perang saudara. Perang antara pihak yang ingin mempertahankan kejayaan Wangsa Syailendra dengan pihak yang hendak melakukan perluasan kekuasaan. Perluasan lewat penyatuan dua Wangsa Syailendra-Sanjaya melalui perkawinan itu.
Balaputeradewa dan pendukungnya tidak sekuat Pramodyawardani dan Raka i Pikatan. Ia kalah dan menyingkir dari Yawadwîpa. Menyingkir ke Suarnadwipa dan membangun kekuatan Sriwijaya di sana. Di tangan Balaputeradewa, Sriwijaya meraih kebesaran. Tercatat sebagai salah satu Kerajaan Pemersatu Nusantara. Kebesaran Sriwijaya tidak lebih dari hasil sampingan guncangan dua Wangsa Utama di Bhumi Mataram.
Sejak perang saudara padam, Bhumi Mataram sepenuhnya ada dalam kekuasaan Raka i Pikatan dan Pramodyawardani. Sejak saat itu, Bhumi Mataram mengalami kejayaan, berkembang luas menjangkau wilayah Yawadwîpa Tengah dan Timur. Kebesaran dari dua Wangsa dalam kesatuan.
Kesatuan dua wangsa tidak hanya mendatangkan kebesaran, tapi juga kerukunan dan kemesraan. Antara dua keyakinan utama di Bhumi Mataram: Hindu dan Buddha. Dua keyakinan utama berjalan berdamping di bawah kesatuan dua wangsa. Sejumlah bangunan suci dibangun dan didirikan. Baik bercorak Buddha maupun Hindu.
Tanda paling kental dari kerukunan dan kemesraan mengemuka pada Candi Plaosan. Sebuah candi, bangunan suci Hindu, dengan corak Buddha. Candi bercorak Buddha itu dibangun oleh Raka i Pikatan. Penguasa penganut Hindu, sebagai persembahan untuk Pramodyawardani. Persembahan untuk kebesaran keyakinan yang dipeluk Pramodyawardani, Permaisuri Pikatan. Persembahan bagi Hyang Buddha!
Suami isteri, Pikatan-Pramodyawardani, tidak hanya mendatangkan keadaan makmur dan sejahtera tapi juga kehidupan rukun dan mesra. Bebas dari sekat-sekat wangsa dan keyakinan. Begitulah seharusnya kehidupan berlangsung: makmur sejahtera dan rukun mesra!
Sayangnya, kehidupan itu selalu terancam oleh penghianatan. Ia tidak berlangsung sebagaimana mestinya: makmur sejahtera dan rukun mesra! Begitupun kehidupan di Bhumi Mataram. Tidak lepas dari ancaman penghianatan itu.
Sepeninggalan Raka i Pikatan, kekuasaan di Bhumi Mataram diteruskan ke tangan Raka i Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Anak Raka i Pikatan-Pramodyawardani. Penghianatan terhadap kehidupan di Bhumi Mataram tampil mengemuka dan mengusik keadaan makmur sejahtera dan rukun mesra. Sumber penghianatan itu tidak lain: persaingan dua Wangsa Utama. Persaingan antara dua wangsa utama kembali mengeras dan tampil ke permukaan. Persaingan antara wangsa untuk duduk berkuasa di atas tahta. Tidak seperti sebelumnya, persaingan antara wangsa pada Bhumi Mataram di bawah Raka i Kayuwangi ditunjukkan secara terang terbuka. Bukan hal tabu yang harus ditutup rapat.
Ini dapat ditunjukkan dengan tampil sejumlah nama raja. Nama raja lain di luar Raka i Kayuwangi. Disebut-sebut sebagai penguasa di luar Raka i Kayuwangi: Maharaja Raka i Gurunwangi dan Maharaja Raka i Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Raka i Kayuwangi bukanlah satu-satunya penguasa dari Bhumi Mataram.
***
Kisah NAGA BHUMI MATARAM mengambil latar pada masa-masa akhir dari kerajaan Mataram Kuno atau Bhumi Mataram itu. Yakni, di saat persaingan antar kedua wangsa itu mencapai babak akhir. Kisah ini merupakan suatu fiksi yang dibangun berdasarkan informasi yang ada seputar era akhir kerajaan Mataram Kuno. Tokoh utamanya adalah seorang pemuda bernama Arga Tiwikrama. Yang tidak diketahui siapa ayah ibunya, hanya dikatakan tinggal sejak kecil bersama seorang Paman. Pejabat Utama Kota Tembelang sekaligus Ketua Perguruan Merak Mas.
Pemuda itu beruntung mendapatkan warisan dari seorang tokoh masa silam. Naga Branjangan. Berbekal warisan itu, ia menelusuri jejak asal usulnya dan berdiri tegak sebagai Satria Pembela Bhumi Mataram. NAGA BHUMI MATARAM bertutur mengenai perjalanan pemuda itu. Bagaimana itu akan berkesudahan? Whatever will be, will be.
Selamat menikmati.
***
CATATAN:
Kisah ini sebelumnya telah dimuat di www.indozone.net dengan judul Warisan Naga Branjangan. Maaf, tulisan tersebut tidak tamat. Sebagai penebusan, kisah itu dimuat kembali dalam judul Naga Bhumi Mataram: Mengungkap Jati Diri dalam bentuk yang sudah tamat.
Pengarang | el Pramono |
---|---|
Tamat | Tidak |
HitCount | 53.986 |
Nilai total | ![]() |
1 | ![]() |
GUA DI GUNUNG PAWAKA JANTERA
onomarp 15 Desember 2012 jam 10:58am |
2 | ![]() |
PERGURUAN SWARNA MANYURA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:03am |
3 | ![]() |
BRANJANGAN NAGA ANTA PAKUWO
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:07am |
4 | ![]() |
RAJA DUNIA TUNGGAL
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:08am |
5 | ![]() |
EMPAT KOTA UTAMA PEMERINTAHAN
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:09am |
6 | ![]() |
BARA API DARI TIMUR
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:12am |
7 | ![]() |
HITA HARSIKA PRAJA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:13am |
8 | ![]() |
KANAKA SOMA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:14am |
9 | ![]() |
IRONIS: PENAWAN TERTAWAN
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:16am |
10 | ![]() |
UTUSAN REMBULAN EMAS
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:17am |
11 | ![]() |
BAYANG-BAYANG CHANDRAKAPALA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:18am |
12 | ![]() |
MENARI DENGAN KANAKA SOMA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:19am |
13 | ![]() |
PANCAWARA JADI RACANA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:21am |
14 | ![]() |
PRASODA NAWA SANGHARA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:28am |
15 | ![]() |
WATUGALUH PÈNGERAN PATI
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:31am |
16 | ![]() |
CURIRANA, KEKUATAN IBU
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:35am |
17 | ![]() |
UNDANGAN PANGERAN SEPUH
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:36am |
18 | ![]() |
CHANDRAKAPALA ASCARYA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:38am |
19 | ![]() |
PADEPOKAN CHANDRAKAPALA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:39am |
20 | ![]() |
WISUDHA DI WATUGALUH
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:40am |
21 | ![]() |
CHANDRAKAPALA ASCARYA SAMUWA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:41am |
22 | ![]() |
PÈNGERAN PATI TITIK MELIK
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:42am |
23 | ![]() |
ANIS WILMUKA KAWURYAN
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:43am |
24 | ![]() |
BERTANDANG KE MERAK MAS
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:44am |
25 | ![]() |
KARKASA BAYU JAUL
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:45am |
26 | ![]() |
TEMBELANG GEGER RANCANG
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:46am |
27 | ![]() |
MAHESWARI TAKLUK
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:47am |
28 | ![]() |
BUKAN UNCALAN! IA ANJAYA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:49am |
29 | ![]() |
BAWANA MANYURA SAPTA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:50am |
30 | ![]() |
SWARNA MANYURA DUTA CARA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:51am |
31 | ![]() |
MENYIBAK TABIR DUA PERKARA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:56am |
32 | ![]() |
RAJA TATU SAMARAGRAWIRA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:57am |
33 | ![]() |
TEMBELANG PARIPURNA RANCANA
onomarp 15 Desember 2012 jam 11:58am |
34 | ![]() |
SIKARA MEMINTA PENEBUSAN
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:00pm |
35 | ![]() |
JATI DIRI ARGA TRIWIKRAMA
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:03pm |
36 | ![]() |
PANTAKA SAMARAGRAWIRA
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:04pm |
37 | ![]() |
RANCANA TUMRAP RANCANA
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:06pm |
38 | ![]() |
ABHIPRAYA, ABHINAYA MURAT
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:08pm |
39 | ![]() |
SIKARA KALINDHIH
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:09pm |
40 | ![]() |
EPILOG
onomarp 15 Desember 2012 jam 12:12pm |
Baca semua komentar (22)
Tulis Komentar
#18 | ![]() |
bagong
21 Januari 2013 jam 8:12am
 
Mas Pram, kemaren ngeliat bukunya di Gramedia. Itu yg seri I atau II ya? |
#19 | ![]() |
Han1977
21 Januari 2013 jam 8:19am
 
Mas Pram, ada tips2 tertentu supaya tulisan kita bisa diminati penerbit ga? |
#20 | ![]() |
kurotagusu
28 Januari 2013 jam 7:16pm
 
sehari selesai di baca |
#21 | ![]() |
alfin15
3 Juli 2016 jam 7:13am
 
ceritanya mantap suhu semoga lanjutannya cpet terbit suksel eelalu suh |
#22 | ![]() |
Achmadb4
5 Februari 2019 jam 8:06am
 
Gua yg sama, akhirnya dua naga branjangan bertempur |