PENDEKAR PULAU NERAKA - Pembalasan Ratu Sihir

HomeBacaanPENDEKAR PULAU NERAKA - Pembalasan Ratu Sihir

avatar Sugeng789
16 April 2018 jam 7:08pm

PENDEKAR PULAU NERAKA -
Pembalasan Ratu Sihir

Dari kejauhan, Gunung Tangkar
tampak menjulang tinggi
mencakar langit. Puncaknya yang
membentuk kerucut, selalu terselimut oleh kabut tebal. Dalam
beberapa tahun belakangan ini, tak
seorang pun yang berani mendaki
gunung itu. Hal itu disebabkan oleh
adanya seorang perempuan tua
yang bersemayam di puncaknya. Dia adalah seorang yang ahli
dalam ilmu sihir dan sangat kejam.
Maka tidak heran kalau desa-desa
di sekitarnya selalu tampak sunyi,
jauh dari kegiatan sehari-hari.
Namun keangkeran gunung itu tidak menghalangi seorang laki-
laki tua yang diikuti oleh sekitar
dua puluh orang, mendaki Lereng
Gunung Tangkar itu dengan
langkah-langkah lebar dan
tergesa-gesa. Laki-laki itu adalah Ketua Padepokan Tongkat Merah,
yang bernama Ki Pulut. Sedangkan
para pengikutnya yang
berjumlah dua puluh orang
tersebut, adalah murid-muridnya.
Mereka terus mendaki tanpa menghiraukan lagi keangkeran
gunung itu.
Di samping Ki Pulut, berjalan
seorang gadis yang beusia sekitar
delapan belas tahun.
Dia berpakaian warna hijau muda dan sangat ketat, sehingga lekuk-
lekuk tubuhnya yang indah dan
ramping terlihat jelas, sementara
rambutnya yang hitam dan
panjang terikat oleh kain pita yang
warnanya hijau. Sedangkan dipinggangnya terselip sebilah
pedang pendek yang gagangnya
berbentuk kepala naga, dan
bermata dari batu merah delima.
"Masih jauhkah letak puncaknya,
Ayah?" tanya gadis itu. Suaranya
mendesah dan terputus-putus
lantaran kecapaian.
"Kenapa? Takut?" Ki Pulut balik
bertanya. Gadis itu tidak
menjawab. "Dewi, sudah kukatakan sejak
semula, sebaiknya kau tinggal saja
di padepokan. Nyai Lumping itu
orangnya sangat kejam dan ilmu
sihirnya sangat tinggi. Aku saja
belum tentu mampu menandinginya," kata Ki Pulut
setengah kesal.
"Kalau Ayah sendiri sudah merasa
tidak akan mampu menandinginya,
kenapa menyanggupi juga
perintah Gusti Prabu Indrajaya?" "Titah seorang raja tidak bisa
dibantah, Anakku. Kau tahu, apa
akibatnya kalau aku sampai
menolak perintah itu? Bukan saja
padepokan kita akan hancur tapi
kita semua juga akan mati di tiang gantungan"
"Huh Apakah sikap semua raja
selalu begitu?" dengus Dewi
Puspita.
"Tidak semuanya begitu, Dewi. Ada
juga seorang raja yang bijaksana dan adil. Dan tidak pernah
membebani rakyat dengan tugas-
tugas yang berat."
"Kan masih banyak padepokan-
padepokan lain yang lebih besar,
Ayah. Kenapa Gusti Prabu menunjuk padepokan kita?"
"Dewi, sebelum aku mendirikan
Padepokan Tongkat Merah, aku
adalah seorang panglima perang.
Dulu, kerajaan Bumi Loka masih
diperintah oleh Ayahanda Gusti Prabu Indrajaya. Dan aku
mengundurkan diri setelah Gusti
Prabu Swarajaya mangkat. Aku
merasa sudah tua dan tidak kuat
lagi untuk memimpin sekian ribu
prajurit." "Aku merasa bahwa perintah ini
bukan datang dari Gusti Prabu
Indrajaya. Aku menduga hal ini
adalah ulah...."
"Dewi Jangan coba-coba
berprasangka buruk dulu pada orang lain," potong Ki Pulut agak
membentak.
"Ayah tidak perlu menutup-nutupi
hal ini, aku sudah tahu semuanya.
Aku juga mengerti kenapa Ayah
mengundurkan diri dari jabatan panglima. Dan aku juga sudah
tahu, kenapa...?"
"Sudahlah, Dewi. Tuhan Maha Adil,
barang siapa yang menanam, pasti
akan memetik hasilnya Yang
penting sekarang, kita harus melaksanakan tugas berat ini.
Lihat, sebentar lagi kita akan
sampai di puncak. Mudah-mudahan
Nyai Lumping mau menerima
kedatangan kita dengan baik."
Meskipun dalam hatinya Dewi Puspita tidak menyetujui sikap
ayahnya itu, namun dia tidak
banyak bertanya lagi. Dia hanya
berpikir, siapa pun orangnya, pasti
akan menolak tugas ini. Karena
semua orang tahu, menemui Nyai Lumping berarti menyerahkan
nyawa dengan sia-sia.
Tiba-tiba Ki Pulut mengangkat
kedua tangannya tinggi-tinggi di
hadapan murid-muridnya. Seketika
pula pengikutnya itu langsung berhenti melangkah dan segera
mencabut senjatanya masing-
masing. Tapi Ki Pulut segera
memerintahkan untuk menyimpan
kembali senjata mereka. Kini
perasaan tegang dan mencekam melanda mereka semua.
Sejenak Ki Pulut mengedarkan
pandangan berkeliling. Namun
sejauh matanya memandang,
hanya kabut tebal yang terlihat.
Sementara angin yang bertiup kencang menyebarkan hawa
dingin seperti menusuk tulang.
Mereka sekarang sudah berada
Puncak Gunung Tangkar, di mana
wanita tua yang berjuluk Ratu Sihir
itu tinggal...

Pengarang Teguh S
Tamat Ya
HitCount 2.499
Nilai total rating_4

Bab

1 Bab 1
Sugeng789 16 April 2018 jam 8:46pm
2 Bab 2
Sugeng789 16 April 2018 jam 9:18pm
3 Bab 3
Sugeng789 16 April 2018 jam 9:24pm
4 Bab 4
Sugeng789 16 April 2018 jam 9:38pm
5 Bab 5
Sugeng789 16 April 2018 jam 9:43pm
6 Bab 6
Sugeng789 16 April 2018 jam 10:16pm
7 Bab 7
Sugeng789 16 April 2018 jam 10:26pm
8 Bab 8
Sugeng789 16 April 2018 jam 10:32pm
9 Bab 9
Sugeng789 16 April 2018 jam 10:36pm
10 Bab 10
Sugeng789 17 April 2018 jam 3:32am
11 Bab 11
Sugeng789 17 April 2018 jam 3:39am
12 Bab 12
Sugeng789 17 April 2018 jam 3:45am
13 Bab 13
Sugeng789 17 April 2018 jam 3:53am
14 Bab 14
Sugeng789 17 April 2018 jam 4:06am
15 Bab 15 - TAMAT
Sugeng789 17 April 2018 jam 4:13am

Belum ada komentar

icon_add Tulis Komentar