Home → Ulasan → Film → Seven Swords
Seven Sword of Mount Heaven
(Thai Shan Qi Jian)
Directed/Produced/Written by: Tsui Hark
Characters:
Donnie Yen as Chu Zhaonan (Big brother) + Dragon
Sun Honglei as Fire-Wind
Charlie Yeung as Wu Yuanyin + Heaven's Fall
Kim So Yeun as Green Pearl
Liu Chialiang as Fu Qingzhu + Unlearnt
Zhang Jingchu as Liu Yufang
Li Ming as Yang Yunchong (2nd brother) + Transience
Lu Yi as Han Zhibang + Deity
Tai Liwu as Xin Longzhi + Starchasers
Duncan Zhou as Mulang + Celestial Beam
Synopsis:
Manchu, yang saat itu berkuasa di China, merasakan banyaknya ancaman dari pemberontak mulai menerapkan peraturan pelarangan praktek kungfu dan pemilikan senjata tajam. Kelompok pemburu di bawah pimpinan Fire wind menjadi perpanjangan tangan istana Qing yang menerapkan aturan baru ini dengan semena-mena. Sekedar untuk mempercepat penumpukan kekayaannya, Fire Wind menghalalkan segala cara dan secara membabi-buta membantai banyak rakyat tidak bersalah. Di saat inilah muncul tujuh pendekar yang menjadi penghambat Fire Wind. Ke tujuh pendekar ini di kenal dengan sebutan tujuh pedang dari gunung Thian.
Storyline and Review:
untuk Story
Seven Sword mengambil tokoh-tokoh dari novel karangan Liang Yusheng yaitu serial pendekar gunung Thian. Meskipun mengambil tokoh dari serial wuxia yang terkenal ini tapi ceritanya sudah tidak lagi sesuai dengan novel aslinya. Tsui Hark menyuruh Cheung Chising, penulis skenarionya, untuk menulis sebuah cerita yang bisa menggabungkan sebanyak mungkin unsur dari tokoh-tokoh dalam novel serial tersebut. Dan dengan alasan waktu yang terlalu pendek, film yang setelah lolos sensor 'hanya' berdurasi dua setengah jam ini, dianggap sebagai bagian pertama dari enam film yang direncanakan.
Plot yang diambil adalah plot populer untuk semua jenis film aksi. Bad vs good, yang baik melawan yang jahat, putih melawan hitam. Plot ini tidak berbeda dengan novel aslinya. Yang berbeda hanyalah jalan ceritanya saja. Karena ada perbedaan jalan cerita, tentu saja para tokoh juga muncul di masa-masa yang berbeda. Tampaknya ini dianggap wajar, karena bagaimanapun juga Crouching Tiger Hidden Dragon melakukan hal yang hampir sama meskipun dengan kadar yang jauh tingkatnya.
Rasanya tidak mudah untuk memberi komentar yang tepat, karena film ini hampir betul-betul datar. Hanya sedikit titik puncak yang bisa dianggap memberi riak dalam film ini, contohnya yaitu pada saat ke tujuh pendekar pedang muncul untuk menyelamatkan desa yang diserang kelompok Fire Wind. Tidak ada yang rumit atau membingungkan dari jalan cerita yang disuguhkan di film ini. Meski banyak orang menganggap ini sebagai bukti betapa remehnya film yang dihasilkan Tsui Hark tapi sebenarnya boleh dibilang ini juga merupakan trade-mark (merek dagang) dari keberhasilan sutradara terkenal ini. Film-film Tsui boleh dibilang selalu memiliki jalan cerita yang mudah diikuti dan jarang menyesatkan. Saking sederhananya.
Memang tidak mudah untuk bisa memasukkan unsur drama dari novelnya yang begitu panjang ke dalam film. Keindahan jalan cerita orisinal yang dirangkai oleh Liang Yusheng tidak terasa di film ini. Tapi Tsui berhasil membawa nuansa yang khas, yang tidak (atau belum) dimiliki sutradara film-film wuxia lainnya. Biarpun beberapa film-film terbarunya tidak berkesan, tapi Time and Tide menandai kebangkitannya dan Seven Sword menunjukkan bahwa ia belum kehilangan kepiawaiannya.
Karakter:
buat Donnie Yen, Kim So Yeun, Lu Yi, Tai Liwu, Duncan Zhou dan Li Ming
Liu Chialiang
buat Sun Honglei, Zhang Jingchu dan Charlie Yeung
Tokoh-tokoh utama dalam film ini begitu banyak sehingga sulit bagi masing-masing karakter untuk berkembang secara bebas. Dari semua pemain film ini Sun Honglei, Zhang Jingchu dan Charlie Yeung dengan mudah mengungguli para pemain lainnya. Sun dan Zhang adalah pemain-pemain watak, tidak sukar bagi mereka berakting bagus seperti di film ini. Menurut saya, Charlie Yeung lebih berhasil lagi karena ekspektasi saya tadinya tidak begitu tinggi untuk aktris ini. Ketiga pemain ini masing-masing berhasil membawakan peran mereka dengan baik dan mulus. Tsui telah memilih pemain yang baik untuk tiga tokoh ini. Sayangnya walaupun ketiganya berperan dengan baik, tidak ada perkembangan karakter untuk tiga tokoh yang mereka mainkan.
Liu Chialiang mempertaruhkan reputasinya dengan mengatakan bahwa ini akan jadi film terakhir di mana ia bermain. Menurut hemat saya, Liu memang tidak pernah berpura-pura jadi aktor drama. Dia adalah aktor laga dan Liu melakukannya dengan sangat baik. Kalau ini adalah film laga terakhirnya maka artinya sinema Asia kehilangan salah satu tokoh yang berpengaruh untuk perkembangan film-film laganya.
Donnie Yen dan para pemain lainnya bermain dengan cukup baik. Saya tidak berharap Donnie bisa menampilkan karakterisasi dengan baik, saya hanya mengharapkan supaya Donnie menyuguhkan adegan laga yang menawan. Donnie berhasil membawakan perannya sebagai murid terbaik Shadow Glow dengan sangat baik.
Kejutan datang dari Li Ming. Dari semua filmnya yang dulu, Li Ming tidak pernah memberi kesan sedikitpun akan 'akting'nya. Di film-film terdahulunya, saya merasa apabila kita menggantikan Li Ming dengan Doyok, mungkin filmnya bisa jadi lebih menarik. Mungkin. Tapi kali ini berbeda. Li Ming tampil tidak terlalu mengecewakan. Sosok Yang Yunchong yang pemaaf dan easy-going dibawakannya dengan cukup lancar. Tentu saja, untuk adegan laganya dia lebih baik digantikan dengan stunt saja.
Grafik/Picture/Koreografi:
Nilai plus di hampir semua produksi Tsui Hark adalah visinya yang selalu berada di sisi yang secara tegas menempatkannya sebagai sineas yang berbeda dari sineas-sineas lainnya. Tsui tidak ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru, juga tidak ragu untuk mengekspresikan hasratnya untuk membuat film yang besar. Besar baik dalam pengambilan gambar, artistik dan bahkan sampai ke adegan berkelahi yang ditampilkan. Dan terutama, besar dalam hal biaya produksi.
Lokasi shooting adalah di Xinjiang, karena gunung Thian ada di daerah itu. Perkampungan khusus untuk shooting desa dan markas kelompok Fire Wind dibangun di daerah itu juga. Dengan lokasi yang orisinil, Tsui ingin membawa suasana daerah dingin gunung Thian.
Seven Sword memiliki nilai artistik dan koreografis yang jelas melebihi serial Once Upon a Time in China. Sayangnya Tsui Hark masih saja membawa kebiasaannya menampilkan tokoh protagonisnya seakan-akan mempunyai kemampuan dewata. Masih ingat bagaimana Huang Feihung menghajar segudang jagoan di serial-serial Once? Atau bagaimana Ling Huchong hampir sesakti Dongfang Bubai di Swordman?
Di luar kelemahan tersebut, adegan berkelahinya, memang tidak mengecewakan. Koreografernya adalah Liu Chialiang. Hasilnya tidak perlu diragukan lagi.
Music dan Sound:
Dubbing suara para pemain tampaknya tidak terlalu menyatu dengan film. Kesan bahwa para aktor mengisi suara di studio hampir selalu terasa. Kalau Tsui ingin memperbaiki salah satu unsur dalam filmnya, menurut saya sebaiknya unsur inilah yang harus dibereskan.
Musik di sepanjang film ini terasa kurang dukungannya. Sungguh sayang mengingat komposer yang dipakai adalah Kenji Kawai yang dulu menghasilkan score untuk anime Ghost in the Shell. Mungkin Kenji perlu membaca banyak novel wuxia lebih dulu? Atau mungkin Tsui Hark lebih baik mencari mengganti Kenji Kawai bila sequel Seven Sword betul-betul akan dibuat?
Kesimpulan:
Overall score + 1/2.
Bagi yang menyukai novel wuxia orisinilnya dan tidak suka melihat cerita kesayangannya dibantai sedemikian rupa, film ini merupakan tontonan yang harus dihindari.
Tapi buat penggemar film wuxia tanpa peduli dengan cerita orisinilnya, Seven Sword adalah film wajib.
Nilai | ![]() |
---|---|
Kategori | Film |
Negara | China |
Tahun | 2005 |
HitCount | 1.635 |
Baca semua komentar (1)
Tulis Komentar
#1 | ![]() |
ririn
22 Februari 2006 jam 3:20pm
 
g belum pernah baca bukunya sih, jd g sih suka aja ama ide ceritanya, fighting scenenya juga bagus |