Z4 One: KUDETA Jendral Weng

HomeCerita PendekZ4 One: KUDETA Jendral Weng

Nurslamet
6 Februari 2021 jam 9:49am

Aku, Z4 One, utusan Kaisar Quantum. Aku sekarang bukan lagi komandan Stasiun Angkasa Zetfour. Stasiun angkasa yang aku tempati sudah meledak. Ini kisahku yang ke empat. Kisah hidupku yang tidak bisa aku tebak. Tidak bisa aku prediksi. Aku menyangka akan menghabiskan sisa hidupku di Stasiun Angkasa Zetfour. Aku akan mati di sana. Mati sebagai komandan Zetfour. Namun siapa sangka tragedi itu datang. Ada pihak yang mau mengambil alih Zetfour. Dari pada Zetfour jatuh ke tangan musuh dan disalahgunakan lebih baik aku ledakan saja. Dan keputusan konyolku ini ternyata awal dari takdir baruku...

*****

Pesawat angkasa mini Mig-25 yang aku bawa melesat membelah jagat raya meninggalkan Zetfour yang telah berubah menjadi lautan api. Ledakannya membentuk bola api raksasa. Beruntung aku sudah menonaktifkan semua senjata pemusnah massal dan merusak sistemnya agar tidak ikut meledak atau aktif ketika Zetfour meledak. Bila tidak maka badai termonuklir akan mengamuk di angkasa luar dan tentu saja akan berakibat fatal bagi penduduk bumi.

Tiba-tiba sebuah portal mirip lubang hitam muncul di depanku dan dari dalamnya muncul beberapa pesawat yang aku kenali sebagai pesawat penghancur, pengangkut pasukan elit kekaisaran dan yang paling depan pesawat pribadi Kaisar Quantum.

"Z4 One, Z4 One. Apakah kau bisa mendengar aku? Aku Aurora. Tolong balas bila kau mendengar aku," suara dari Z5, laptop miniku yang tanpa aku sadari telah aktif dan aku baru sadar kalau warna laptopku telah berubah dari hitam menjadi silver. Perubahan lain yang membuat aku terkejut Z5 melayang dan berubah bentuk menjadi pesawat mini ruang angkasa dan dari pesawat mini dengan cepat berubah menjadi robot yang juga berukuran sebesar laptop miniku.

"Transformasi sudah selesai dan berhasil. Semua sistem sudah aktif dan siap digunakan," suara Z5 yang ku dengar berbeda dari suara Z4X.

"Z5 apa yang terjadi dengan putri Aurora?" tanyaku.

"Namaku Maxtron. Tuan panggil namaku Maxtron. Z5 nama masa laluku. Kini aku Maxtron," suara Z5 yang kini telah bertransformasi menjadi Maxtron.

"Oke, Maxtron. Sambungkan aku dengan putri Aurora!" perintahku. Maxtron tidak menjawab tetapi sebuah layar muncul dan terlihat putri Aurora di dalam kabin pesawat pribadi Kaisar Quntum.

"Tuan Putri, apa yang terjadi?" tanyaku.

"Paman Zex, Jendral Weng dan perdana mentri Mincun telah menangkap dan memenjarakan ayah dan semua pejabat yang loyal ke ayah. Aku juga mau ditangkap tapi bisa meloloskan diri. Sekarang mereka mengejar aku. Tolong aku Z4 One!" kata putri Aurora dengan wajah cemas .

Sejenak aku berpikir. Apa yang bisa aku lakukan untuk menolong putri Aurora? Aku seorang diri sementara yang mengejar dan yang akan menangkap putri Aurora adalah prajurit khusus yang pasti sudah berbelot dan di bawah perintah jendral Weng.

"Maxtron, apa yang bisa aku lakukan?" tanyaku pada Maxtron di tengah kebingunganku akan langkah apa yang akan aku ambil.

"Langkah pertama kita harus menghindari dulu sang pengejar dengan berpindah tempat," sahut Maxtron.

"Tapi bagaimana caranya?" tanyaku tetap masih bingung langkah penyelamatan apa yang harus aku ambil untuk menolong putri Aurora.

"Serahkan pada hamba, tuan..." jawab Maxtron.

"Oke, lakukan apapun itu asal putri Aurora terselamatkan!" perintahku.

"Siap, tuan..."

Dalam sekejap pemandangan di depanku berubah. Terlihat sebuah puncak gunung dengan hutan menghijau dan sungai mengalir di lembahnya.

"What are you doing, Maxtron?" tanyaku heran.

"Tenang, tuan. Hamba telah memindahkan kita dan tuan Putri ke Bumi. Untuk sementara kita aman. Tuan dan Tuan Putri bisa mendarat di atas gunung itu. Langkah selanjutnya akan kita pikirkan nanti," sahut Maxtron.

Aku menghela nafas lega. Paling tidak aku dan Tuan Putri memiliki sedikit waktu untuk merancang langkah apa yang akan diambil selanjutnya untuk menyelamatkan diri dari pengejaran pasukan khusus yang sudah membelot pada jendral Weng. Si pengkhianat yang sudah mengkudeta Kaisar Quantum, orang yang sudah mengangkatnya dari perwira biasa ke posisi panglima angkatan bersenjata kekaisaran Quantum. Di tangannya tongkat komando semua tentara dan jajaran elit militer berada. Kebaikan sang kaisar dibalasnya dengan pengkhianatan. Air susu dibalas air tuba. Seperti pepatah menolong anj*ng terluka, setelah sembuh penolongnya digigit. Walau hanya sebentar aku tinggal di istana kekaisaran tetapi aku sudah mengenal para pejabat elit yang berada di sekitar kaisar.

Matahari tepat di atas kepala ketika pesawatku dan pesawat putri Aurora mendarat di atas puncak gunung. Ini adalah kunjunganku ke bumi yang kesekian. Sebelumnya di masa lalu aku sering mendapat tugas di bumi. Berbaur dengan ras-ras yang sudah musnah. Kini takdir membawaku kembali ke bumi. Namun kali ini bumi dihuni ras manusia. Ras yang diprediksi sudah berada diakhir zamannya. Hanya masalah waktu saja. Dan tidak seorang pun yang tahu kapan waktu itu akan tiba...

Sekian

Kota Air, 6 Februari 2021.

Pengarang Nur S
HitCount 1.278
Nilai total rating_0

Belum ada komentar

icon_add Tulis Komentar