Home → Cerita Pendek → DEWA KIPAS vs PANGERAN GHOTAM
"CURANG!!!" bentak Pangeran Ghotam dengan wajah merah kelam karena marah dan malu. Sebagai seorang pangeran berdarah biru plus bangsawan atau ningrat harga dirinya sangat tinggi. Tabu bagi dirinya dipermalukan di muka umum.
"Tuan Hakim, Dewa Kipas telah berbuat curang. Kemenangannya tidak sah. Selain itu dia pantas dijebloskan ke penjara karena telah melakukan tindakan manipulasi," kata Pangeran Ghotam kepada Dewan Juri. Sudut matanya melirik penuh kebencian pada Dewa Kipas yang terlihat tenang.
"Tuan Hakim, saya sependapat dengan Pangeran Ghotam. Dewa Kipas telah melakukan kecurangan. Kemenangannya tidak sah. Saya tidak menerima kemenangan dia karena telah berbuat curang. Saya menolak menjadi istrinya!" sambung Putri Irene tegas. Bagaimanapun dia tidak rela bersuamikan Dewa Kipas, seorang rakyat jelata berdarah merah. Selain itu hatinya telah dicuri oleh Pangeran Ghotam. Tanpa sepengetahuan ayahandanya Putri Irene telah menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi dengan Pangeran Ghotam. Karena itu awalnya dia menentang rencana ayahnya untuk mengadakan sayembara untuk memilih calon suaminya. Namun ayahandanya tetap keukeuh atau bersikeras mengadakan sayembara dimana pemenangnya berhak menikahinya. Karena tak kuasa melawan kehendak ayahandanya akhirnya Putri Irene setuju dengan syarat dia sendiri yang memilih jenis sayembara yang akan diadakan. Karena Pangeran Ghotam ahli dalam berkuda dan kemampuannya dalam berkuda menakjubkan, maka dipilihlah berkuda sebagai jenis sayembara. Siapa yang bisa membawa kepala kambing yang ada di tengah lapangan kepada Putri Irene maka dia pemenangnya dan berhak menikahinya.
Ada 50 peserta yang ikut sayembara. Kebanyakan dari kalangan istana. Putra para pejabat elite yang notabene berdarah biru atau kaum bangsawan. Hanya sebagian kecil dari rakyat jelata yang ikut. Diantara yang sedikit itu ada nama Dewa Kipas putra seorang petani dari dukuh Karang Subur.
Pada hari yang ditentukan para peserta sayembara telah bersiap di garis start. Mereka menunggangi kuda terbaik yang dimilikinya. Pangeran Ghotam tampak gagah perkasa dengan kuda putihnya. Itu adalah kuda kesayangannya yang setia menemaninya kemana saja dan ikut di setiap peperangan. Ketangguhan dan kegesitan kuda yang diberi nama Si Putih tidak diragukan lagi. Itu adalah kuda terbaik yang dimiliki Pangeran Ghotam.
Di baris paling belakang ada seorang pemuda culun dengan kuda hitam yang dikepalanya ada tanda lingkaran putih sebesar telur angsa. Dialah Dewa Kipas dan kuda ajaib yang diberi nama Si Mulasi.
Di sebelah kanan mereka ada panggung megah yang dihiasi ornamen indah. Di bagian kiri panggung duduk Dewan Juri yang akan mengawasi jalannya sayembara. Mereka yang akan menilai dan menentukan pemenangnya sah atau tidak. Di tengah panggung duduk raja dan permaisurinya. Singgasananya begitu megah. Para dayang di kanan dan kiri mereka. Aneka buah-buahan dan minuman tersaji di meja kecil di depan mereka. Di bagian kanan panggung duduk dengan anggunnya Putri Irene. Di depan sang putri ada lingkaran putih. Itulah tempat kepala kambing yang akan diletakan oleh peserta sayembara yang berhasil membawanya.
Panggung megah terletak di sisi lapangan yang luas. Di tengah lapangan terdapat sebuah lingkaran putih. Di tengah lingkaran putih itulah kepala kambing diletakan.
Para peserta dengan seksama mendengarkan aturan main sayembara yang dibacakan Hakim ketua Dewan Juri. Setelah selesai dan tidak ada yang bertanya. Sayembara segera dimulai. Suara genderang ditabuh membahana tanda dimulainya sayembara dan begitu genderang berhenti, semua peserta menggebrak kudanya.
Suasana yang semula tenang kini dipenuhi sorak sorai penonton. Mereka adalah warga sekitar yang menonton jalannya sayembara.
Pangeran Ghotam dengan lincah dan cekatan mengendalikan kudanya. Karena lintasan pacuannya dibatasi tali dan peserta yang keluar dari lintasan dinyatakan gugur, maka mau tidak mau benturan terjadi. Pacuan berubah jadi perang adu ketangkasan dan adu silat. Satu persatu peserta terlempar keluar dari lintasan dan gugur atau tidak bisa mengikuti sayembara lagi.
Dewa Kipas dengan santai duduk di atas kudanya. Dari awal dia berada di belakang dan jaga jarak dengan para rivalnya. Jadi dialah satu-satunya peserta sayembara yang tidak ikut bak bik buk.
Mendekati lingkaran putih tempat kepala kambing diletakan pertarungan makin sengit. Peserta tersisa hanya tiga puluhan. Pangeran Ghotam dengan ambisi meluap-luap berjuang mati-matian untuk keluar sebagai pemenang sayembara. Bagaimanapun dia tidak rela bila kekasihnya dinikahi pria lain. Agar hal itu tidak terjadi maka satu-satunya cara adalah dia harus memenangkan sayembara.
Kerja keras dan kesungguhan Pangeran Ghotam membuatnya bisa meraih kepala kambing dari lingkaran putih dan bersiap membawanya ke hadapan pujaan hatinya. Namun para peserta yang tersisa tentu saja tidak membiarkan Pangeran Ghotam melenggang begitu saja. Selama kepala kambing belum ada di depan Putri Irene maka kesempatan untuk menjadi suaminya masih terbuka lebar. Maka mereka beramai-ramai menjegal Pangeran Ghotam. Ada yang menghalangi jalannya. Dan sisanya tentu saja berusaha merebut kepala kambing dari Pangeran Ghotam.
Salah seorang peserta berhasil menendang kepala kambing yang dipegang Pangeran Ghotam. Bagai bola, kepala kambing terlempar jauh dan entah bagaimana arahnya malah ke arah Dewa Kipas yang duduk santai di atas kudanya menonton para rivalnya yang sedang baku hantam. Secepat kilat Dewa Kipas menangkap kepala kambing kemudian menggebrak kudanya ke arah panggung. Si Mulasi berlari kencang mendekati panggung. Di punggungnya Dewa Kipas terguncang-guncang sambil menenteng kepala kambing.
"HENTIKAN DIA!!!" teriak Pangeran Ghotam bagai kesurupan. Semua peserta serentak berbalik dan memacu kudanya. Pangeran Ghotam memacu kudanya bagai kesetanan.
Kuda lari dapat dikejar, nasib orang siapa tahu. Pangeran Ghotam terlambat. Dewa Kipas telah sampai ke sisi panggung tempat Putri Irene berada. Tanpa ragu Dewa Kipas melempar kepala kambing dan jatuh tepat di tengah lingkaran putih di depan Putri Irene.
"TIDAKKK!!!" teriak Pangeran Ghotam frustasi.
Semua terpana. Kejadian itu diluar dugaan. Akhir yang mengejutkan. Dewa Kipas yang tidak ikut berjibakutai dan hanya duduk santai menonton Pangeran Ghotam yang sedang berjuang mati-matian dan peserta lain yang juga sedang berusaha keras malah menjadi pemenang sayembara.
"Tuan Hakim, DIA CURANG!" tunjuk Pangeran Ghotam pada Dewa Kipas....
.
.
.
Pengarang | Nur S |
---|---|
HitCount | 204 |
Nilai total |