Ketika Blunder Menjadi Bumerang

HomeCerita PendekKetika Blunder Menjadi Bumerang

Nurslamet
28 Maret 2021 jam 10:03am

Viral. Tenar. Basi. Dilupakan. Sungguh akhir yang menyedihkan. Bahagia diawal namun menderita diakhir. Itulah fase kehidupan artis dadakan. Selebriti instan. Tenar mendadak. Dilupakannya pun cepat. Berbeda dengan artis yang meniti karir dari bawah. Dari nol. Jatuh bangun dan menelan pahit getirnya dunia entertainmen untuk waktu yang lama. Merangkak pelan menuju popularitas. Mengalami sakit dan berdarah-darah sampai akhirnya tenar dan dikenal publik. Mereka bisa bertahan di puncak ketenaran untuk waktu yang lama walaupun pada akhirnya mereka dilupakan juga, namun nama mereka masih membekas di hati para penggemarnya. Tidak lekang oleh zaman. Tidak luntur oleh waktu. Tetap dikenang oleh generasi yang sezaman dengannya. Popularitas perlu proses. Perlu waktu dan pengorbanan. Dihiasi air mata. Setelah semua tahap sulit bisa dilewati barulah bisa menikmati hasilnya. Sakit berbuah manis. Tidak ada yang bisa diraih secara instan, dadakan dan dalam waktu sekejap. Andaipun ada, endingnya menyedihkan. Artis sejati yang tenar setelah melewati proses sulit, menangis dulu baru tertawa. Sedang artis dadakan yang tenar karena viral, tertawa dulu setelah itu menangis. Namanya dalam sekejap hilang dan dilupakan seakan dirinya tidak pernah tenar atau menghebohkan publik sebelumnya.

"Lu mikirin apaan sih Ji ampe bengong kayak kambing ompong begitu?" suara Aryo mengagetkan Panji.

"Kampret, lu. Kalo mau nge-prank bilang dulu dong. Gue kaget, tau!" omel Panji.

"Lah elu yang jantungan, kenapa gue yang disalahin," rungut Aryo.

"It's oke. Sekarang lu mau apa ganggu acara merenung gue?"

"Ji, lu sadar gak sih dunia semakin tua dan kiamat semakin dekat," sahut Aryo.

"Eh, Tayo. Urusan kiamat mah itu hak prerogatif Tuhan. Gak ada seorangpun yang tau kapan itu terjadi. Ngerti!" semprot Panji.

"Ember. Tapi tanda-tandanya sudah banyak bermunculan di zaman ini. Itu artinya kiamat semakin dekat."

"Terus kalo kiamat semakin dekat emangnya kenapa?"

"Lah, elu. Bukannya ngeri terus memperbaiki diri malah ngegas begitu."

"Eh, Yo. Kita ini sudah dewasa. Tau mana yang baik dan mana yang enggak. Kita sudah memilih jalan hidup kita. Itu artinya kita sudah tau konsekuensinya. Jadi elu gak usah banyak ceramah. Lagi pula ingat Yo, ceramah enggak akan mengubah seseorang bila gak ada hidayah."

"Lah, itu elu dah tau. Tugas gue kan hanya mengingatkan. Sesama insan harus saling menasihati dalam kebaikan. Masalah didengar apa kagak, terserah elu."

"Lah, kok malah elu sekarang yang ngegas?"

"Abis lu yang mulai ngajak berantem."

"Oke. Gue salah. Sebenarnya lu mau ngomong apa sih?" tanya Panji.

"Ji, ajari gue main catur dong. Gue barusan kalah 3-0 dari bini gue."

"Wuih, sejak kapan Euis jadi master catur?"

"Bini gue belajar dari internet. Makanya dia bisa ngalahin gue."

"Kalah dan menang dalam pertandingan itu hal biasa, Yo. Jadi lu gak usah malu."

"Tapi apa gak bisa gue ngalahin bini gue?"

"Bisa. Dalam pertandingan selalu terbuka peluang untuk kalah dan menang. Ingat Yo. Ada hikmah dan pelajaran berharga di balik permainan catur. Catur adalah kiasan kehidupan. Ladang belajar dan sumur ilmu. Gali dan timba kemudian terapkan. Kamu pasti bisa mengalahkan Euis."

"Teori sih gampang, Ji. Praktiknya yang susah."

"Semua kembali kepada diri masing-masing. Dibilang susah ya jadi susah. Dibilang gampang ya enggak sesusah yang dibayangkan. Intinya tekad dan niat."

"Iya, deh..."

Beberapa minggu kemudian di rumah Aryo...

Panji asyik menonton berita di televisi sambil ngemil. Sementara Aryo dan Euis sedang bermain catur tidak jauh dari Panji.

"Skak mat!" seru Aryo mengagetkan Panji. Biji kuaci yang digigit Panji langsung tertelan. Uhuk! Panji tersedak.

"Aa curang!" kata Euis tidak terima.

"Bukan curang atuh, neng. Ini namanya strategi, siasat dan taktik. Neng tadi terpancing makan benteng. Itu jebakan batman. Karena neng melakukan blunder, Aa yang tadi terjepit dan raja Aa yang beberapa langkah lagi akan mati jadi lolos. Bukan hanya itu, blunder neng memungkinkan Aa membalikan keadaan. Jadi jangan marah. Ini hasil Aa belajar the art of war. Hahaha...."

Panji hanya tersenyum kecut melihat Aryo yang bangga bisa membalikan keadaan dengan memanfaatkan kesalahan dan kelengahan Euis. Dalam kehidupan nyata, di setiap kubu, pihak atau negara selalu ada orang yang menjadi ahli strategi, siasat dan taktik. Hal itu untuk memenangkan persaingan, peperangan atau sekedar menjegal musuh. Ahli siasat perannya sangat penting karena dialah aktor intelektual yang mengendalikan kubunya dari balik layar...
.
.
.

Pengarang Nur S
HitCount 324
Nilai total rating_0

Satu komentar

icon_comment Baca semua komentar (1) icon_add Tulis Komentar

#1 avatar
Alexander90 28 Maret 2021 jam 3:07pm  

Mantap jiwa. Trio pndekar muncul lgi