Home → Cerita Pendek → Trik Ken Arok
Sisi lain Ken Arok yang telah menginspirasi generasi berikutnya. Zaman boleh berganti tetapi triknya tetap abadi dan menjadi pertimbangan untuk digunakan. Inilah trik kuno yang melegenda, Trik Ken Arok.
*****
Matahari tepat di atas kepala ketika seekor kuda hitam berlari secepat roket. Di atas punggungnya duduk terguncang-guncang seorang gadis yang parasnya tidak kalah dengan para artis tik tok. Di punggungnya terselempang senapan serbu kaliber besar. Sorot mata sang dara terlihat mengerikan. Ada bara api dendam yang teramat panas di bola matanya.
Dari arah yang berlawanan muncul sebuah sepeda motor besar. Kecepatannya secepat peluru. Pengendaranya seorang remaja lelaki berpakaian ala rocker.
Beberapa detik lagi dua kendaraan beda zaman akan beradu dan bertabrakan. Namun sang dara yang terkejut repleks menarik tali kekang kudanya. Sang kuda meringkik. Dua kaki depannya terangkat. Di pihak lain remaja lelaki juga menginjak rem mogenya kuat-kuat. Suara rem belakang berdecit. Moge dan kuda berhenti bersamaan. Jarak mereka hanya sekitar 300 cm saja.
Sang dara melompat turun dan berkacak pinggang. Remaja rocker juga turun dan berdiri tegak. Dua sejoli berdiri berhadapan dengan status siaga penuh.
"Who are you?" tanya sang dara dengan suara menggelegar.
"Hello, kita ini orang Singasari, bukan orang bule. Jadi pakai bahasa lokal saja, oke honey?" sahut remaja rocker.
"Sayang, sayang palamu peang. Siapa kamu dan apa maksudnya mensabotase aku?" hardik sang dara galak.
"My name is Panji. Tapi bukan Panji petualang walau aku memang suka berpetualang. Bukan juga Panji Manusia Milenium walau aku memang time traveler. Aku Panji Wong Edan. Tapi kamu boleh memanggilku honey, beib atau yayang," sahut remaja rocker dengan gaya slengengan.
"Apa maksudmu menghalangi perjalananku?" tanya sang dara ketus.
"Simple saja. Aku hanya ingin mengatakan balas dendam itu tidak menyelesaikan masalah malah akan menambah dan memperpanjang masalah. Kamu mungkin bisa membunuh orang yang telah memperalat dan membunuh ayahmu. Tetapi dikemudian hari kamu yang akan dibunuh oleh keturunannya. Kemudian keturunanmu akan balas dendam seperti apa yang akan kamu lakukan sekarang. Begitu dan terus begitu sampai zaman digital. Jadi saran aku maafkan si pembunuhnya dan mulailah hidup tanpa dendam. Itu cara agar anak cucumu hidup normal. Hidup damai." kata remaja rocker.
Sang dara mendengus. "Kamu bisa bicara begitu karena kamu tidak mengalami dan tidak tahu betapa sakitnya hatiku. Dendamku pada Anusapati telah sampai ke tulang dan urat nadiku. Dia manusia keji. Kesetiaan ayah kepadanya bukannya dihargai malah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadinya. Kami, satu desa harus menanggung fitnah. Dibantai untuk kesalahan yang diciptakan Anusapati sendiri. Pikir oleh kamu. Apakah aku harus berdiam diri saja melihat ayah tercinta jadi korban konspirasi terkutuk?" papar sang dara dengan nada tinggi.
"Aku paham dan mengerti. Ayahmu adalah korban atau lebih tepatnya dikorbankan agar suatu maksud tercapai. Namun harus aku katakan, setiap perbuatan akan mendapat balasan. Sebaik-baiknya skenario manusia, skenario Tuhan tetap yang terbaik. Aku juga harus mengatakan walau kamu tidak balas dendam pada Anusapati, dia akan mendapat karmanya sendiri. Percayalah padaku, dia akan tewas oleh keris yang sama. Jadi urungkan niatmu untuk balas dendam. Di samping kamu akan gagal, kamu juga akan tewas. Bila kamu tewas dalam missi balas dendam, lalu siapa yang akan menjadi saksi akan kebenaran ucapanku ini?" kata remaja rocker.
Sesaat sang dara terdiam.
"Bila kamu mengurungkan niatmu untuk balas dendam pada Anusapati sekarang dan kembali ke desa Batil dan menjalani kehidupan normal tanpa dendam, kamu akan menjadi saksi bahwa walau kamu tidak membunuh Anusapati, dia akan tewas juga akibat perbuatannya. Ada pihak lain yang sama seperti kamu yang punya dendam pada Anusapati. Dan dia yang akan mewujudkannya. Jadi anggaplah kamu menggunakan trik yang sama dengan yang digunakan Anusapati ketika menghabisi Pangalasan, ayahandamu. Menggunakan jasa orang lain tetapi dia tidak kamu perintah."
"Apakah ucapanmu bisa aku pegang?"
"Aku ini time traveler. Jadi percayalah padaku. Anusapati akan tewas oleh keris yang sama. Hanya masalah waktu saja. Jadi bersabarlah. Nah, sekarang kembalilah ke desa Batil." kata remaja rocker.
Awalnya sang dara masih ragu. Namun mendengar setiap ucapan remaja rocker tanpa keraguan dan beraura kebenaran. Hatinya luluh juga. Sang dara percaya ucapan remaja rocker bukan sekedar menghibur atau pencegahan agar dirinya tidak jadi mendatangi Anusapati, tetapi sebuah berita dari beberapa tahun yang akan datang. Berita dimana dia mendengar kabar bahwa Anusapati tewas oleh keris yang telah membunuh Ken Arok dan Tunggul Ametung. Tanpa banyak kata lagi sang dara segera melompat ke atas kudanya dan menggebraknya. Kuda kembali berlari kembali ke desa Batil.
Remaja rocker menghela napas. Sepenggal kenangan akan sebuah kisah kembali melintas di benaknya. Setelah Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok pun akhirnya menikahi Ken Dedes yang sempat ia taksir sewaktu masih menjadi pengawal Tunggul Ametung. Saat Tunggul Ametung terbunuh inilah Ken Dedes tengah mengandung seorang bayi dari hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sang anak yang lahir dari rahim Ken Dedes ini diberi nama Anusapati. Anusapati pun tumbuh dalam istana Kerajaan Singasari dan tinggal bersama ayah tirinya, Ken Arok, dan ibu kandungnya, Ken Dedes.
Seiring pertumbuhan usia dan makin dewasa, Anusapati merasa ada perbedaan perlakuan ayahnya Ken Arok, yang dikenal dengan gelar Prabu Sang Amurwabhumi terhadap dirinya. Sementara Anusapati menganggap perlakuan Ken Arok kepada Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agnibaya, dan Dewi Rimbu, berbeda seakan dirinya bukan anak kandung Ken Arok. Hal itu tentu saja membuat iri Anusapati dan curiga. Anusapati pun akhirnya memberanikan diri menanyakan kepada ibunya, Ken Dedes, terkait perihal asal usul dirinya. Mengingat perlakuan Ken Arok berbeda terhadap dirinya dan seperti ada dinding pemisah dengannya.
Setelah didesak beberapa kali, Ken Dedes pun berterus terang kepada anak kandungnya, Anusapati. Ken Dedes menyebut jika Ken Arok bukan ayah kandungnya. Ayah kandungnya yang sesungguhnya adalah Tunggul Ametung, setelah itu Ken Dedes menceritakan bagaimana ia dinikahi oleh Ken Arok. Mendengar jawaban ini sontak saja Anusapati kaget dan tak menyangka. Selama ini ia memang merasa curiga bahwa Ken Arok bukan ayah kandungnya. Lebih kaget lagi, saat Anusapati mendengar penjelasan sang ibu terkait penyebab kematian Tunggul Ametung, ayah kandungnya. Ken Dedes pun menceritakan bahwa Tunggul Ametung meninggal usai dibunuh oleh ayah tirinya, Ken Arok. Sontak saja Anusapati kian terkejut, di sisi lain Ken Dedes langsung termenung terdiam dan menyesal karena merasa bersalah telah membocorkan rahasia itu kepada anak kandungnya. Anusapati pada akhirnya pun tahu bahwa ayah kandungnya terbunuh oleh keris buatan Mpu Gandring. Menariknya, keris itu masih disimpan Ken Dedes dan Anusapati meminta untuk melihat kerisnya itu. Keris Mpu Gandring pun berpindah tangan ke Anusapati, Anusapati kemudian memiliki dendam yang luar biasa, akibat ulah Ken Arok. Ia pun mulai berencana menyusun rencana membunuh Ken Arok. Ia merencanakan membunuh Ken Arok menggunakan tangan orang lain, sama seperti yang diceritakan ibunya mengenai kisah kematian Tunggul Ametung yang menggunakan jasa orang lain. Dalam peribahasa trik itu disebut lempar batu sembunyi tangan.
Secara kebetulan Anusapati mempunyai seorang Pangalasan atau pejabat di Desa Batil. Alhasil Anusapati memanggil Pangalasan (ayahanda sang dara yang barusan dicegah Panji untuk balas dendam) itu datang. Tugas pun diberikan oleh Anusapati kepada Pangalasan tersebut. Keris yang sebelumnya di tangan Anusapati dipindah tangan ke sang Pangalasan. Sang Pangalasan itu pun segera berangkat menunaikan tugasnya menghabisi nyawa Ken Arok. Pertaruhan pun betul-betul dilakukan Anusapati, ia sadar misi ini beresiko tinggi. Jika gagal maka konspirasinya akan terbongkar dan dalang percobaan pembunuhan atau aktor intelektual yang berada dibaliknya akan terungkap. Bukan hanya Pangalasan tersebut saja yang mati di tangan Ken Arok, tapi bisa saja ia Anusapati juga turut mati. Namun tak hanya Anusapati dan Pangalasan yang mati, ibunya Ken Dedes juga terancam akan terbunuh karena ibunya yang membocorkan informasi akan peristiwa pembunuhan Tunggul Ametung. Agar kegagalan tidak terjadi, siasat, taktik dan strategi pun disusun dan dirancang matang. Di suatu senja Ken Arok yang sedang makan di ruang makan didatangi Pangalasan utusan Anusapati dan Sang Pangalasan langsung menikam keris Mpu Gandring ke punggung Ken Arok. Saat itu juga Ken Arok langsung tewas oleh kesaktian keris Mpu Gandring, Ken Arok dinyatakan meninggal pada Kamis pon waktu Landep atau waktu senja, dan matahari baru saja tenggelam tahun Saka 1169 atau 1247 Masehi.
Setelah berhasil membunuh Ken Arok, Pangalasan ini langsung melarikan diri menghadap atasannya. Ia melaporkan kematian Ken Arok, sesuai dengan instruksi yang diperintahkan Anusapati. Usai melaksanakan tugas dan melaporkan ke Anusapati, gantian Pangalasan tersebut yang akhirnya dibunuh oleh Anusapati untuk menghilangkan jejak. Dari sini benang merah timbulnya dendam sang dara (putri Pangalasan) pada Anusapati. Bila pada awalnya Anusapati menggunakan trik lempar batu sembunyi tangan, kali ini triknya lempar batu dan buang ke laut batunya.
Setelah itu tersiar kabar bahwa Raja Ken Arok meninggal akibat dibunuh oleh orang Batil. Anusapati merespon cepat tanpa melalui penyelidikan terlebih dahulu dengan mengabarkan bahwa dia telah berhasil membunuh Pangalasan yang tidak lain orang suruhannya sendiri. Pembunuhan yang dilakukan Anusapati terhadap Pangalasan, ini dilakukan untuk mencitrakan bahwa dirinya berhasil melumpuhkan pelaku pembunuhan dan memberikan hukuman kepada orang yang telah membunuh Ken Arok. Pencitraan Anusapati berhasil. Semua orang terkecoh dan tertipu oleh tipu muslihatnya. Usai meninggalnya Ken Arok, Anusapati dengan skema bahwa dirinya yang berhasil melumpuhkan pelaku pembunuhan Ken Arok, akhirnya naik tahta menjadi penguasa.
Untuk kedua kalinya remaja rocker kembali menghela napas. Trik Ken Arok yang di copy paste Anusapati dan terus berlanjut dan dipakai oleh generasi berikutnya sampai ke zaman milenial. Dari trik kuno itu muncul ungkapan: maling teriak maling. Dari trik kuno itu juga muncul anekdot: cara pintas menjadi raja, pakai trik Ken Arok.
.
.
.
Pengarang | Nur S |
---|---|
HitCount | 554 |
Nilai total | ![]() |