horeeee,,,,
nunggu setaon bos didit bertapa, akhirnya turun gunung lg dengan jurus2 memikat.

Kalo bisa saya yang rendah ini memberikan masukan : untuk menghindari bentrok idealisme religi melalui pemahaman - baik melalui ajaran kitab suci maupun ajaran tertentu - di dalam alur cerita yang sedang bos didit garap, ada baiknya lebih mendekatkan kepada unsur filosofis yang bertahap, seperti buku "Sophie" (pengarangnya saya lupa siapa). Sehingga si "Jaka Bayu" dapat mengerti mengapa dan untuk apa ia hidup dan diceritakan.

Tapi konsekuensinya, cerita jadi membosankan (seperti jg buku "Sophie" - bg saya..). Tapi saya yakin, bos didit mampu membelenggu khayalan saya dalam karya2 bos didit, baik sekarang maupun untuk kedepan.

Satu lagi... Jangan kelamaan bertapa lg ya...