Post-6217

Post 130 dari 357 dalam IndoSpcnet Wuxia Round Robin.

HomeForumBooksIndoSpcnet Wuxia Round Robin.Post-6217

#130 avatar
eeyore 3 Mei 2004 jam 7:42am  

Kalau ngaco sorry banget, kasih tau deh dimana ngaconya. Juga gue ga tau itu Kitab perang sapa yah yg mo gue pake namanya disana, kasih tau yah. Ni dia hasil imaginasi gue.. he,he,he.... :shame:

------------------------------------------------------------------------------
Lahir sebagai putri bungsu pada masa tua sang raja dari salah seorang selir kesayangan, tidak heran kalau Putri Eeyore jadi super manja. Sejak kecil dia menjadi tumpuan perhatian bahkan selir2 raja yang lain juga senang memanjakannya. Alasannya walau putri Eeyore tidak terlalu cantik, tapi dia putri yg ceria seolah tak kenal susah. Selain itu, seraya tambah besar, sifat khas Putri Eeyore adalah tidak segan2 menjaili selir2 yg lain dengan maksud menggoda, bukan kurang ajar, jadi tidak heran2 selir2 yg bosan jadi ada permainan dan kegiatan di istana.

Selama di istana Putri Eeyore tentu saja dididik bermacam ketrampilan keputrian, tp putri Eeyore cepat merasa bosan, jadi tidak pernah benar2 mendalami salah satu ketrampilan. Tapi ada satu kelebihan putri Eeyore, karena hidup no worries di istana jadi ga pernah ada pikiran susah, putri Eeyore punya kemampuan untuk menghapal isi buku hanya dengan sekali membaca.

Pada satu hari sang Putri sedang berjalan2 di perpustakaan kerajaan dan sampai di rak buku paling ujung. Lapisan debu di rak tersebut bukan main tebalnya, menyebabkan sang putri bersin2 tak terkendali.

“Huacih…. huachi…. huacih…, huachi…. huacih…, huachi…. UDIN!!!” kata sang putri dengan kesal.

“Dimana sih tuh tukang bersih2 istana? Besok akan aku tegur dia!” omel Putri Eeyore.

Selama bersin2, sang putri berpegangan pada salah satu guci hiasan di dekat rak. Karena guncangan yg cukup keras pada guci yg sudah puluhan tahun tak pernah disentuh, tiba2 tutup gucinya jatuh ke tanah. Awalnya putri Eeyore tidak peduli dengan guci tersebut, krn memang tidak terlihat keistimewaannya, tp di mulut guci terlihat sebungkus kain yg agak menguning dimakan waktu. Merasa penasaran mengapa ada bungkusan kain di dalam guci. Diambil kain tersebut dan perlahan dibukanya. Didalam ada gulungan kertas yg sudah menguning dan hampir rapuh krn lama disimpan disana.

Perlahan dibukanya gulungan kertas tersebut. Didalamnya tergambar semacam denah dengan oret2an mopi. Tiba2 dia mengenali denah tersebut adalah gambar dari ruang buku ini. Di bawah denah tersebut terdapat tulisan “Kitab Perang dan Pedang”

“Hm, pasti pusaka istana yg sengaja disimpan terpisah oleh seseorang. Kenapa yah? Mo cari ah” pikiran jail sang putri langsung berkelebat.

Segera Putri Eeyore mencari2 lokasi di perpustakaan sesuai dengan denah yg ia pegang. Setelah mencari2 selama beberapa waktu, akhirnya dia menemukan posisi rahasia dibawah salah satu rak buku. Di raba2nya bagian bawah dari rak dengan tangannya sampai dia menemukan sebuah bungkusan. Ditarik nya keluar bungkusan itu.

“Bukan main, pantas aja ga pernah ketauan ada apa2 dibawah lemari, wong tukang bersih2 nya ga pernah bersihin daerah sekitar sini, tisk, tisk, tisk…”

“Huachi,… huachi,… huachi,… huachi,… huachi,… huachi,… …. UDIN!!!!!!!” seru sang putri

Tergopoh2 datang seorang pengawal, kebetulan namanya Syarudin.

“Panggil saya non putri?” tanya nya khawatir

“Huachi…. sapa yang manggil? Ge er deh!” kata sang putri kesal karena bersin nya tidak selesai jg

“Oh saya salah dengar kali yah… kalu gitu saya permisi dulu non putri”, pamit Syarudin sopan

“Eh tunggu dulu, cari tau sapa yg tanggung jawab bersihin perpustakaan. Mo aku omelin dia ga pernah kebagian sebelah sini. Liat! Debunya bisa bikin orang sakit asthma tau! Cari sana, aku tunggu di depan pintu. Bisa bengek lama2 aku disini! Huh!” kata Putri Eeyore sambil berbalik kearah pintu dan memegang bungkusan berdebu dengan dua jari tangannya.

“Oh, eh, iya non putri” jawab Syarudin kaget, ga sari2 nya si non putri ngomel gini, jawab Syarudin dalam hati.

Setelah ngomel panjang pendek kepada Fahrudin, tukang bersih2 yg bertanggung jawab untuk bagian perpustakaan kerajaan, Putri Eeyore bergegas pergi kekamar nya untuk membuka gulungan yg baru dia temukan di perpustakaan.

Setiba dikamar di tutupnya pintu dan perlahan2 diatas meja dibukanya bungkusan tersebut yg ternyata isinya adalah sebuah buku dan selembar peta.

“Kirain mah pusaka apaan, payah deh!” seru Putri Eeyore dengan kesal.

Karena sudah kepalang dibawa bungkusan tersebut, di bukanya buku setelah membaca judulnya Kitab Perang (???).

“Ga pernah tau ada ni buku, baca dikit ah…” pikir putri Eeyore. Ternyata setelah membaca selembar dua lembar, putri Eeyore tertarik sekali dengan buku tersebut, yg membahas beragam strategi perang dan filsafat dan pemikiran di balik nya. Sepanjang malam suntuk putri Eeyore membaca buku tersebut dan tidak dilepas sampai selesai. Yg lebih luar biasa, dia bisa mengingat semua prinsip yg tertanam dalam buku itu, dan kalau di minta menulis ulang kembali buku itu, putri Eeyore akan sanggup menulisnya dengan titik koma persis sama. Ketika hampir tiba di halaman terakhir, tiba2 lembarannnya sulit di buka, dan di akhir halaman yg ia baca ada kalimat:

“Seperti matahari akan selalu terbenam dibarat
Seperti aliran sungai akan selalu berakhir dilaut
Seperti kapal akan selalu berlabuh di darat
Seperti buku ini akan kembali ke pengetahuan langit

Kau memiliki waktu 1/4 batang dupa untuk membaca halaman berikut, lalu buku ini mencapai akhir dari akhirnya”

“Ji quai! Apa maksudnya yah?” pikir putri Eeyore, “Eh, kok halaman terakhir kayak nempel yah ama halaman ini?”

Akhirnya halaman terakhir bisa dibuka, dan disitu ada tulisan lagi.

“Kau sudah membaca buku ini setiap lembarnya dan karena itu kau memiliki tanggung jawab untuk membantu orang yg akan membela negri Sung dari serangan penjajah. Jangan biarkan musuh mengetahui keberadaan buku ini, karenanya buku ini akan hancur tidak lama lagi. Letakan buku ini di atas lantai sekarang, atau api yg timbul nanti akan membakar dirimu juga. Semoga Langit akan memberkati usahamu.”

Tiba2 ada api berwarna biru yg timbul dari tengah buku, dengan cepat melalap kepinggir, segera putri Eeyore meletakan buku dilantai dan tercengang melihat buku itu terbakar sendiri. Dalam sekejap lenyap dan hilanglah Kitab Perang (???) yang tersohor, apa yg tersisa hanyalah ingatan putri Eeyore tentang buku ini. Tapi dasar anak jahil, yg membuat putri Eeyore penasaran adalah bagaimana buku itu bisa terbakar sendiri.

“Nanti kalau aku bisa ikutin caranya, aku kerjain selir Xiao Feng. Dia paling heboh kalau dikerjain, hi,hi,hi…..” pikir putri Eeyore dengan geli.

“Oh iya masih ada peta” ingat putri Eeyore. Tiba2 pintu di ketuk dari luar.

“Putri, sudah waktunya bangun dan mandi”, seru salah seorang pelayannya.

“Iya, he eh” buru2 putri eeyore memasukkan peta tersebut ke dalam kantung bajunya. “Nanti malam klu sepi baru aku lihat2 lagi, aku rasa sih ini peta pedang deh.”

Malam itu di gedung perpustakaan istana, sebuah bayangan berkelebat di atap. Dengan mencurigakan bayangan tersebut masuk ke dalam perpustakaan dan kelihatan sedang mencari2 sesuatu disana. Setelah beberapa lama kelihatannya dia tidak menemukan apa yg dicari, maka peluh mulai kelihatan membutir di dahinya.

“Duh Gusti, bisa mati aku neh kalo ga ketemu tu buku. Gemana, gemana, gemana neh!” keluh bayangan tersebut seorang diri. Tiba2 ada suara patrol penjaga malam diluar. Segara dia menghampiri sisi pintu, supaya tidak terlihat bayangan mencurigakan dari luar.

“Eh, denger ga kemarin itu si Udin jaga disini, putri Eeyore marah2 sama tukang bersih2 yg namanya Udin jg gara2 banyak debu didalam. Lagian, putri kayak ga ada tempat main lain, masuk2 ke tempat kumpulin debu macam perpus ini, salah dewek!” Komentar salah satu penjaga.

“Ye, ente ini, namanya jg putri, dia mo kemana ngapain, asal ga terlarang buat dia mah sah-sah aja deh! Aku malah kasihan ga pernah putri liat dunia diluar istana, mana asyik”, sahut penjaga ke dua. “Emang putri ambil buku apa di perpus?” tanya kepada penjaga pertama.

“Tau yah, kata nya bungkusan debu banget, sampe si putri Cuma pegang pake dua jari dan hidung ditutup saking debunya. Ah.. paling jg bacaan sastra yg ga bisa di ngerti sama orang2 udik kayak kita” Jawab penjaga pertama.

“He,he,he… dasar, udik!”suara penjaga kedua mulai berlalu dari telinga bayangan orang yg ada di perpustakaan Kerajaan.

“Hm, rasa2nya aku tahu deh dimana tuh kitab pusaka”, segera bayangan tersebut menyelinap keluar dan naik ke atap untuk melapor kepada atasannya.