Post-6999

Post 202 dari 357 dalam IndoSpcnet Wuxia Round Robin.

HomeForumBooksIndoSpcnet Wuxia Round Robin.Post-6999

#202 avatar
justice_121 23 Mei 2004 jam 11:19pm  

Bukan alur cerita utama & tidak terlalu penting. Anggap saja terjadi pada suatu ketika setelah pertemuan di Telaga Lima Arus.

---------------------

Sore itu, JIANYIN berjalan seorang diri melewati sebuah jalan kecil di pegunungan. Sayup-sayup ia mendengar suara guqin yang sangat merdu. Tanpa sadar ia terus berjalan ke arah suara itu, hingga ia melihat seorang pemuda sedang bermain guqin di sebuah paviliun kecil di tepi jurang. Pemuda itu berbaju putih dan mengenakan cadar yang sangat tipis. Alis dan bola matanya sangat indah. JIANYIN sangat terkejut melihat pemuda itu, dan bergumam pelan, ”Bagaimana dia bisa ada di sini?”. JIANYIN tidak mendekat melainkan menyembunyikan dirinya di balik pohon besar di dekat situ sambil terus mengamati pemuda itu.

Walau tak bereaksi apapun, namun pemuda itu seakan menyadari kehadiran JIANYIN dan sengaja mengucapkan sebuah syair :
Hujan musim semi mengetuk telaga sebening kristal
Merelakan kuncup bunga merona merah bersama senja
Sepasang yuan yang bercanda seiring angin surga
Sayang terusik merpati liar dan terbang berpencaran
Melupakan bulan terang diatas ranting pohon liu
Meneteskan air mata diatas puncak gunung es

JIANYIN terus memperhatikan pemuda itu sambil bergumam, “Bukan dia, bukan dia, tak mungkin dia… ”.

Pemuda itu mengakhiri permainan guqin-nya beberapa saat setelah selesai membacakan syair. Ia tersenyum ke arah JIANYIN dan berkata, “Kolong langit begitu luas, bisa bertemu merpakan suatu jodoh. Nona, mengapa tidak datang kemari dan minum dua cangkir?”.

Mendengar kata-kata itu, JIANYIN seakan tersadar dari mimpi. Ia berkata pelan, “Memang bukan dia.”. Kemudian ia berjalan keluar dari balik pohon, menghampiri pemuda itu dan berkata, “Saya kebetulan sedang lewat dan kagum mendengar permainan guqin dan puisi tuan. Mohon maaf jika mengganggu.”.

Pemuda itu tersenyum dan berkata, “Sama sekali tidak mengganggu. Jika nona tidak keberatan, silakan mampir dan menemani saya minum dua cangkir.”.

JIANYIN duduk di depan pemuda itu lalu tersenyum dan berkata, ”Siap menemani.”.

Pemuda itu menuangkan arak dan berkata, “Silakan.”.

JIANYIN meneguk habis arak itu lalu tersenyum dan berkata, “Saya habiskan dulu sebagai tanda hormat.”. “Jika boleh tahu, siapa nama besar tuan?”.

Pemuda itu kembali tersenyum dan berkata, “Saya adalah selembar daun yang terbang seiring angin. ”.

JIANYIN tertawa dan berkata, “Tuan, kau sungguh menarik. Kalau begitu, aku adalah seekor merpati liar di tengah awan putih.”.

----------------------------------

Senja itu, JIANYIN duduk di kamarnya sambil memainkan kecapi dengan nada yang sangat sedih. Airmata mengalir membasahi pipinya. Di mata semua orang, baik anak buahnya maupun pendekar-pendekar dunia persilatan, JIANYIN adalah seorang pendekar wanita yang sangat misterius, berilmu tinggi, kejam dan sombong. Tak seorangpun tahu kesedihan dalam hatinya. Ia terjepit diantara cinta dan dendam, ia hanya punya dua pilihan: hidup bersama orang yang dicintainya atau pergi membalaskan dendam keluarga. Ia telah menentukan pilihan. Sejak meninggalkan Luzhou, ia sudah membulatkan tekad untuk meninggalkan pria yang dicintainya, berkelana ke ujung langit, menerjang lautan api dan mendaki gunung berpisau demi dendam dan kehormatan keluarganya. Namun sesungguhnya ia tidak pernah melupakan GONGSUN QUAN barang sedetikpun. Setiap kali melihat pelajar, syair, kecapi ataupun catur, kerinduannya pada GONGSUN QUAN akan semakin bertambah.

JIANYIN teringat akan semua kenangan bersama GONGSUN QUAN selama di Luzhou. Sejak kecil mereka tumbuh bersama dan selalu bermain dengan gembira seolah tanpa beban. Hal ini berlanjut hingga mereka dewasa. Mereka seakan lupa bahwa mereka telah dijodohkan sejak kecil, hubungan mereka bahkan seperti teman akrab atau saudara. Walau selalu bersama, namun mereka tak pernah mengatakan hal-hal romantis seperti pasangan-pasangan kekasih lainya. Pada saat harus meninggalkan Luzhou, JIANYIN baru menyadari bahwa sebenarnya ia telah lama jatuh cinta pada GONGSUN QUAN.

GONGSUN QUAN bukan orang dari dunia persilatan, ia tidak menguasai kungfu sama sekali. Ia adalah seorang pelajar yang sangat pandai dan cerdas, orang-orang menjulukinya sebagai Luzhou Di Yi Cai Zi (卢州第一才子 = pemuda berbakat no 1 di Luzhou). Yang paling dikagumi JIANYIN darinya adalah sifatnya yang selalu tenang, berpikiran jernih, cerdik, pemberani, memegang prinsip dan tidak pernah putus asa. JIANYIN selalu merasa tertekan saat harus menghadapi orang-orang dunia persilatan. Di satu pihak ia ingin namanya dikenal dan dapat mengangkat kembali kehormatan MING JIAN SHAN ZHUANG. Di pihak lain, ia sangat takut bahwa suatu saat orang yang dicintainya akan terlibat dalam masalah ini.

JIANYIN berhenti memainkan kecapi, lalu berjalan ke meja tulis. Ia mengaduk tinta dan mengambil selembar kertas, lalu menuliskan sebuah puisi :
Semi, panas, gugur dan dingin silih berganti
Mengapa kerinduan selalu tiba seiring senja
Arak dan angin musim semi tak memabukkan
Dendam dan cinta bergulung sepekat lautan

----------------------------------

Siapakah pemuda itu sebenarnya? Mengapa JIANYIN sangat terkejut saat pertama kali melihatnya? Siapakah “dia” yang dimaksud oleh JIANYIN?