Post-74862

Post 14 dari 29 dalam Gugat Trah Kusuma

HomeForumKomentar BacaanGugat Trah KusumaPost-74862

#14 avatar
prasetyo_rh 21 Februari 2015 jam 1:13pm  

Saya setuju bahwa murid bisa lebih hebat dari gurununya dan arya slaka bisa kalah dari yg lain. Tetapi hal ini akan merusak alur cerita dan image yg dibangun dalam nagasasra sabukinten, karena arya salaka adalah tokoh pilihan yg sudah berhasil menguasai ilmu yg tinggi di usianya yg sangat muda, yg dalam usianya yg masih sangat belia tsb sudah mampu menghadapi lawa ijo dan jaka soka yg meruapakan tokoh2 sentral dan berilmu tinnggi dari golongan hitam, bahkan dapat membunuh sepasang uling dari rawa pening di rumah mereka sendiri yaitu dalam danau rawa pening serta dapat membunuh simo rodra muda yg kesemuanya itu tokoh2 sakti dari golongan hitam. Kalau tiba-tiba dalam cerita yg bukan karya SH Mintarja, menghadapi murid keponakan simo rodra muda saja arya salaka cuma seri, alangkah NAIF-nya. Padahal nagasasra sabukinten adalah karya yg sangat legendaris dari sang maestro, SH Mintarja, yg tidak pernah terusik sejak sekitar 35 tahun yg lalu.

Kalau mau diperbandingkan, dalam cerita tersebut, betapa tingginya ilmu raden pamungkas, tetapi ternyata hanya segitu saja ilmu arya salaka. Padahal semestinya, penghayatan ilmu arya salaka dan pengendapan nafsunya minimal sama dengan raden pamungkas, atau bahkan lebih tinggi sedikit, karena usianya yg sudah lebih tua dan lebih matang. Apalagi dalam cerita di bab 2a telah disampailan bahwa arya salaka sudah mengusai puncak ilmu sasra birawa.

Denngan demikian, saya melihatnya tetap tidak proporsional. Mungkin lebih baik stop saja, agar tidak merusak image yg sudah dibangun dalam cerita nagasasra sabukinten. Saya melihat potensi pengarang ini baik melihat hasil karyanya. Tentunya tetap harus diperbaiki dan dikembangkan dari hari ke hari.

Terima kasih dan salam.