Go in Peace

HomeForumBooksGo in Peace


#1
chen_yuxuan 5 Mei 2006 jam 8:18am  

Judul:
Go in Peace
Sebuah Persembahan Kasih Abadi

Mengenang 1 Tahun Wafat Yohanes Paulus II
(2 April 2005)

Harga: Rp45.000
GM 204 06.024
ISBN 979 22 2070-4
13,5 x 20 cm;
xii + 230 hlm.
3000 eks.

Penulis:
PAUS YOHANES PAULUS II, terlahir sebagai Karol Wojtyla pada tanggal 18 Mei 1920, di Wadowice, Polandia.
Pada tanggal 16 Oktober 1978, beliau naik ke takhta Paus dan menggunakan nama Yohanes Paulus II. Beliau wafat pada tanggal 2 April 2005 di usia 85 tahun setelah memimpin Gereja Katolik selama 26 tahun.

Jenis Buku:
Nonfiksi/Rohani

Sasaran Pembaca:
Dewasa, Umum

Selling Points:
1. 10 juta penduduk Indonesia berpotensi membeli buku ini.
2. Selain untuk dibaca, buku ini akan dibeli sebagai kenang-kenangan (karena kedekatan emosional pembaca dengan penulis).

Isi Buku:
Pada tanggal 18 Agustus 2002, Paus Yohanes Paulus II, berusia 82 tahun dan sakit-sakitan, mempersembahkan Misa Suci di hadapan dua juta orang di sebuah lapangan terbuka di KrakÏŒw, Polandia. Beberapa perkiraan menyebutkan bahwa jumlah yang hadir saat itu hampir mencapai tiga juta orang. Para wartawan dan pengamat kemudian menyatakan bahwa saat itu tak ada orang lain di muka bumi ini yang bisa menarik orang dalam jumlah sedemikian besar. (Buku ini ditulis tahun 2003, dua tahun sebelum Paus Yohanes Paulus II wafat.)
Mereka telah mengatakannya sejak 1978 ketika Karol Wojtyla, Uskup Agung KrakÏŒw, menjadi Paus dan menyandang gelar Yohanes Paulus II. Tidak diragukan lagi, ia merupakan pribadi paling penting, paling berpengaruh, dan paling terkenal selama 25 tahun terakhir. Dialah pemimpin sebuah gereja dengan tradisi spiritual yang telah berumur dua ribu tahun dan mempunyai lebih dari satu miliar umat di seluruh dunia. Warisan dan tempatnya dalam sejarah akan menjadi pusat perhatian sejarawan, penulis biografi, jurnalis, dan ahli teologi yang tak terbilang banyaknya. Jumlah buku yang mencoba mengulas kehidupan dan kepausannya akan sangat besar.
Buku ini berbeda. Buku ini memuat kata-kata Paus Yohanes Paulus II sendiri, diambil dari jutaan kata yang pernah ditulis dan diucapkannya selama menjabat sebagai Paus. Editornya, Joseph Durepos, mencari-cari dan menemukan kata-katanya yang paling personal—frasa-frasa dan paragraf-paragraf yang tampaknya paling menyentuh, paling memukau, dan yang diungkapkan dengan paling jelas serta penuh semangat. Ia mencari jiwa Yohanes Paulus II—ide-ide yang menurutnya paling penting, yang ia yakini merupakan persembahan abadi Yohanes Paulus II bagi kita.
Dua belas bab dalam buku ini berhubungan dengan tema-tema yang mendominasi tulisan dan pernyataan Yohanes Paulus II sejak ia memangku jabatan Paus, antara lain tentang hak hidup (aborsi) dan ikatan keluarga (perceraian dan peran ibu), penderitaan dan kebahagiaan, dan terutama tentang perdamaian. Itulah tema-tema yang telah ia ungkapkan tanpa henti, tahun demi tahun, kepada orang-orang di seluruh dunia. Ia sering menulis atau berbicara tentang hal tersebut secara mengesankan, sering kali memicu kontroversi...

Masing-masing bab dilengkapi doa yang dibuat oleh Paus Yohanes Paulus II sendiri.

Berikut kutipan dari beberapa bab "Go in Peace" (total 12 bab). Mudah-mudahan bermanfaat.

Bab 1. Tentang Doa (hal. 8)
"... perhatian seseorang terhadap keselamatan jiwanya sendiri baru bisa lepas dari rasa takut dan egoisme pada saat hal itu juga menjadi perhatian dan keselamatan orang lain."
Bab2. Tentang Pengampunan dan Rekonsiliasi (hal. 27)
"Kita harus belajar membaca sejarah orang lain tanpa bias yang dangkal dan memihak, dengan berupaya memahami sudut pandang mereka... Pembacaan sejarah yang benar akan memudahkan penerimaan dan penghargaan terhadap perbedaan sosial, budaya, dan agama antara individu dan kelompok."
Bab 5. Tentang Hidup di Dunia (hal. 68)
"Dunia modern kita, terlepas dari banyak kesuksesan yang dicapainya, terus-menerus diwarnai berbagai kontradiksi. Kontradiksi itu meliputi materialisme dan sikap semakin merendahkan kehidupan manusia... Banyak orang menjalani kehidupan mereka dengan semata-mata bersandar pada hukum untung-rugi, gengsi, dan kekuasaan."
Bab 6. Tentang Moralitas (hal. 83)
"Banyak masalah yang terjadi dewasa ini merupakan akibat gagasan semu tentang kebebasan individual yang berkembang dalam kebudayaan kita, seolah-olah seseorang baru bisa bebas setelah ia mencampakkan semua norma perilaku yang objektif, menolak meminggul tanggung jawab, atau bahkan menolak mengekang naluri dan nafsunya."
Bab 9. Tentang Keluarga (hal. 135)
"Anak-anak belajar tentang kehidupan sejak dini. Mereka mengamati dan meniru perilaku orang dewasa. Mereka dengan cepat belajar mengasihi dan menghargai orang lain, tapi mereka juga cepat menelan racun kebencian dan kekerasan. Kehidupan keluarga sangat menentukan sikap yang akan diperlihatkan anak-anak ketika mereka dewasa. Karena itu, jika keluarga merupakan tempat anak-anak menjumpai dunia untuk pertama kalinya, keluarga harus menjadi sekolah perdamaian pertama bagi anak-anak."