SITTI NURBAYA (Kasih Tak Sampai)

HomeBacaanSITTI NURBAYA (Kasih Tak Sampai)

Tjareuh_Boelan
22 November 2012 jam 2:40am

Penerbit Balai Pustaka
Tanggal terbit 1922
Tipe media Cetak (kulit keras & lunak)
Halaman 291.

Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai (sering disingkat Sitti Nurbaya atau Siti Nurbaya ; Ejaan Republik Sitti Noerbaja ) adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli . Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka , penerbit nasional negeri Hindia Belanda , pada tahun 1922. Penulisnya dipengaruhi oleh perselisihan antara kebudayaan Minangkabau dari Sumatera bagian barat dan penjajah Belanda, yang sudah menguasai Indonesia sejak abad ke-17. Pengaruh lain barangkali pengalaman buruk Rusli dengan keluarganya; setelah memilih perempuan Sunda untuk menjadi istrinya, keluarganya menyuruh Rusli kembali ke Padang dan menikah dengan perempuan Minang yang dipilihkan.
Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsul Bahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke Batavia . Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda , membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.
Ditulis dalam bahasa Melayu yang baku dan termasuk teknik penceritaan tradisional seperti pantun , novel Sitti Nurbaya menyinggung tema kolonialisme , kawin paksa, dan kemodernan . Novel yang disambut baik pada saat penerbitan pertamanya ini sampai sekarang masih dipelajari di SMA-SMA se-Nusantara. Novel inipernah dibandingkan dengan Romeo dan Julia karya William Shakespeare serta legenda Cina Sampek Engtay.

Sitti Nurbaya ditulis oleh Marah Rusli , seorang Minang yang berpendidikan Belanda dalam ilmu kedokteran hewan. Pendidikan itu menyebabkan Rusli menjadi semakin seperti orang Eropa. Dia meninggalkan beberapa tradisi Minang, tetapi tidak dalam pandangannya bahwa wanita harus berpatut kepada pria. Menurut Bakri Siregar , seorang kritikus sastra Indonesia berlatar belakang Marxis , sifat Rusli yang seperti orang Eropa itu mempengaruhi bagaimana budaya Belanda dijelaskan dalam Sitti Nurbaya , serta suatu adegan di mana kedua tokoh utama berciuman. A. Teeuw, seorang kritikus sastra Indonesia asal Belanda dan guru besar di Universitas Indonesia , mencatat bahwa penggunaan pantun dalam novel ini menunjukkan bahwa Rusli telah banyak dipengaruhi tradisi sastra lisan Minang, dengan dialog yang berkepanjangan menunjukkan bahwa ada pengaruh dari tradisi musyawarah.
Kritikus Indonesia Zuber Usman menunjukkan bahwa ada pengalaman lain yang lebih bersifat pribadi yang telah mempengaruhi penulisan Sitti Nurbaya serta tanggapan positif Rusli akan kebudayaan Eropa dan kemodernan. Menurut Usman, setelah Rusli menyatakan bahwa dia hendak mengawini seorang wanita Sunda , yang menyebabkan kehebohan di keluarganya, dia disuruh kembali ke kota kelahirannya dan dijodohkan dengan wanita Minang. Hal ini menyebabkan konflik antara Rusli dan keluarganya
Marah Rusli, sang sastrawan itu, bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar . Ia dilahirkan di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889 . Ayahnya, Sultan Abu Bakar , adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang . Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Buitenzorg (kini Bogor ) pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis Sunda bukanlah perkawinan yang diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi Marah Rusli kokoh pada sikapnya, dan ia tetap mempertahankan perkawinannya.
Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan . Berbeda dengan Taufiq Ismail dan Asrul Sani yang memang benar-benar meninggalkan profesinya sebagai dokter hewan karena memilih menjadi penyair, Marah Rusli tetap menekuni profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan terakhir Dokter Hewan Kepala. Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba , tukang dongeng di Sumatera Barat yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra. Marah Rusli meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat .

Pengarang Marah Rusli
Tamat Ya
HitCount 1.603
Nilai total rating_0

Bab

1 I. PULANG DARI SEKOLAH
Tjareuh_Boelan 22 November 2012 jam 3:16am
2 II. SUTAN MAHMUD DENGAN SAUDARANYA YANG PEREMPUAN
Tjareuh_Boelan 22 November 2012 jam 4:38pm
3 III. BERJALAN-JALAN KE GUNUNG PADANG
Tjareuh_Boelan 23 November 2012 jam 9:42pm
4 IV. PUTRI RUBIAH DENGAN SAUDARANYA SUTAN HAMZAH
Tjareuh_Boelan 24 November 2012 jam 3:05pm
5 V. SAMSULBAHRI BERANGKAT KE JAKARTA
Tjareuh_Boelan 24 November 2012 jam 10:35pm
6 VI. DATUK MERINGGIH
Tjareuh_Boelan 27 November 2012 jam 12:29am
7 VII. SURAT SAMSULBAHRI KEPADA NURBAYA
Tjareuh_Boelan 22 Januari 2013 jam 3:10pm
8 VIII. SURAT NURBAYA KEPADA SAMSULBAHRI
Tjareuh_Boelan 22 Januari 2013 jam 8:28pm
9 IX. SAMSULBAHRI PULANG KE PADANG (bagian 1)
Tjareuh_Boelan 25 Januari 2013 jam 2:25am
10 IX. SAMSULBAHRI PULANG KE PADANG (bagian 2)
Tjareuh_Boelan 25 Januari 2013 jam 5:41pm
11 X. KENANG-KENANGAN KEPADA SAMSULBAHRI
Tjareuh_Boelan 29 Januari 2013 jam 2:35pm
12 XI. NURBAYA LARI KE JAKARTA
Tjareuh_Boelan 30 Januari 2013 jam 4:05am
13 XII. PERCAKAPAN NURBAYA DENGAN ALIMAH (bagian 1)
Tjareuh_Boelan 30 Januari 2013 jam 9:21pm
14 XII. PERCAKAPAN NURBAYA DENGAN ALIMAH (bagian 2)
Tjareuh_Boelan 30 Januari 2013 jam 11:15pm
15 XIII. SAMSULBAHRI MEMBUNUH DIRI
Tjareuh_Boelan 31 Januari 2013 jam 1:46pm
16 XIV. SEPULUH TAHUN KEMUDIAN
Tjareuh_Boelan 1 Februari 2013 jam 6:46pm
17 XV. RUSUH PERKARA BELASTING DI PADANG
Tjareuh_Boelan 3 Februari 2013 jam 3:01am
18 XVI. PEPERANGAN ANTARA SAMSULBAHRI DAN DATUK MERINGGIH (tamat)
Tjareuh_Boelan 3 Februari 2013 jam 9:10pm

5 komentar

icon_comment Baca semua komentar (5) icon_add Tulis Komentar

#1 avatar
harmiana 24 November 2012 jam 1:58am  

Karya sastra merupakan taman yang menghibur sekaligus cermin sarana introspeksi diri yang wajib di apresiasi oleh kita umat manusia.Betapa keringnya kehidupan jika tiada minat pada sebuah karya sastra.Semakin tinggi minat seseorang pda sebuah karya sastra,semakin tinggi pula tingkat intelektualnya,demikian pula sebaliknya.Terima kasih telah bergabung menambah pebendaharaan bacaan di situs tercinta kita ini.

#2 avatar
abunlukas 29 November 2012 jam 9:53pm  

Salam. Asik juga kalo ada yg upload novel2 klasik spt ini. Jd punya gambaran ttg masa dulu. Good work bro. Btw jgn setengah2, ditamatin dunks.

#3
Tjareuh_Boelan 31 Januari 2013 jam 1:21am  

Mohon maaf ada beberapa Bab yg saya bagi dua, terutama Bab yg panjang. Maksudnya adalah
agar tidak berat 'loading'nya jika baca lewat ponsel.
Sekali lagi saya mohon maaf yg sebesar-besarnya kepada pembaca Indozone akan hal tsb diatas..

#4
Tjareuh_Boelan 3 Februari 2013 jam 9:13pm  

Membaca Bab terakhir ini, sumpah aku hampir menangis, loh. Sedih & terharu..!

#5 avatar
Aganwidodo 18 Juli 2013 jam 9:04am  

Mantap... Klasik banget. Kalo novel midun (sengsara membawa nikmat) udah ada belum ya di indozone?