Pendekar Pedang Matahari

HomeBacaanPendekar Pedang Matahari

t0t0
24 April 2013 jam 9:08am

01

(5) :lightsabre:

PAGI yang cerah begitu terasa indah ketika panorama alam terbentang luas di depan mata, setidaknya hal itulah yang kini tengah di rasakan oleh pasangan muda mudi yang sedang berjalan jalan di sebuah bukit hijau yang sangat indah. Mereka bercanda tawa begitu riangnya sambil menikmati keindahan alam ciptaan sang hyang widi jagad raya ini.

"Adik, betapa cantiknya alam di tempat kita ini. Tenang dan sangat menyejukkan hati." Ucap pemuda yang cukup tampan berkulit sawo matang dengan kumis tipis di wajahnya. Perawakan pemuda ini sangat kekar dan menarik hati para wanita.

"Hmmm.." gumam si gadis menanggapi ucapan sang pemuda acuh tak acuh.

"Alam ini seperti dirimu adik, cantik dan sangat menawan hatiku." Ucap pemuda itu merayu.

Si gadis hanya tersenyum lembut mendengar rayuan dari pemuda itu. Hatinya berbunga-bunga mendengar rayuan tersebut namun tidak ia tunjukkan dalam raut wajahnya yang ayu mempesona.

"Bagaimana menurutmu tempat ini adik Purbasari?" Tanya pemuda tersebut kalem.

Gadis yang di panggil Purbasari itu hanya angkat bahu saja tidak mau membuka suara.

"Kelak jika kita menikah aku ingin membangun rumah di tempat yang indah ini." Ucap pemuda itu sambil menatap alam di depannya itu.

"APA?! Menikah?!" Seru Purbasari kaget.

"Iya, menikah."

"Maksud kakang?" Tanya Purbasari tidak mengerti.

"Jika kita menikah aku ingin membangun rumah bagi kita berdua di tempat ini. Pasti kita sangat bahagia." Ucap pemuda itu sambil tersenyum lembut.

"APA...?! Kita...? Maksud kakang aku menikah dengan kakang?" Ucap Purbasari masih bingung. Pemuda itu tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Heeh. Kakang bermimpi apa. Siapa yang mau menikah denganmu. Huh...!" Seru Purbasari sengit.

"Kenapa? Apa kamu tidak mau kita menikah?" Ucap pemuda itu sedikit terkejut namun masih bersikap sabar.

"Maaf kakang, bukannya aku mengecewakanmu tapi aku tidak mencintai kakang. Sebaiknya kakang cari saja calon istri yang bisa menerima kakang dan mencintai kakang." Ucap Purbasari pelan.

"Tapi... aku mencintaimu adik. Aku ingin menikahimu. Aku ingin kamu yang jadi istriku." Ucap pemuda itu berapi-api.

"Maaf kakang aku tidak bisa." Purbasari menyahuti dengan lembut.

"Tapi... " pemuda itu jadi bingung sendiri. Mereka akhirnya sama-sama terdiam larut dalam pikiran masing-masing.

"Permisi kisanak nisanak. Maaf mengganggu waktu kalian. Boleh saya numpang bertanya?" Ucap seseorang tiba-tiba tanpa mereka sadari kehadirannya.

Purbasari dan pemuda di sampingnya saling pandang heran karna kemunculan seseorang di depan mereka tidak mereka ketahui sebelumnya. mereka sama-sama berpikir pastilah orang yang hadir di depan mereka adalah orang yang memiliki ilmu yang cukup tinggi, terbukti kehadirannya sama sekali tidak mereka rasa kan sebelumnya.

"maaf kalau saya mengejutkan kalian." ucap orang yang datang tadi. orang ini adalah pemuda gagah dan tampan sekali, berpakaian putih agak ketat menampilkan bentuk tubuhnya yang berotot, tampak gagang pedang berhulu matahari terliat dari balik punggungnya.

"ekh, tidak. tidak apa-apa kisanak. kami tidak terganggu, silakan kisanak mau bertanya apa?" sahut Purbasari cepat sambil tersenyum lembut.

"oh terima kasih. saya hendak ke Padepokan Toya Emas, dimana tempatnya ea kalau saya boleh tau?" ucap pemuda tampan itu kalem. pemuda ini tak lain dan tak bukan adalah Antoch atau yang lebih di kenal Pendekar Pedang Matahari dalam rimba persilatan.

Purbasari dan pemuda di sampingnya kembali saling pandang, mereka menatap pemuda asing di depan mereka dari atas sampai bawah seolah sedang menyelidik.

"mau apa kisanak ke Padepokan Toya Emas?" tanya pemuda teman Purbasari sedikit penuh curiga.

Antoch tersenyum kecil. "saya ingin menghadiri pertemuan yang di adakan oleh guru besar Padepokan Toya Emas." ucapnya memberitahu tujuannya.

"oh begitu. kebetulan kami juga mau kesana bagaimana kalau kita bersama-sama menuju kesana." ucap Purbasari kalem sambil tersenyum lembut.

"adik !" seru pemuda di samping Purbasari kaget. dia tidak suka dengan sikap Purbasari yang mengajak pemuda asing yang belum mereka kenal jalan bersama.

"mari kisanak." ucap Purbasari lembut.

"oh terima kasih. mari !" ucap Antoch kalem.

mereka lalu berjalan bersama menuju Padepokan Toya Emas.

"Oh ya siapa nama kisanak dan apa tujuan kisanak ke perguruan kami?" tanya Barda membuka obrolan. "eh ya maaf. kenalkan saya Barda dan ini adik seperguruan saya Purbasari. kami murid perguruan tongkat perak." lanjut Barda mengenalkan diri dengan maksud agar pemuda asing di sampingnya tau dan menghormatinya. bagaimanapun juga perguruan tongkat perak cukup di segani di wilayah gunung bromo. jelas itu adalah sikap jumawa yang tidak sepatutnya di tunjuk para murid perguruan tongkat perak yang terkenal santun.

pemuda itu jelas sekali menangkap sikap yang agaknya kurang bersahabat dari Barda tapi pemuda itu tersenyum kalem menanggapinya. yang jelas dia tidak mau cari permusuhan sesama orang dari satu golongan. "kebetulan sekali saya bisa bertemu dengan kalian. namaku Antoch, tujuanku ke perguruan kalian sekedar silaturahmi dan datang dalam pertemuan yang diadakan perguruan kalian." ucap Antoch dengan lembut dan penuh persahabatan.

"benarkah apa hanya itu kisanak?" tanya Barda cepat. jelas sekali Barda seperti mendakwa Antoch.

"maksud kisanak apa?" sahut Antoch heran tapi masih dengan sikap sopan.

"bisa saja kisanak punya tujuan lain. seperti yang sudah2."

Antoch mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"banyak yang datang ke perguruan kami dengan niat baik awalnya tapi setelah tujuan dan maksud mereka tidak tercapai langsung berbalik memusuhui kami." ucap Barda tak terkontrol.

"maaf kisanak. saya benar2 tidak mengerti maksud kisanak apa." ucap Antoch kalem seolah ingin minta penjelasan.

"kakang." seru Purbasari cepat. "tidak sepantasnya kakang bicara begitu. yang berhak memutuskan segala sesuatu mengenai perguruan adalah ayah bukan kakang." kata Purbasari tidak suka dengan sikap Barda yang di nilainya sudah tidak sopan terhadap tamu yang hendak berkunjung ke perguruan tongkat emas.

"adik. kita wajib tau siapa dan apa tujuan orang yang datang ke perguruan. apa kamu tidak belajar dari pengalaman yang sudah2." sahut Barda cepat.

"aku tau. tapi tidak sepantasnya kakang bersikap tidak sopan seperti itu." seru Purbasari tegas. "huh. aku duluan. hupp." Purbasari melesat cepat meninggalkan Barda dan Antoch. Purbasari merasa kecewa dengan sikap Barda yang keterlaluan terhadapa orang yang hendak datang ke perguruan.

"adik.!!" teriak Barda cepat tapi Purbasari sudah jauh dan hilang di tikungan jalan. Barda menghela nafas cepat lalu menoleh ke arah Antoch. "kisanak. aku peringatkan kau, jika tujuanmu ingin mendapatkan adik Purbasari, jangan harap kau bisa."

Antoch terkejut mendengar omongan Barda yang buatnya bingung dan tidak mengerti. apa maksud Barda sebenarnya, kenapa bisa sampai Barda berkata seperti itu, murid2 perguruan tongkat perak yang di kenal ramah dan sopan santun kenapa berbeda dengan apa yang di bicarakan orang. sungguh sesuatu yang aneh. itulah berbagai macam pikiran dalam kepala Antoch yang merasa heran dengan sikap Barda salah satu murid perguruan tongkat perak.

"tunggu dulu kisanak. apa maksud kisanak sebenarnya? di antara kita belum pernah saling ketemu dan tidak ada silang sengketa. kenapa kisanak seperti mencurigai saya." tanya Antoch tenang tapi dengan suara sopan. mungkin ini hanya salah paham saja, pikir Antoch dalam hati.

Barda menatap tajam pemuda di sampingnya. tanpa bicara lagi Barda melesat pergi meninggalkan Antoch yang masih heran dan bingung dengan dua orang yang baru saja ia temui. Antoch geleng2 kepala saja sambil terseyum tipis. "dasar orang2 aneh. gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba maen tuduh saja. hahahaha." Antoch tertawa pelan menertawai kejadian yang baru saja di alaminya.

mentari semakin beranjak tinggi, embun embun yang menempel di dedaunan sudah mengering. tetapi kicauan burung masih mewarnai pagi yang mulai berganti siang.

Situs http://glas88.xtgem.com/Purnama

:oops: . . . Bersambung ke 02


Pengarang Chimilly
Tamat Ya
HitCount 28.396
Nilai total rating_4

Bab

1 02
t0t0 24 April 2013 jam 9:13am
2 03
t0t0 24 April 2013 jam 5:53pm
3 04
t0t0 24 April 2013 jam 5:57pm
4 05
t0t0 24 April 2013 jam 5:58pm
5 06
t0t0 1 Mei 2013 jam 3:50am
6 07
t0t0 1 Mei 2013 jam 4:03am
7 08
t0t0 1 Mei 2013 jam 4:13am
8 09
t0t0 21 Mei 2013 jam 5:49am
9 10
t0t0 21 Mei 2013 jam 5:57am
10 11
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:04am
11 12
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:12am
12 13
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:17am
13 14
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:22am
14 15
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:28am
15 16
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:33am
16 17 ~ TAMAT
t0t0 21 Mei 2013 jam 6:38am

16 komentar

icon_comment Baca semua komentar (16) icon_add Tulis Komentar

#12 avatar
candyrine 22 Mei 2013 jam 7:00am  

wowww...ceritanya bagus...kliping...sini kliping sana..yang penting buat yang nyambung ya menjadi cerita baru...lanjutttt.. :))

#13 avatar
cibinong 17 September 2013 jam 4:40pm  

Maknyoos nihhhhh.. Avengers nya CerSil indonesia... PERTAMAXX GAN... :)) :))

#14 avatar
PandRa 2 Desember 2013 jam 9:43am  

Hihihi mantaap... bener2 The Avengers Indonesia apalg pendekar kesayanganku jg muncul, Pendekar Rajawali Sakti walau ga ikut ambil bagian dlm pertempuran hehehehe

#15 avatar
velliza 9 Desember 2016 jam 3:04pm  

Haahh cma satu ,gx ada lanjutnnya

#16 avatar
Jokowidjaya 24 April 2017 jam 9:08am  

P.pedang mataharinya blm BS lanjut.Kemarin dipedangnya di gadai kepasar loak.habismakan ngk punya uang bayar nih.Skrg LG nyari koperasi mau pinjam dgnbunga 40 persen buat Nebus pedangnya.mk Dr itu sabarlah dulu.