Home → Bacaan → Panembahan Tanpa Bayangan
Sarjiwa dan kedua orang tuanya berangkat ke Demak untuk memenuhi undangan dari salah seorang teman dekat ayahnya.
Dalam perjalanan, Sarjiwa dan kedua orang tuanya singgah di Pedukuhan Dawung. Mereka akhirnya melibatkan diri dalam sebuah persoalan yang disebabkan oleh seseorang yang mengaku sebagai pewaris sah Kesultanan Pajang. Raden Atmandaru mengaku dirinya adalah putra Pangeran Banawa dan mulai menghimpun kekuatan di Kademangan Mangunreja. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, seusai Pemberontakan Panaraga yang berhasil dipadamkan Pangeran Jayaraga/ Raden Mas Julik, kekuatan dari Mangunreja mulai merambat mendekati Mataram melalui Deyangan.
Kawasan perbukitan Menoreh yang subur dan tenang telah dipilihnya sebagai lumbung dan batu loncatan. Menoreh akan menjadi pintu masuk untuk merebut kekuasaan dari Panembahan Hanyakrawati.
Di Tanah Menoreh, kekuatan Raden Atmandaru akan mendapat ujian berat dari Ki Ageng Deyangan sebelum dapat mencapai Mataram. Banyak orang linuwih yang terlibat dalam arus air bah yang akan membanjiri Mataram. Ki Patih Mandaraka yang telah mencapai usia senja akan mendapatkan lawan tangguh, seorang ahli siasat yang tak kalah cerdik darinya.
Ki Tawang Geni dan anak perempuannya, di masa yang berdekatan dengan itu, telah merebut Padepokan Tegalrandu yang jaraknya cukup dekat dari Mataram. Rananta, murid terbaik padepokan, menjadi penentu kemenangan Ki Tawang Geni karena terikat perjanjian dengan Raden Atmandaru. Keadaan membuat Arundari beserta keluarganya berada dalam keadaan terjepit. Ki Basanta Alit mengungsi ke Tanah Perdikan Deyangan dalam keadaan terluka.
Dan bagi Mataram, jatuhnya Padepokan Tegalrandu ke tangan Ki Tawang Geni berarti sebuah ancaman lain datang mengincar dari arah yang lain.
Kegelapan semakin membayang di kaki Merapi ketika Panembahan Hanyakrawati meninggal di Alas Krapyak. Kesedihan telah menyebabkan Mataram menjadi lengah. Tombak pusaka Kanjeng Kiai Plered hilang dari Gedung Perbendaharaan Keraton!!!
Dalam kurun waktu itu, menjadikan Sarjiwa semakin dalam melibatkan dirinya. Sarjiwa tanpa mengenal lelah terus menempa diri dan bekerja keras mempertahankan Mataram dengan segala kehormatan dan harga diri.
Perjumpaan Sarjiwa dengan beberapa orang linuwih telah memberi warna yang lain dalam kehidupannya. Sementara di bagian kehidupan yang lain, Sarjiwa yang menjalin asmara dengan anak perempuan Ki Tawang Geni membuatnya dalam situasi sangat sulit. Sarjiwa harus bertemu dalam satu medan perang dengan seorang tumenggung yang dikenal tangguh dan hebat mengatur siasat di lereng Merapi.
Selamat menikmati.
Baca kisah lebih lanjut Panembahan Tanpa Bayangan
Pengarang | Ki Banjar Asman |
---|---|
Tamat | Tidak |
HitCount | 4.522 |
Nilai total | ![]() |
4 | ![]() |
Panembahan Tanpa Bayangan 4
ronirisdianto 3 Mei 2018 jam 7:32am |
7 | ![]() |
Panembahan Tanpa Bayangan 1
ronirisdianto 15 Januari 2018 jam 11:39pm |
8 | ![]() |
Panembahan Tanpa Bayangan 2
ronirisdianto 23 Januari 2018 jam 4:43pm |
9 | ![]() |
Panembahan Tanpa Bayangan 3
ronirisdianto 7 Februari 2018 jam 3:36pm |
Baca semua komentar (16)
Tulis Komentar
#12 | ![]() |
Zulhendra
21 Januari 2018 jam 7:39pm
 
Moga suhu sehat selalu untuk melanjukan cerita ini sampai tamatðŸ‘👠|
#13 | ![]() |
luckyjumadil
24 Januari 2018 jam 4:05pm
 
Tanggung... Selalunya terputus ceritanya |
#14 | ![]() |
ronirisdianto
25 Januari 2018 jam 12:01pm
 
Zulhendra menulis:matur nuwun doanya mas ![]() |
#15 | ![]() |
ronirisdianto
25 Januari 2018 jam 12:03pm
 
luckyjumadil menulis:kalau LADBM memang terputus karena batasan hak cipta dan kode etik/moral. btw, trm kasih atas kritiknya. ![]() |
#16 | ![]() |
sayang
17 Mei 2018 jam 8:20pm
 
moga berlanjut |