Home → Bacaan → PENDEKAR PEDANG PELANGI
PENDEKAR PEDANG PELANGI
Karya: Sriwidjono
Sebelumnya saya mohon maaf bila
ada yang sudah upload cerita ini di
sini. Untuk kembali meramaikan
web ini, cerita ini saya upload
kembali dengan sentuhan yang
agak berbeda.
***
Hari itu adalah permulaan bulan ke satu, tahun
180Sebelum Masehi, yaitu lima
belas tahun setelah Kaisar Liu Pang
wafat. Lima belas tahun memang
bukanlah waktu yang pendek,
hingga tidak mengherankan bila semua orang seakan telah
melupakan kaisar mereka yang
bijaksana itu. Bahkan rasanya
semua orang juga sudah tidak
peduli pula, bahwa selama itu kursi
singgasana masih tetap kosong dan belum ada yang
mendudukinya. Putera
Mahkota,Pangeran Liu Yang Kun,
yang sebelumnya telah ditunjuk
oleh Kaisar Liu Pang, ternyata
justru menghilang dari tempat tinggalnya begitu upacara
pemakaman ayahnya selesai.
Bahkan Putera Mahkota yang
dicintai rakyat itu tetap tidak
muncul takkala beberapa hari
kemudian istana pribadinya musnah dimakan api beserta
seluruh isi keluarganya.
Untunglah Permaisuri Li, isteri
Kaisar Liu Pang merupakan ibu tiri
dari Pangeran Liu Yang Kun, segera
maju ke depan untuk mengambil alih rodapemerintahan untuk
sementara. Permaisuri yang masih
berusia muda itu berjanji untuk
mewakili sebelum Pangeran Liu
Yang Kun diketemukan. Akan
tetapi setelah bertahun-tahun kemudian ternyata pangeran itu
belum juga diketemukan, terpaksa
Permaisuri Li mencalonkan
puteranya sendiri, Pangeran Liu
Wan Ti yang masih kecil, sebagai
calon pengganti kaisar yang baru. Demikianlah, selama lima belas
tahun itu ternyata Permaisuri Li
benar-benar telah membuktikan
kecakapannya sebagai pemangku
kekuasaan. Dia pandai sekali
mengatur roda pemerintahan, dan dia juga cerdik pula memilih para
pembantunya. Suara rakyat dan
kepentingan umum selalu dia
perhatikan dengan seksama,
sehingga lambat-laun orang pun
menjadi suka dan simpati kepadanya. Apalagi ia bersama
para pembantunya benar-benar
berusaha sekuat tenaga untuk
memajukan dan memakmurkan
negerinya.
Keamanan negara serta kesejahteraan rakyat pun
diupayakan pula dengan sebaik-
baiknya. Bala tentara ditambah
dan diperkuat, sementara
sepanjang Tembok Besar yang
menjadi penangkal serangan dari suku bangsa liar itu selalu dijaga
dan diawasi. Maka sudah
selayaknyalah bila sejalan dengan
berkembangnya rasa aman serta
meningkatnya kesejahteraan
rakyat tersebut, orang pun lantas mulai melupakan Kaisar Liu Pang
dan Pangeran Liu Yang Kun.
Orang mulai berlumba untuk
menikmatikegembiraan dalam
suasana aman dan damai
itu.Mereka seolah-olah ingin mengambil kembali kebebasan
mereka, yang selama
pemerintahan Kaisar Liu Pang
terkurung akibat peperangan yang
berkepanjangan dengan suku-suku
bangsa liar di luar Tembok Besar. Demikian pula dengan Perayaan
Menyongsong Tahun Baru kali ini.
Warga kota Hang-ciu, sebuah kota
besar di pantai timur Propinsi Cse-
kiang, menyambut kedatangan
Tahun Baru ini dengan sangat meriah pula. Hampir semua toko
dan rumah yang berada di pinggir
jalan menghias diri sebaik-baiknya.
Segala macam hiasan kertas dan
umbul-umbul. Serta lampu ting
yang bercorak warna-warni, mereka pasang di depan bangunan
masing-raasing. Sementara di
perempatan jalan besar, di pasar-
pasar, maupun di tempat-tempat
ramai didirikan panggung-panggu
ng pertunjukan guna menghibur penduduk di sekitarnya.
Dan panggung-panggung itu juga
dibuat dan dihias pula semeriah-
meriahnya, seakan-akan ingin
bersaing dan tak mau kalah
dengan panggung yang dibuat di halaman kabupaten.
“Selamat Tahun Baru! Kiong-hi!
Semoga panjang umur dan murah
rejeki!â€
“Selamat…! Kiong-hi! Terima
kasih! Terima kasih…!†Setiap orang, tua – muda, anak-
anak, laki –perempuan, dengan
wajah berseri serta gelak dan tawa,
saling memberi salam dan puja-
puji setiap kali berjumpa. Mereka
berbondong-bondong keluar rumah. Masing-masing seolah-olah
telah menentukan acaranya
sendiri-sendiri. Ada yang saling
mengunjungi sanak kerabatnya.
Ada yang pergi ke tempat-tempat
pertunjukan untuk melihat hiburan gratis.
Akan tetapi sekali ini semua orang
seperti ditumpahkan ke halaman
kabupaten yang luas itu.
Selain ada tiga buah panggung di
sana, kali ini juga akan di adakan sebuah acara baru. Sebuah acara
perlombaan yang diselenggarakan
oleh pihak kerajaan di seluruh
negeri, yaitu Perlombaan
Mengangkat Arca. Perlombaan
yang dilaksanakan di setiap halaman kabupaten di seluruh
Tiong-kok itu dimaksudkan untuk
mencari pemuda-pemuda yang
cocok sebagai calon prajurit
pengawal istana.
Suara musik dan tambur yang kemudian menggema di halaman
Kabupaten Hang-ciu itu semakin
menyemarakkan suasana. Apalagi
para pejabat tinggi di kota itu telah
lengkap pula di tempat duduk
yang disediakan. Para penonton pun segera mencari tempat-
tempat duduk yang strategis untuk
menyaksikan acara-acara yang
akan dipergelarkan.
Sementara itu di luar halaman, dua
orang petani yang juga ingin menonton Perlombaan
Mengangkat Arca, masih asyik
duduk di sebuah warung kecil di
pinggir jalan. Mereka mengobrol
sambil ninum arak.
Sesekali mereka melayangkan pandangannya ke arah penonton
yang berduyun-duyun memasuki
halaman kabupaten...
.
.
Pengarang | SRIWIDJONO |
---|---|
Tamat | Tidak |
HitCount | 1.781 |
Nilai total |
1 |
Satu
Sugeng789 19 April 2018 jam 4:44am |
|
2 |
Dua
Sugeng789 19 April 2018 jam 5:07am |
|
3 |
Tiga
Sugeng789 19 April 2018 jam 1:55pm |
|
4 |
Empat
Sugeng789 19 April 2018 jam 2:01pm |
|
5 |
Lima
Sugeng789 19 April 2018 jam 2:06pm |
Baca semua komentar (2) Tulis Komentar
#1 |
histor7556
21 April 2018 jam 8:46am
 
Lanjut suhu joss cerita y... |
|
#2 |
kazeshini
2 Mei 2018 jam 3:50pm
 
baca dulu, makasih |