Chapter Pembuka

Suara tangis bayi terdengar melengking tinggi seakan ingin mengalahkan deru badai dan ledakan guntur yang menggelegar. Tangis sang bayi menggetarkan dinding-dinding batu, seolah-olah bangunan
candi itu akan runtuh karena getaran suara si jabang bayi. Bahkan dari puncak hingga kaki gunung terjadi
getaran hebat, sepertinya gunung itu akan meletus atau tumbang. Rumah-rumah penduduk di kaki gunung ikut bergetar, gentengnya
melorot dan pada pecah. Hewan-hewan ternak saling menjerit ketakutan, ada yang sampai lepas dari kandangnya dan mengamuk di sana-sini.

Bayi itu adalah bayi laki-laki. Tali pusarnya digunting oleh dua jari sang ayah, Yuda
Lelana atau Batara Kama. Tapi beberapa saat kemudian ia menjadi lemas, terpuruk sambil
memeluk bayi itu.

Murti Kumala, Sang Ibu, terpaksa mengambil alih sang jabang bayi dan memeriksanya.
Dia terkejut karena bayi itu ternyata tidak
mempunyai garis tangan sedikitpun! Sang Ibu lebih terkejut lagi setelah mengetahui dada sang bayi mempunyai noda tato bergambar setangkai bunga mawar merah kuncup.

Yuda Lelana bangkit
merayap dan duduk di tepi pembaringan kemudian berkata, "Kekuatanku telah hilang! Semua ilmuku sudah menitis ke dalam ragamu, Nak! Kini kau Titisan Batara Kama. Jaga dan pelihara baik-baik. Kau harus menjadi pemandu kebenaran dan keadilan. Karena itu kunamakan dirimu: Pandu Puber. Artinya 'Puber': Punya Keberanian! Kalau mau menjadi pemandu kebenaran dan keadilan kau
harus punya keberanian! Keberanian
menentang si angkara murka, keberanian melawan tindakan sesat, juga
keberanian mengakui kesalahan diri
sendiri..."

Beberapa saat kemudian hujanpun berhenti, badai reda, petir sembunyikan diri, kabut sirna dan alam menjadi terang. Seakan mereka takut
dengan kemunculan sang jabang bayi yang kelak akan melanglang buana, menembus
belantara persilatan dan cinta...

Prev: Petualangan Yuda Lelana (Batara Kama)
<======