Jaka Joko

Karya: Nur S

Ringkasan Cerita

Nini Iswari atau yang lebih dikenal dengan gelar Si Kujang Sakti bertarung dengan musuh bebuyutannya Ki Sosro. Di saat mereka bertarung hidup dan mati, mereka dikejutkan dengan datangnya seekor kuda yang membawa sebuah peti di punggungnya. Kuda ambruk dan mati di depan mereka. Tubuh kuda penuh panah yang menancap di sekujur tubuhnya.

Peti yang dibawa kuda terlepas dan jatuh. Tutup peti terbuka dan seorang bayi merah terlempar dan jatuh di depan kedua tokoh sakti yang sedang bertarung. Entah mengapa kedua tokoh sakti itu menghentikan pertarungan. Mereka tertarik pada bayi merah yang tergeletak tidak jauh dari mereka. Setelah diperiksa Nini Iswari, bayi merah masih hidup dan berjenis kelamin laki-laki.

Perselisihan kembali terjadi diantara dua tokoh sakti. Namun kali ini penyebabnya bayi laki-laki. Keduanya merasa berhak mengasuh dan membesarkan sang bayi. Karena tidak ada titik temu, akhirnya kedua tokoh sakti sepakat membesarkan dan mengangkatnya menjadi murid. Mereka membawa sang bayi ke sebuah gua yang terletak di belakang air terjun.

Masalah lain timbul, kedua tokoh sakti kembali berselisih masalah nama sang bayi. Nini Iswari memberi nama muridnya Jaka, namun Ki Sosro memberinya nama Joko. Setelah adu mulut yang cukup alot, akhirnya kedua tokoh sakti sepakat memberi nama muridnya JAKA JOKO. Meskipun begitu, Nini Iswari memanggilnya Jaka dan Ki Sosro Joko.

Dalam asuhan dua tokoh sakti, Jaka Joko tumbuh menjadi seorang remaja gagah, tegap, kekar dan kuat. Ajaran olah kanuragan dari dua gurunya mencetak Jaka Joko menjadi seorang pendekar pilih tanding yang memiliki dua senjata pusaka sakti. Dari Nini Iswari Jaka Joko mendapat Kujang Kalamurti. Dari Ki Sosro mendapat Keris Nogo Pertolo. Gabungan kujang di tangan kiri dan keris di tangan kanan membuat Jaka Joko masuk jajaran pendekar papan atas Jawadwipa.
.
.
.