Home → Bacaan → Keris Pembunuh Kadal
Awal cerita
"Akwa, Kwa Ci bangun!!!"
Suara menggelegar memecah keheningan pagi. Beberapa burung camar yang terkejut jatuh tercebur ke laut.
Dua sejoli yang tidur beralaskan daun kelapa sontak terperanjat. Dengan sigap mereka bangun dan menyambar pedang yang tergeletak di atas pasir putih di samping mereka.
"Mana musuh yang menyerang kita?" kata Akwa sambil celingukan. Pedangnya sudah terhunus. Melihat dari gayanya sih tu bocah sudah siap tempur.
"Musuh gundulmu. Lu ga lihat itu matahari sudah tinggi. Lu ga malu sama burung camar yang sudah bangun dari shubuh," omel Chang Chi Men.
"Lah, gua kira ada musuh menyerang," gerutu Akwa sambil memasukan lagi pedangnya ke sangkarnya. (Woy, sejak kapan pedang punya sangkar? Aneh-aneh aja nih penulis).
"Lu lagi Kwa Ci, anak perawan tuh bangun ga boleh keduluan ama matahari. Lu ga malu apa anak perawan ga bisa masak? Suami lu nanti mau dikasi makan apa?" omel Chang Chi Men pada anak gadis yang memegang pedang dengan mata setengah terbuka dan setengah tertutup. Dilihat dari mukanya sih tu anak kayaknya masih ngantuk.
"Eh, kacang. Lu babeh gue bukan. Sodara bukan. Ngapain lu marahi gue?" semprot Kwa Ci gantian memarahi balik Chang Chi Men.
"Gue emang bukan apa-apanya elu. Tapi lu harus mikir dong. Anak perawan tuh tugasnya di dapur. Nyiapin makanan buat kita. Lah elu, jam segini baru bangun. Itu pun gue bangunin. Mau jadi apa negara ini bila semua anak gadisnya kayak elu," kilah Chang Chi Men.
"Eh kacang, dengar ya. Gue mau bangun jam berapa kek itu bukan urusan lu. Lagi pula lu nyuruh gue ke dapur nyiapin makanan buat lu pada itu di mana dapurnya. Terus apa yang harus gue masak? Pasir getoh? Lu punya otak ga sih? Kita itu terdampar di pulau antah berantah. Kita tiba di sini terseret arus lima jam yang lalu. Kalo gue bangun siang ya wajar aja kan kita tidurnya belum lama. Lu punya otak ga sih?" semprot Kwa Ci.
"Eh, kok malah galakan elu sih?" gerutu Chang Chi Men.
"Sudah, sudah. Maafin bini gue. Dia mah memang begitu orangnya," lerai Akwa.
"Bini? Enak aja lu ngomong. Kapan gue nikahnya ama lu," semprot Kwa Ci pada Akwa.
"Sudah, sudah. Sekarang kita harus cari tau di mana kita terdampar," kata Chang Chi Men sambil melangkah ke tepi pantai.
Air laut berkilau memantulkan cahaya matahari. Burung-burung camar terbang rendah dan hampir menyentuh permukaan air laut. Kicaunya yang bersahutan bagai nyanyian alam. Debur ombak yang pecah di bibir pantai terdengar jelas. Suasana pagi yang tenang namun tidak setenang hati ketiga remaja yang berdiri tegak sambil memandang ke tengah laut.
Beberapa jam yang lalu mereka terdampar di pantai. Arus air laut telah membawa potongan papan yang mereka naiki sampai ke pantai. Ya, kapal yang mereka tumpangi dihantam badai dan karam di tengah lautan. Beruntung ketiga remaja itu bisa selamat dan tiba di daratan.
Chang Chi Men
Nama gue Chang Chi Men. Gue lahir di propinsi Guan Zu. Gue anak desa yang dibesarkan di sebuah kampung terpencil. Bokap gue bernama Chang Lie dan nyokap gue Men Min. Walau gue anak petani tapi sejak kecil gue sudah diajari ilmu bela diri oleh bokap dan nyokap gue. Sampai tanpa sadar gue dinyatakan lulus dan menguasai semua ilmu yang diberikan bokap dan nyokap gue. Kehidupan gue awalnya berjalan biasa-biasa saja dalam arti damai dan tenang sampai suatu hari bencana, malapetaka dan prahara itu datang.
Saat itu gue baru kembali dari berburu dan alangkah terkejutnya gue ketika melihat tempat tinggal gue berantakan. Bekas pertarungan hebat terlihat jelas. Ada ceceran darah. Dan yang membuat gue cemas adalah kedua ortu gue hilang. Hanya selembar kertas yang tergeletak di atas meja. Gue ambil kertas itu yang ternyata sebuah surat. "Kalo lu ingin tau di mana kedua orang tua lu, datanglah ke Istana Terapung Pantai Putih" bunyi surat.
Istana Terapung Pantai Putih? Bokap dan nyokap gue pernah bercerita kalau itu adalah markas klan Iblis Betina. Klan yang dicap sesat namun berhasil mengkudeta negara dan memenjarakan kaisar dan keluarganya. Kenapa mereka menangkap orangtuaku? Rasa penasaran itulah yang membuat aku berangkat ke Istana Terapung Pasir Putih dan itu adalah awal dari kisah pelarianku bersama dua sahabatku.
.
.
.
Pengarang | Nur S |
---|---|
Tamat | Tidak |
HitCount | 1.790 |
Nilai total |
1 |
Satu
Nurslamet 28 Juli 2021 jam 4:28am |
|
2 |
Dua
Nurslamet 28 Juli 2021 jam 4:53pm |
|
3 |
Tiga
Nurslamet 31 Juli 2021 jam 9:13am |
Baca semua komentar (1) Tulis Komentar
#1 |
Nurslamet
31 Juli 2021 jam 7:03am
 
Ini cerita paling ngawur yang pernah saya buat. Saya rekomendasikan agar para suhu membacanya. (Emot ketawa). Chang Chi Men = kaChang, kuaChi, dan perMen. Akwa = air minum dalam kemasan. Kwa Chi = kalo yang ini para suhu sudah tau semua. Ceritanya sih tiga remaja dari negeri tiongkok terdampar di pulau Jawa. Terus berpetualang deh mereka. Yang bikin cerita ini agak aneh, logat atau gaya bicara tiga remaja dari tiongkok itu pakai logat betawi. Lu gue getoh. Terus judulnya juga aneh. Masa keris pembunuh kadal. Apa ga ada judul lain yang lebih spektakuler getoh? itu gara gara si cang ci men nemu potongan gulungan lontar yang menyebutkan prabu kadal hanya bisa dibunuh oleh sebuah keris. nah dari situ si cang ci men menyebut keris sakti itu keris pembunuh kadal. |