Home → Bacaan → Tragedi Cinta Sang Dewa Asmara
Dari pengarang
Ini cerita sisipan dari Semara Tungga jilid 1. Namun karena agak panjang maka di jadikan beberapa bab.
Dalam Semara Tungga jilid 1 Kaisar Langit murka pada Dewa Asmara. Apa penyebabnya dan apa yang sebenarnya terjadi? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita langsung ke TKP.
Awal Cerita
"Kakang, aku akan memberikan buah ini kalau kakang mau menciumku," kata Dewi Mala sambil memperlihatkan sebuah buah mirip apel tapi bukan apel, mirip buah persik tapi bukan persik dan anehnya buah aneh itu seperti berubah-ubah bentuknya menyerupai buah-buahan yang ada di dunia.
Dewa Asmara yang terikat rantai Jerat Jiwa hanya diam membisu namun di hatinya mengumpat dan memaki Dewi Mala yang berhasil mengalahkannya. Dalam catatan pribadi Dewa Asmara baru kali ini dirinya kalah oleh seorang dewi dan yang lebih memalukan lagi atau membuatnya malu dirinya kalah oleh dewi yang terbuang. Dewi Mala di buang dari kahyangan karena rupanya yang buruk. Dewi Mala meski pun masih hidup tapi keberadaannya dianggap sudah tiada. Dewa Asmara pun mengutuk dirinya yang bisa tersesat dan nyasar hingga tiba di Bukit Terlarang tempat Dewi Mala dibuang. Dan yang paling disesalinya ilmu kesaktiannya di bawah Dewi Mala hingga dia harus menelan pil pahit kekalahan. Tubuhnya kini tak bisa bergerak terikat rantai Jerat Jiwa. Salah satu senjata pusaka yang dimiliki Dewi Mala.
"Ayolah kakang. Aku yakin efek buah ini akan berguna buat kakang. Aku susah payah mendapatkannya di dasar jurang dan harus bertarung dengan makhluk penjaganya. Aku akan memberikannya pada kakang asal kakang mau menciumku. Adil bukan?"
Adil? Apanya yang adil. Yang jelas akan merusak reputasiku. Apa kata orang KAMA yang ganteng, gagah, idaman para isteri, idola para wanita yang selalu dikejar-kejar para gadis dan janda mencium Dewi MALA dewi buruk rupa yang dibuang dari kahyangan. Mau ditaruh dimana mukaku ini. Huh, untung saja di tempat ini hanya aku dan dia aja. Kalau ada orang lain, namaku akan tercemar. Gerutu Dewa Asmara dalam hati.
"Kalau kakang tidak mau menciumku akan kubiarkan kakang di sini dan terikat berbulan-bulan sampai kakang mati lemas," ancam Dewi Mala.
Terikat di sini berbulan-bulan? Lalu bagaimana dengan janjiku pada Kaisar Langit yang mengundangku datang ke paviliunnya dan aku telah berjanji akan datang tiga hari lagi. Bagaimana dengan wanita-wanitaku. Ini gawat. Haruskah aku merusak reputasiku untuk sebuah kebebasan. Batin Dewa Asmara perang.
"Bagaimana?" desak Dewi Mala.
"Baiklah, asal bebaskan aku dan biarkan aku pergi dari tempat ini," kata Dewa Asmara akhirnya menyerah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana para wanitanya kehilangan dirinya.
"Baik. Dan buah ini tetap aku berikan pada kakang. Buah ini belum bernama. Karena aku yang menemukannya dan kakang yang memakannya maka buah ini aku beri nama buah MALA KAMA," kata Dewi Mala. "Buka mulutnya, kakang!"
Dewa Asmara terpaksa membuka mulutnya dan Dewi Mala segera memasukan buah Malakama ke dalam mulut Dewa Asmara. Tubuh Dewa Asmara bergetar. Buah Malakama terasa sangat pahit. Gila, buah si mala ini pahit sekali. Gerutu Dewa Asmara.
.
.
.
Pengarang | Nur S |
---|---|
Tamat | Tidak |
HitCount | 302 |
Nilai total |
1 |
Buah Mala Kama
Nurslamet 7 Desember 2021 jam 1:27pm |
Baca semua komentar (1) Tulis Komentar
#1 |
Arman_wijaya
10 Desember 2021 jam 5:29pm
 
Lanjut dong. . . |