Tengkorak Iblis

HomeBacaanTengkorak Iblis

Goldy
9 Desember 2021 jam 11:32am

Tengkorak Iblis 1 [01]

PEGUNUNGAN Heng san mempunjai alam pemandangan menarik sekali, penuh oleh hutan-hutan ketiil dan besar, dan djuga terdapat banjak sekali lembah-lembah dengan lamping gunung jang tjuram. Djuga dipegunuugan ini terdapat djuga binatang-binatang buas seperti matjan kumbang, singa atau ular-ular berbisa. jang terkenal dari gunung Heng-san ini adalah Lembah Ho-souw-tok (Lembah Majat Hidup), lembah mana djarang sekali didatangi orang, karena setiap kali ada orang jang mendatangi lembah Ho-souw-kok itu, pasti orang tersebut akan lenjap seperti tertelan lautan, tidak akan kembali lagi. Lembah Ho-souw-kok lebar dan besar sekali, dengan dibagian Utaranja terdapat tebing jang tinggi sekali, djuga dibagian Baratnja terdapat tebing jang berbentuk segi lima dan tingginja hampir empat puluh tombak lebih, sehingga mengerikan benar.
Dengan adanja tebing jang tinggi tersebut, dengan sendirinja keadaan dilembah itu seperti terlindung dari pandangan mata setiap orang jang ada diatas tebing tersebut, karena keempat pendjurunja seperti tertutup. Dengan sendirinja Lembah ini seperti djuga merupakan Lembah jang diasingkan, tidak pernah diinjak kaki manusia. Lagipula keadaan didalam Lembah Ho souw-kok itu sangat kabur dan penuh rahasia. Tidak ada seorang pendudukpun disekitar perkampungan kaki gunung Hengsan itu yang bisa menceritakan bagaimana keadaan didalam Lembah Ho souw-kok itu.
Djuga djarang sekali orang jang jang mau Pelesiran atau pesiar digunung Heng san tersebut, karena semua orang sering mendengar soal kehebatan dan keganasan binatang-binatang buas dipegunungan tersebut, membuat orang-orang djadi ngeri untuk pesiar dipegnnungan tersebut.
Dengan sendirinja keadaan dipegunungan Heng-san itu kian sepi dan menimbulkan suasana jang menjeramkan sekali
Lebih-lebih didalam hutan belukarnja dipinggang gunung itu, suasana disitu sangat menjeramkan sekali tiada taranja, dengan binatang-binatang liar jang semakin penuh mendjadi penglmni dihutan belukar tenebut. Kalau dimalam hari para penduduk dikaki pegunungan tersebut sering mendengar suara raungan atau pekikkan binatang-binatang buas dihutan belukar pegunungan tersebut. jang sangat mengerikan benar, kadang-kadang terdengarnja seperti suara djeritan atau tangisan setan-setan penasaran.
Semakin lama pegunungan Heng-san semakin ditakuti orang untuk mendatanginja kebagian pinggang atau puntjak gunung ini. Tjerita-tjerita tachajul mengenai setan-setan digunung tersebut djuga semakin tersiar luas.
Pagi itu, dikala matahari tengah memantjarkan sinarnja jang agak terik, karena saat itu adalah perrengahan musirn panas, tam pak disebuah djalan ketjil dipinggang pegunungan tersebut sebuah kereta beroda satu jang sedang didorong oleh seorang anak lelaki ketjil berusia sekitar sembilan tahun.
Kerera beroda satu itu sebetulnja tidak bisa disebut kereta, karena hanja merupakan sebuah kotak kaju jang tidak begitu besar, berukuran kurang lebih lima kaki, dengan dibagian mukanja terdapat sebuah roda kaju pula jang berbentuk bulat, pada belakang kereta itu terdapat dua batang kaju sebagai pendorong, jang ditjekal oleh botjah itu dan mendorong kereta ketjil tersebut perlahan-lahan.
Didalam kotak kaju itu duduk seorang nenek tua berusia sekitar enam puluh tahun, dia memakai badju jang berwarna hitam, dengan rambutnja jang sudah berobah putih seluruhnja itu diikat oleh sehelai se1endang ketjil, berwarna abu-abu. Perempuan tua ini duduk dengan sepasang matanja terpedjam rapat-rapat, setiap kali kereta kecil yang lebih tepat dikatakan gerobak itu bergojang-gojang akibat terbentur batu-batu kerikil dijalanan gunung ini, maka tubuh si nenek tua ini juga jadi ikut bergojang-gojang.
Tarupaknja sikap perempuan tua ini tenang sekali, dia membiarkan si botjah ketjil dibelakangnja mendorong kereta itu terus.
Dari kening anak Ie laki ketjil itu tampak butir-butir keringat jang mernbasahinja tjukup banjak, rupanja dia letih sekali, apa lagi kereta jang sedang didorongnja itu bukan ringan, dan djalanan ketjil digunung tersebut djuga dipenuhi oleh batu-batu kerikil, sehingsa agak sulit untuk mendorongnja Ie bin tjepat. Kereta ketjil itu djuga memperdeagarkan suara 'krrrekk-kreeoottt, krrreeekk, krreeooctt' setiap kali roda berputar terbentur dengaa batu ketjil. Napas botjah tjilik itu djuga terengah ketjapaian.
"Kudengar napasam telah memburu keras sekali, San djie ….." kata nenek tua itu taapa mernbuka matanja jang masih tertutup rapat itu, rupanja dia mendengar djelas sekali napas botjah dibelakangnja jang memburu keras begitu. "Kalau memang kau sudah terlalu letih, lebih bagus kita beristirahat sadja dulu, kau boleh mentjari tempar jang teduh dan baik untuk dipakai beristirahat."
"Benar Popo…..” menjahuti botjah ketjil itu, jang dipanggil oleh si nenek dengan sebutan San djie (anak San) itu, "Matabari terlalu terik sekali, sehingga sengat mengganggu perdjalanan kita ….."
Nenek tua itu tertawa defigan suars jang saber, sepasenB matanja dibuka perlahan.
Dia djuga telah menarik napas dalam-dalam dengan perasaan Ie ga.
"Ach …., matahari ini sedjuk sekali, biasanja matahari pagi menjegarkan dan menjehatkan tubuh! kata perempuan tua itu kemudian. "Tetapi kau mengapa malah mengatakan sebaliknja, mengganggu perdjalanan kita?”
Botjah itu meringis sambil mempergunakan punggung tangan kirinja untuk menjusut ke ringat jang hampir mengalir kematanja.
"Popo (nenek) tidak tahu, matahari itu bersinar terlalu terik dan menjebabkan banjak keringat jang keluar dikening dan ditubuhku! Tjoba sadja nenek bajangkan….. bukankah keringat itu mengganggu sekali? Dan keringat-keringatku itu timbul disebabkan teriknja matahari ini ….., maka dengan sendirinja bisa sadja kukatakan bahwa disebabkan matahari itu menjebabkan perdjalanan kita terganggu sedikit!'' rapih sekali kata-kata si bojah waktu dia menjelaskan itu. rupanja ddia benar-benar letih sekali dan ingin tjepat-tjepat mentjari tempat jang teduh dan njaman untuk beristirahat.
"Semangatmu terlalu rendah dan tidak mernpunjai ketabahan untuk menghadapi kesukaran hidup!!" kata si perempuan tua didalam kotak kaju kereta itu. ''Bagaimana kau bisa mendjadi orang hebat didalam rimba persilatan kalau kau hanja memiliki semangat seperti itu?''
"Memang aku tidak mempuniai minat untuk hidup berkelana didalam rimba persilatan ..... maka dari itu, memang San djie djuga tidak mernpunjai niat untuk mempeladjari ilmu silat .....! Tjuma sadja hari ini San djie terlalu telah, sehingga tidak bisa menderong kereta ini lebih tjepat dari saat-saat sebelumnja, tetapi setelah mengasoh sebentar, aku akan dapat mendorong kereta ini lebih tjepat lagi." kata botjah itu sambil tertawa meringis,
"Hmm --botjah nakal kau!'' kata si nenek cua itu sambil terseujum, ''Bilang sa dja terus terang, kau meraang seorang botjah jang malas…..!!"

bersambung ke Tengkorak Iblis 1 [02]

Pengarang Kho Pek Houw
Tamat Ya
HitCount 56
Nilai total rating_0

Bab

Satu komentar

icon_comment Baca semua komentar (1) icon_add Tulis Komentar

#1 avatar
suadma 20 Desember 2021 jam 9:36am  

Mantap. Lanjutken... Kirain karya Kho Ping Hoo, ternyata Kho P.H. (Pek Houw) :)