Home → Bacaan → Pendekar 4 Alis - Sang Ratu Tawon
Sang Ratu Tawon
Oleh Khulung/Gan KL
Bagian 1
Bagaimana dengan Samon? Dimana dia? Peti telah terangkat, terdengar Siau Giok lagi mendesak, "Ayo, lekas, lekas!"
Siau-hong kelabakan setengah mati, bila melihat peti ini digotong pergi. Samon tentu gelisah dan mungkin bisa gila, tapi apa yang dapat dilakukannya?
Teringat akan hal ini, hati Liok.Siau-hong serasa hancur luluh.
Hati Samon pasti juga remuk redam.
Namun apa gunanya jika cuma hati saja yang remuk redam, biarpun kepala dibenturkan pada dinding hingga hancur juga tetap tidak berguna.
Akhirnya bisa dirasakan juga 'mati kutu' memang tidak enak, dan sukar ditahan.
Entah makan obat kuat apa, kedua kuli penggotong peti itu dapat melarikan peti itu dengan cepat.
Lau-sit Hwesio terus memegang tangan Liok Siau-hong dan ditepuk-tepuk perlahan serupa seorang tua lagi membelai anak kecil agar jangan nakal.
Sungguh dongkol sekali Liok Siau-hong, rasanya ia ingin mengetuk pecah kepala gundul si Hwesio.
Kedua kuli penggotong peti itu berjalan begitu cepat, seakan sejak masih dalam perut ibunya sudah belajar menggotong peti.
Lau-sit Hwesio masih bisa tersenyum.
"Hwesio ini memang pembawa sial, setiap bertemu dengannya, pasti kesialan akan datang."
Ia paham kata makian dari seluruh negeri, jumlah kata makian sedikitnya ada lima ratus macam, mestinya sudah siap akan dihamburkan kepada Lau-sit Hwesio, tapi sayang, ia tak berdaya memaki, bersuara saja tidak bisa.
Dimanakah Samon?
Bagaimana perasaannya menyaksikan orang memisahkan anak ayam jantan dengan dia? Dapatkah dia membunuh diri saking sedihnya?
Jika dapat mati akan lebih baik malah, kalau tidak mati dan harus hidup sendirian, cara bagaimana dia akan bertahan hidup?
Bisa jadi dia akan mencari akal untuk naik ke atas kapal, kepandaiannya kan jauh lebih hebat daripada apa yang dibayangkan orang?
Kalau dia tidak naik ke atas kapal, apakah dia akan naik ranjang lagi bersama orang lain?
Hati Liok Siau-hong terasa pedih, makin dipikir makin tidak enak.
Mestinya Liok Siau-hong bukan jenis lelaki yang berpikiran sempit, tapi seorang yang sedang jatuh cinta biasanya akan berubah menjadi lebih egois.
Tiba-tiba terdengar kedua kuli penggotong peti juga mulai mencaci-maki, "Peti sialan, bikin susah melulu, ingin makan enak saja terganggu!"
"Ya, memang maknya dirodok!"
"Kukira peti ini lebih baik kita lemparkan saja ke laut supaya tidak membikin susah lagi!"
Kawanan kelasi yang sudah kenyang asam garam ini tentu saja bukan orang baik-baik, jika sedang kalap, segala apa dapat diperbuatnya.
Tapi Liok Siau-hong tidak ambil pusing malah, ia berbalik berharap hal ini benar-benar dilakukan oleh mereka.
Siapa tahu kedua kelasi ilu justru berubah pikiran. Tiba-tiba seorang berkata, "Eh, bagaimana kalau kila coba memeriksa apa isi peti ini?"
Bagi Liok Siau-hong hal ini tentu akan sangat kebetulan baginya. Tapi sayang, Siau Giok telah menggembok peti ini.
"Dapatkah kau buka gembok ini?" tanya salah seorang kelasi.
"Tidak!" jawab yang lain.
"Kau berani merusak gemboknya?"
"Kenapa tidak berani?"
"Jika ditanya Kiu-siauya, siapa yang bertanggung jawab?"
"Kau!"
"Nenekmu!" maki yang lain. "Kutahu kau ini memang pengecut!"
"Rasanya kau pun tidak banyak berbeda!"
"Sebab itulah lebih baik kita bawa kembali peti ini, taruh saja di dalam gudang dan bereslah segalanya!"
"Blang", akhirnya peti itu dijatuhkan dengan berat, di bawah adalah suara papan yang dijatuhi benda berat.
Kedua orang sama menghembuskan napas lega, jelas tempat ini adalah dek kapal Kiong Kiu itu. Tugas mereka sudah rampung, dunia sudah aman bagi mereka.
Lau-sit Hwesio juga menghembuskan napas, rasanya seperti sedang bilang, "Selang beberapa hari lagi anak ayam jantan dan keledai gundul sudah bisa pulang ke rumah."
Dunianya juga sudah aman.
Tapi bagaimana dengan Liok Siau-hong?
Dia diam saja, sampai napas saja tidak ada lagi, waktu Lau-sit meraba lubang hidungnya, memang betul sudah berhenti bernapas.
Keruan si Hwesio terkejut, "Hei, kenapa jadi begini?"
Tidak ada jawaban, tidak ada reaksi dan tetap tidak ada napas.
Apakah mungkin seorang bisa mati gemas dan dongkol.
"Wah, engkau tidak boleh mati, betapapun Hwesio tidak mau berjubal bersama orang mati di dalam sebuah peti!"
Tetap tidak ada reaksi dan tetap tidak ada napas.
Memangnya ada orang yang mati karena mendongkol?
"Kalau kau mau mati, jangan sekarang, aku tidak mau berdesakan dalam satu peti denganmu," kata Lau-sit pula.
Pengarang | Gan Kok Liang |
---|---|
Tamat | Ya |
HitCount | 2.795 |
Nilai total | ![]() |
1 |
bab 2
l4g1b3t3 25 November 2008 jam 10:30am |
|
2 |
bab 3
l4g1b3t3 25 November 2008 jam 10:30am |
Baca semua komentar (5)
Tulis Komentar
#1 | ![]() |
haha
26 November 2008 jam 8:46pm
 
thx, udah lama cari yang ini.....3 ato 4 taon yg lalu |
#2 | ![]() |
Kent
26 November 2008 jam 10:55pm
 
thanks a lot. u r the best. |
#3 | ![]() |
owi
1 Desember 2008 jam 4:48pm
 
HebAT!! langsung tamat xie xie lagibete |
#4 | ![]() |
kikim
4 Januari 2009 jam 12:51pm
 
Thanks berat buat ceritanya |
#5 | ![]() |
llies
30 Januari 2009 jam 9:48am
 
tq |