Home → Bacaan → Asmara Berdarah
DINO Presents
Karya : Kho Ping Hoo
Serial : Pedang Kayu Harum
Lanjutan : Siluman Goa Tengkorak
Selamat Membaca
Dino
Pengarang | Kho Ping Hoo |
---|---|
Tamat | Ya |
HitCount | 18.658 |
Nilai total |
1 |
Bab 1 - Dewi Laut
dino 27 Oktober 2005 jam 9:13pm |
|
2 |
Bab 2 - Pencuri Bakpao
dino 1 November 2005 jam 9:37pm |
|
3 |
Bab 3 - Tokoh Kaum Sesat
dino 2 November 2005 jam 10:49pm |
|
4 |
Bab 4 - Empat Belas Setan
dino 2 November 2005 jam 10:51pm |
|
5 |
Bab 5 - Kematian Ciu Lian Hong
dino 2 November 2005 jam 10:52pm |
|
6 |
Bab 6 - Bubarnya Pek-Liong-Pang
dino 2 November 2005 jam 10:55pm |
|
7 |
Bab 7 - Antek-Antek Pemberontak
dino 2 November 2005 jam 10:56pm |
|
8 |
Bab 8 - Hukuman Mati
dino 6 November 2005 jam 12:02am |
|
9 |
Bab 9 - Pulau Teratai Merah
dino 6 November 2005 jam 9:09pm |
|
10 |
Bab 10 - Sandiwara
dino 6 November 2005 jam 9:11pm |
|
11 |
Bab 11 - Raja Iblis Dan Ratu Iblis
dino 7 November 2005 jam 7:04am |
|
12 |
Bab 12 - Berguru Tiga Tahun
dino 8 November 2005 jam 6:26am |
|
13 |
Bab 13 - Gua Iblis Neraka
dino 9 November 2005 jam 6:32am |
|
14 |
Bab 14 - Sui Cin Hilang Ingatan
dino 11 November 2005 jam 10:04pm |
|
15 |
Bab 15 - Sayembara
dino 11 November 2005 jam 10:06pm |
|
16 |
Bab 16 - Kelemahan Sang Jenderal
dino 11 November 2005 jam 10:07pm |
|
17 |
Bab 17 - Rahasia Ratu Iblis
dino 13 November 2005 jam 12:45am |
|
18 |
Bab 18 - Harimau Terbang
dino 14 November 2005 jam 6:16am |
|
19 |
Bab 19 - Cemburu
dino 15 November 2005 jam 6:28am |
|
20 |
Bab 20 - Munculnya Tokoh Kawakan
dino 20 November 2005 jam 12:53am |
|
21 |
Bab 21 -Isteri-isteri
dino 20 November 2005 jam 12:57am |
|
22 |
Bab 22 - Pertempuran
dino 20 November 2005 jam 12:59am |
|
23 |
Bab 23 - Menggempur Dari Dalam
dino 20 November 2005 jam 7:13am |
|
24 |
Bab 24 - Kematian (TAMAT)
dino 20 November 2005 jam 7:15am |
Baca semua komentar (9) Tulis Komentar
#5 |
Sheep
27 Desember 2008 jam 3:29pm
 
"Para pembaca kisah Pendekar Sadis tentu telah mengenal nama Cia Kong Liang ini. Pendekar ini menikah dengan seorang gadis gagah perkasa putera seorang datuk sesat yang sudah mencuci tangan dan merobah jalan hidupnya di atas jalan bersih. Ayah mertuanya adalah Tung-hai-sian Bin Mo To yang tinggal di Cengtao di Propinsi Shantung. Julukannya ketika masih menjadi datuk adalah Tung-hai-sian (Dewa Lautan Timur) dan dia adalah seorang Bangsa Jepang yang nama aselinya Minamoto." Here is another mistake or perhaps typo from the original novel. In Pendekar Sadis, Tung-hai-sin Bin Mo To's Japanese name was Minimoto; Minamoto was Tung-hai-sin Bin Mo To's grandfather. |
|
#6 |
Sheep
3 Januari 2009 jam 6:12pm
 
Darn...either I didn't translate it correctly or our favorite wuxia author, Kho Ping Hoo, was drunk when he wrote Asmara Berdarah. Earlier in the novel during the 2nd meeting of the wulin villains at Mount Ta-pie-san, Ratu Iblis said, and "Tempatnya di luar tembok besar, jadi pemerintah tentu tidak akan mencampuri. Kita gembleng pasukan yang kita kumpulkan di situ dan pada waktu yang tepat, pasukan kita turunkan melalui tembok besar ke selatan, menuju ke kota raja, bertepatan dengan munculnya Toan Ong-ya di istana. Pasukan kita itu mungkin tak usah bergerak, hanya untuk memperkuat wibawa saja." then "Toan Ong-ya sudah memikirkan hal itu pula. Maka, beliau memberi waktu selama tiga tahun. Tiga tahun lagi, tepat pada permulaan musim semi, pada hari Tahun Baru, semua pasukan harus dikumpulkan di luar tembok besar, di benteng kita untuk segera memulai dengan pembangunan benteng dan melatih pasukan. Mengertikah kalian?" Why in the hell then 3 years later the wulin heroes held a meeting at same place where the villains' fortress is located? In addition, it said that the fortress was never fixed or inhabited for a long time. If Raja Iblis and Ratu Iblis changed their mind about using former Jeng-hwa-pang's fortress, why it wasn't indicate anywhere in the story line? Pertemuan yang dinanti-nantikan dengan hati tegang oleh para pendekar itupun tibalah. Malam bulan purnama dan mengambil tempat di bekas benteng Jeng-hwa-pang yang sudah rusak dan keadaannya menyeramkan karena tidak pernah ditinggali manusia. Malam itu, tidak kurang dari seratus orang pendekar dari berbagai aliran berkumpul di tempat Of course there is more of this Asmara Berdarah's flaw. For instance Tho-tee-kwi who supposedly killed by Siang-kiang Lo-jin at Mount Ta-pie-san meeting, Kakek raksasa mengeluarkan pekik menyeramkan, kedua tangannya mencengkeram ke arah dada sendiri, akan tetapi tiba-tiba dia muntah-muntah dan darah segar yang berbau busuk muncrat-muncrat dari mulutnya. Totokan pada ulu hatinya itu ternyata telah membuat jantungnya pecah. Biarpun dia berusaha untuk menyerang lagi, akan tetapi matanya terbelalak dan kini dia terpelanting roboh dan berkelojotan. Kakek raksasa yang suka membunuh dan makan daging anak itu akhirnya tewas dalam keadaan yang amat mengerikan. but then he magically reappeared later at the Ceng-tek fortress. Tho-tee-kwi (Setan Bumi), kakek raksasa yang menyeramkan itu, yang memiliki kebiasaan mengerikan, yakni makan daging anak-anak manusia, seorang tokoh Cap-sha-kui yang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi daripada Koai-pian Hek-mo dan Hwa Hwa Kui-bo, kini ditandingi oleh Yelu Kim yang dibantu oleh perwira-perwira pengawal yang lihai pula. Adapun para datuk lain dikeroyok oleh pasukan pengawal. Terjadilah pertempuran yang seru dan mati-matian. Akan tetapi karena pihak pasukan pengawal jauh lebih banyak jumlahnya, kini para datuk itu segera terdesak hebat. |
|
#7 |
Sheep
4 Januari 2009 jam 12:06am
 
Yet another flaw within Asmara Berdarah... After Ci Kang rescued Hui Song from Sim Thian Bu's captivity, they fought for awhile until Cia Sun and Siang Wi stopped them. Then Hui Song disclosed Ci Kang's deed to Cia Sun. "Hemm, engkau kena ditipunya, Cia Sun! Engkau tidak tahu siapa dia sebenarnya. Karena dia berkedok domba, engkau tidak tahu bahwa di balik kedok itu adalah seekor harimau yang liar dan buas! Aku dapat membuktikannya sendiri kejahatannya! Ketahullah bahwa kalau tidak ada aku yang mencegahnya, mungkin dia sudah... memperkosa Sui Cin!" But then toward the end of the story, it made it seemed like Cia Sun has never heard of the so-called molestation. Semua orang kini memandang kepada Ci Kang, terutama sekali Cia Sun yang merasa bingung dan sukar dapat mempercaya berita bahwa sahabatnya itu pernah hendak memperkosa Sui Cin. Ci Kang mengangkat mukanya yang agak pucat itu, pertama-tama memandang ke arah Sui Cin yang juga memandang kepadanya, kemudian dia memandang kepada gurunya, lalu menunduk kembali dan suaranya lirih dan jelas. |
|
#8 |
ragilcitra
23 Februari 2016 jam 4:42pm
 
Untuk melihat LINK CERITA KARYA-KARYA KHO PING HOO lainnya, Disini |
|
#9 |
CersilKPH
31 Mei 2016 jam 3:09pm
 
Bagi rekan-rekan yang memiliki akun Facebook, mari gabung di Group Cersil Kho Ping Hoo |