The Myth (Jing Dian Zhuan Qi)

HomeUlasanFilmThe Myth (Jing Dian Zhuan Qi)

SoLiDsNaKe
25 Oktober 2005 jam 3:27pm

Cast:
Jackie Chan
Kim Hee Seon
Tony Leung
Patrick Tam
Ken Huang
Mallika Sherawat

Synopsis:
Arkeolog Jack terbujuk oleh kawan lamanya, William si ilmuwan, untuk kembali bertualang mencari batu penangkal gravitasi yang dipercaya sebagai pecahan dari meteor yang jatuh dua ribu tahun lalu. Petualangan membawa mereka berkeliling China utara hingga ke pinggiran India. Di saat bersamaan, Jack juga selalu dihantui mimpi tentang kehidupan lalunya sebagai Jendral Meng, salah satu perwira tinggi dalam jajaran pasukan Qin Shi Huang. Salah satu tugasnya adalah mengawal putri Ok-Soo dari Koguryo (Korea) untuk dijadikan selir raja Qin. Jack/Meng dan Ok-Soo jatuh cinta. Keduanya terpisahkan selama dua ribu tahun ini dan sekarang reinkarnasi Meng dalam bentuk Jack akan menemukan cinta kehidupan lalunya.

Storyline and Review:
(3)
Cerita awalnya ditulis oleh Stanley Tong, yang juga sutradaranya, kemudian dipoles lagi dengan bantuan Wang Huiling, skriptor "Crouching Tiger Hidden Dragon". Boleh dibilang plot ceritanya sangat sederhana, yaitu reinkarnasi dan cinta yang tak lekang oleh masa. Tapi ternyata setelah diramu dengan mulus dan ditambah dengan munculnya beberapa tokoh sejarah, ceritanya jadi mengalir cukup lancar.

Salah satu keberhasilan penulisan cerita ini menurut saya adalah karena konsistensinya dengan sejarah. Hampir semua bagian yang berhubungan dengan Meng Yi, Qin Shi Huang, Zhao Gao dan lain-lain ditulis dengan apik dan sedekat mungkin dengan catatan sejarah yang ada. Tokoh putri Ok-Soo pun berhasil dimasukkan ke dalam cerita tanpa merusak sejarah. Konsistensinya bahkan sampai digambarkan dengan baik pada sifat raja Qin yang memaksa Ok-Soo memakan Pil Panjang Umur.

Ada dua hal mencolok yang bertentangan dengan fakta. Pertama, tentu saja Pil Panjang Umur. Kedua adalah Makam Terbang raja Qin. Untungnya naskah film dibuat sedemikian rupa sehingga kedua hal fiktif tersebut tidak menyebabkan bentrok antara jalan cerita dan catatan sejarah.

Keseriusan dalam menggarap film ini juga terlihat dengan melibatkan lebih dari seribu figuran. Bahkan untuk melakukan adegan-adegan kuda Angin Puyuh Hitam yang ditunggangi Jendral Meng, didatangkan Graham Ware, pelatih kuda untuk trilogi Lords of the Ring.

Jackie Chan pernah berkata bahwa film-filmnya akan selalu bebas adegan intim dan darah berceceran karena ia ingin filmnya bisa ditonton semua umur. Kali ini tampaknya ia harus merelakan banyak darah berceceran di adegan perang. Terutama saat Meng Yi harus membunuh puluhan prajurit sebelum dirinya dibunuh.

Karakter:
(2) untuk Jackie dan lainnya
(4) untuk Kim Hee Seon

Beberapa karakter sejarah muncul di film ini: Meng Yi, Hu Hai, Li Si, Zhao Gao, dan lain-lain. Gambaran penokohan mereka boleh dikatakan tercipta dengan baik. Sayangnya kurang tergambarkan kenapa Zhao Gao ingin Meng Yi mati meskipun saat itu negara butuh jendral-jendral kuatnya untuk menghadapi Kaum pemberontak.
Pemeran Zhao Gao juga tidak tampak ada dendam pada Meng Yi. Dalam sejarahnya, Meng Yi pernah hampir menghukum mati Zhao Gao. Selain itu Meng Yi dan Meng Dian, kakaknya, adalah pendukung putra mahkota Fu Su. Dendam Zhao Gao dan kenyataan bahwa bila Fu Su naik tahta akan menyulitkan Zhao Gao membuat Zhao melakukan manuver politik. Fu Su, Meng Dian dan Meng Yi semuanya menjadi korbannya.

Meng Yi adalah jendral yang terkenal kuat dan Jackie Chan memerankan adegan berkelahi jendral itu dengan baik dan masuk akal. Meski digambarkan sebagai petarung paling sakti masa itu tetapi naskah ditulis sesuai kenyataan bahwa manusia ada batas kekuatannya sehingga tetap saja Meng Yi mengalami kesulitan sewaktu melawan kepungan banyak orang. Usia jendral kawakan itu dengan usia Jackie juga tidak berbeda jauh, jadi cocok untuk diperankan olehnya.

Bencana baru terlihat ketika sampai ke adegan Jackie bercampur dengan adegan Kim Hee Seon. Digambarkan dalam film ini bahwa putri Ok-Soo (atau Yu Su, mandarinnya) jatuh cinta pada jendral Meng pada pandangan pertama. Atmosfir romansa dari Meng/Jackie tidak terasa sama sekali. Jackie memang seorang maestro untuk adegan berkelahi, tapi tampaknya ia lebih baik menjauhi adegan cinta atau sejenisnya di film-filmnya.

Ok Soo (Yu Su) yang diperankan oleh Kim Hee Seon tampil dengan elegan dan nyaris sempurna. Kim berhasil membawakan seorang putri yang tadinya kehilangan semangat hidup karena akan jadikan selir raja Qin sampai pada bertemu lagi dengan pelita hidupnya dalam bentuk jendral Meng. Tampaknya Kim sudah terbiasa dengan adegan romance sehingga tidak terlihat kesukaran baginya untuk berakting dengan baik di sini.

Hanya ada sedikit waktu yang diberikan untuk Kim tapi, ditunjang dengan naskah yang baik untuknya, ia bisa menampilkan beberapa wajah Ok-Soo sejalan dengan waktu. Pertama, putus asa. Kedua, bangkit dari kesedihan. Ketiga, rasa percaya akan cintanya. Keempat, kesetiaan ribuan tahun.

William, ilmuwan sahabat Jack, diperankan oleh Tony Leung. Entah kenapa Tony Leung tidak selincah di film-film lamanya. Padahal di film ini William adalah tokoh yang setengah komikal setengah serius. Mungkin umur? Mungkin juga naskah yang tidak ditulis dengan baik untuk tokoh yang dimainkannya?

Gadis dari desa Dasar di India dengan nama Samantha diperankan oleh Mallika Sherawat ini lebih lebih parah lagi. Dengan porsi yang jauh lebih kecil dari Ok-Soo, mungkin bisa dimengerti bila ia tidak berhasil membawa kesan apa-apa. Kita sebagai penonton hanya perlu tahu bahwa kronologi di film ini kurang lebih sebagai berikut: Jackie Chan muncul - gadis cantik jatuh cinta padanya - Jackie Chan pergi - gadis cantik merindukannya - ulangi dari awal.

Mungkin tidak tepat dianggap sebagai salah satu karakter, tapi saya ingin mengomentari adegan-adegan akhir kuda Angin Puyuh Hitam yang ditunggangi jendral Meng. Apa yang terjadi adalah kuda ini terkena panah di bagian pantat/atas paha belakang, panah menembus hingga keluar dari sisi satunya. Si kuda tampaknya mengerti akan situasi genting tuannya dan terus memaksakan diri untuk lari meski sudah terluka parah. Adegan ini ditangkap dengan begitu baik sampai-sampai kita bisa mengerti dengus berat kuda itu yang memakai sisa-sisa tenaga terakhirnya untuk membawa tuannya sejauh mungkin dari musuh-musuhnya. Bravo Stanley! Meski pemerannya hanya seekor kuda yang bahkan namanya tidak masuk daftar casting tapi adegan ini malah lebih mengharukan daripada saat perpisahan Jackie dengan Kim. (5) untuk kuda ini dan pengambilan adegan terakhirnya.

Grafik/Picture:
(4)
Sepanjang film, kita akan disuguhi dengan pemandangan yang dari berbagai tempat di China barat hingga selatan ditambah dengan pengambilan gambar di beberapa pura bersejarah Vithala dan Virupaksha di selatan India.

Tidak perlu ditanyakan bagaimana artifak dinasti Qin bisa sampai terdampar begitu jauh, cukup nikmati saja pemandangan yang disuguhkan. Nikmati juga tarian pendek Samantha di pagi yang dingin dengan hanya memakai pakaian yang tipis dan minim. Mungkin sudah seharusnya begitu.

Beberapa CGI patut diacungi jempol. Makam Terbang raja Qin tampak agung. Seratus ribu prajurit yang turut serta dalam pertempuran juga sukar dibedakan dari manusia asli sekelilingnya.

Tapi ada juga CGI yang tidak begitu berkenan. Adegan dimana tombak Meng menembus badan musuhnya dan adegan ceceran darah sewaktu Meng berkelahi dengan segelintir prajurit Koguryo tampak tidak menyatu dengan baik. Masih terlihat seperti kartun yang dipaksakan tampil.

Music:
(2)
Buat yang terbiasa dengan film-film Jackie Chan dan tidak suka dengan musiknya akan sedikit terhibur di sini. Kali ini karena topiknya adalah cinta abadi maka ada beberapa lagu yang ditata dengan baik. Salah satunya adalah theme song-nya, Endless Love, yang dinyanyikan secara duet antara Jackie Chan dan Kim Hee Seon.

Sekali lagi terbukti, Jackie Chan memang tidak punya bakat menyanyi. Untungnya melodi lagu ini enak didengar dan liriknya penuh arti.

Kesimpulan:
(3)
Meskipun ini hanya tontonan yang biasa saja tapi ada beberapa poin baik yang mungkin bisa diambil.
Adegan perang yang digarap seserius mungkin dengan melibatkan cukup banyak orang meski tidak cukup kolosal tapi digarap dengan gambar yang mudah dicerna. Begitu juga adegan di mana Kim Hee Seon muncul digarap cukup melodramatis, sudah hampir seperti film drama bukannya action.

Tampaknya film ini mungkin bisa lebih baik lagi bila dilakukan beberapa perubahan. Tapi untuk saat ini, inilah hasilnya.

Nilai 3 stars
Kategori Film
Negara Hong Kong
Tahun 2005
HitCount 2.176

Satu komentar

icon_comment Baca semua komentar (1) icon_add Tulis Komentar

#1 avatar
rmz 26 Oktober 2005 jam 10:20pm  

jacky harus sujud sukur dapet 2 bintang dari monmon2. ahfan cuma rela kasih dia 1/2 bintang.. jacky ngga cocok banget deh meranin tokoh jendral meng :( . harapan gw the myth dirilis ulang ...
aktor yg gw nominasikan : TONY LEUNG

ato setidaknya chow yun fa .. felix wong
dll aktor hongkong, taiwan, mainland yg lebih baik bermain watak dibandingkan jacky

yg paling buat kesal
the myth juga kurang adegan yg romantis..
kasih sebuah ciuman ato pelukan mesra kek... WE NEED MORE!