Home → Cerita Pendek → Karangan S. Panuntun (Alsinisi)
Salam perkenalan...
Sahabat semua...,
Saya akan mencoba menulis sebuah dongeng tentang sebuah kisah yang telah banyak dikenal oleh masyarakat kebanyakan khususnya di Pulau Jawa karena dongeng inipun bersetting pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa beberapa ratus tahun yang lalu.
Mungkin gaya Saya dalam menulis dongeng ini mirip dengan gaya menulis dari Sang Maestro
- Bagian 1 -
.....Kala itu, demi memenuhi undangan dari Kangjeng Sunan Kudus, maka Adipati Pajang, Hadiwijaya bersama para pengiring dan rombongannya telah berangkat menuju Kudus.
Terlihat Adipati Hadiwijaya dikawal oleh prajurit segelar sepapan yang kuat dan lengkap. Terlihat pula para pembesar Kadipaten Pajang juga turut menjadi pengiring dari Adipati Hadiwijaya. Berada
- Bagian 2 -
Disepanjang perjalanan rombongan itu tak jarang menyempatkan untuk sekedar singgah di beberapa padukuhan yang dilintasinya. Dan para bebahu padukuhanpun dengan penuh kegembiraan melakukan penyambutan serta ucapan selamat datang kepada Kangjeng Adipati beserta rombongannya. Para bebahu maupun rakyat padukuhan itu merasa mendapatkan kanugrahan karena pemimpin tertingginya menyempatkan untuk
-Bagian 3 -
"Nah sekarang kita harus mampu menyesuaikan keadaan dengan keputusan dari Kangjeng Adipati Hadiwijaya", berkata Ki Ageng Pemanahan meneruskan keteranganya.
"Aku telah memutuskan hanya prajurit pengawal pribadi Kangjeng Adipati yang akan menjaga keselamatan Kangjeng Adipati selama menghadiri pisowanan di Dalem Kudusan. Tentunya disertai oleh para pemimpin Pajang yang lain. Namun
- Bagian 4 -
Tiba tiba saja Ki Penjawi yang duduk disebelah Ki Ageng Pemanahan itu berdesis perlahan dan nyaris berbisik ke dekat telinga Ki Ageng Pemanahan.
"Kakang Pemanahan..., siapa yang Kakang maksud dengan prajurit muda itu".
"Oooo.., aku rasa Adi Penjawi memang belum mengenalnya. Ia seorang prajurit muda dan baru sekitar 3
-Bagian 5 -
Sementara itu, disaat yang hampir bersamaan ketika para pemimpin prajurit Pajang mengadakan pertemuan.
Di dalam kota Kudus sendiri, disebuah rumah yang besar dan tak jauh dari lingkungan Dalem Kudusan juga sedang diadakan pertemuan yang dilakukan oleh para pemimpin Kadipaten Djipang Panolan. Pertemuan itu sendiri dipimpin langsung oleh sesepuh sekaligus
- Bagian 6 -
Mendengar kata kata dari Ki Patih Mantahun itu, Tohpati hanya terdiam saja walau nampak wajahnya yang menyiratkan ketidak puasan, namun Tohpati tidak berani membantah lebih lanjiut perkataan dari Patih Kadipaten Djipang yang sekaliguas adalah gurunya.
Sementara itu Pangeran Arya Mataram pun ternyata sependapat dengan apa yang disampaikan oleh
- Bagian 7 -
Pangeran Arya Mataram yang selama ini telah berusaha menahan gejolak perasaananya menjadi tidak bisa mengekang diri lagi setelah mendengar perkataan dari Sanakeling dan Tohpati.
Sambil sedikit menggeram dengan nada yang meninggi, Pangeran Arya Mataram itu berkata.
"Adi Macan Kepatihan dan juga kau Sanakeling, nampaknya kalian benar benar telah
- bagian 8 –
Sementara itu, Malam menjadi semaki larut. Udara dingin dimalam hari yang menyelimuti pelosok Kota Kudus ternyata mulai dihangatkan oleh suasana yang penuh ketegangan. Kehadiran dua pasukan segelar sepapan yang memenuhi kota Kudus seolah mampu menindih dinginnya udara malam di Kudus. Mendung seolah mulai menggelayuti langit Kudus, dan
- Bagian 9 -
Demikianlah akhirnya diiringi oleh para pemimpin Kadipaten Pajang serta sekelompok pengawal terpilih, Adipati Pajang itu telah meninggalkan perkemahannya untuk memasuki kota Kudus dan menuju ke Dalem Kudusan.
Perjalanan itu adalah perjalanan yang sangat pendek sehingga tak seberapa lama kemudian Adipati Pajang itu telah sampai didepan regol dalem Kudusan.