Home → Cerita Pendek → Telusuri
- Bagian 6 -
Mendengar kata kata dari Ki Patih Mantahun itu, Tohpati hanya terdiam saja walau nampak wajahnya yang menyiratkan ketidak puasan, namun Tohpati tidak berani membantah lebih lanjiut perkataan dari Patih Kadipaten Djipang yang sekaliguas adalah gurunya.
Sementara itu Pangeran Arya Mataram pun ternyata sependapat dengan apa yang disampaikan oleh
-Bagian 5 -
Sementara itu, disaat yang hampir bersamaan ketika para pemimpin prajurit Pajang mengadakan pertemuan.
Di dalam kota Kudus sendiri, disebuah rumah yang besar dan tak jauh dari lingkungan Dalem Kudusan juga sedang diadakan pertemuan yang dilakukan oleh para pemimpin Kadipaten Djipang Panolan. Pertemuan itu sendiri dipimpin langsung oleh sesepuh sekaligus
- Bagian 4 -
Tiba tiba saja Ki Penjawi yang duduk disebelah Ki Ageng Pemanahan itu berdesis perlahan dan nyaris berbisik ke dekat telinga Ki Ageng Pemanahan.
"Kakang Pemanahan..., siapa yang Kakang maksud dengan prajurit muda itu".
"Oooo.., aku rasa Adi Penjawi memang belum mengenalnya. Ia seorang prajurit muda dan baru sekitar 3
-Bagian 3 -
"Nah sekarang kita harus mampu menyesuaikan keadaan dengan keputusan dari Kangjeng Adipati Hadiwijaya", berkata Ki Ageng Pemanahan meneruskan keteranganya.
"Aku telah memutuskan hanya prajurit pengawal pribadi Kangjeng Adipati yang akan menjaga keselamatan Kangjeng Adipati selama menghadiri pisowanan di Dalem Kudusan. Tentunya disertai oleh para pemimpin Pajang yang lain. Namun
- Bagian 2 -
Disepanjang perjalanan rombongan itu tak jarang menyempatkan untuk sekedar singgah di beberapa padukuhan yang dilintasinya. Dan para bebahu padukuhanpun dengan penuh kegembiraan melakukan penyambutan serta ucapan selamat datang kepada Kangjeng Adipati beserta rombongannya. Para bebahu maupun rakyat padukuhan itu merasa mendapatkan kanugrahan karena pemimpin tertingginya menyempatkan untuk
- Bagian 1 -
.....Kala itu, demi memenuhi undangan dari Kangjeng Sunan Kudus, maka Adipati Pajang, Hadiwijaya bersama para pengiring dan rombongannya telah berangkat menuju Kudus.
Terlihat Adipati Hadiwijaya dikawal oleh prajurit segelar sepapan yang kuat dan lengkap. Terlihat pula para pembesar Kadipaten Pajang juga turut menjadi pengiring dari Adipati Hadiwijaya. Berada
Salam perkenalan...
Sahabat semua...,
Saya akan mencoba menulis sebuah dongeng tentang sebuah kisah yang telah banyak dikenal oleh masyarakat kebanyakan khususnya di Pulau Jawa karena dongeng inipun bersetting pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa beberapa ratus tahun yang lalu.
Mungkin gaya Saya dalam menulis dongeng ini mirip dengan gaya menulis dari Sang Maestro
Pram sedang membaca koran dengan headline ‘Negara Bubar 2030’. Ia membaca berita yang membosankan itu sampai ketiduran. Begitu bangun, Pram terhenyak, ia tiba-tiba telah berada di tahun 2030!
Pram mencuci muka lalu membuat kopi, mengambil dua lembar roti tawar, mengoleskan selai kacang dan menyantapnya. Pram menyalakan televisi. Sebuah stasiun televisi menayangkan
Sudah lama aku punya janji pada sahabatku mau datang menemuinya, namun baru hari ini aku punya kesempatan untuk berkunjung ke kampungnya.
Sahabatku tinggal di sebuah perkampungan yang ada di pedalaman Sumatra. Namun namanya perkampungan yang ada di pedalaman lokasinya sangat jauh dan harus melalui hutan belantara yang masih dihuni binatang buas.
Aku terbangun dengan rasa sakit di kepala. Ku raba kepalaku. Berdarah! Bukan hanya di kepala tetapi aku juga merasakan sakit di sekujur tubuhku. Badan ini terasa remuk.
Ku coba mengingat-ingat apa yang terjadi pada diriku namun aneh memori di otakku seakan kosong. Tidak ada yang aku ingat.
Ku coba mengingat siapa diriku,