Alien Vairus Coronama Adventure (1)

HomeCerita PendekAlien Vairus Coronama Adventure (1)

Nurslamet
20 Juni 2020 jam 5:47pm

Planet Mubi, di dunia paralel.

Hiiaaat! Edison dengan segenap kekuatan terakhirnya menerjang Lima Harimau dari Everest. Pedang Mustika Kumala yang dipegangnya erat-erat mengeluarkan cahaya biru. Baju Edison yang robek berkibar bagai bendera dewa maut. Tetesan darah dari dadanya yang robek menganga mengiringi tekadnya untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.

Lima Harimau dari Everest menyeringai. Target yang harus mereka bunuh kali ini tidak sehebat yang mereka bayangkan. Pangeran Surya Kesuma terlalu berlebihan, pikir mereka. Untuk membunuh seorang remaja lelaki yang kemampuan bela dirinya masih rendah harus menyewa mereka. Lima pembunuh bayaran peringkat ke lima. Bukankah itu suatu pelecehan bagi mereka. Namun mengingat besarnya bayaran yang akan mereka terima, perasaan telah dilecehkan menguap. Mereka berubah gembira. Kapan lagi dapat tugas mudah dengan bayaran tinggi. Ini sudah nyata rejeki nomplok. Satu-satunya yang harus mereka waspadai adalah pedang yang digenggam erat Edison. Aura pedang sangat misterius dan tidak bisa mereka deteksi. Mereka sudah mengerahkan kemampuan supranatural mereka untuk mengetahui kelas pedang yang digenggam lawannya. Namun mereka seperti menyelam di tengah samudra. Dasar samudra yang sesungguhnya tidak bisa mereka lihat. Semua tertutup kegelapan.

"Sudah saatnya kita mengakhiri permainan ini. Ayo kawan-kawan gadis-gadis cantik sudah menunggu kita," kata Ki Evros, pemimpin Lima Harimau dari Everest, kepada empat rekannya.

Ke empat rekannya mengangguk mengerti. Mata mereka berbinar mengingat hadiah tambahan yang dijanjikan Pangeran Surya Kesuma. Mereka segera berpencar dan membentuk formasi kalajengking...

=====

Kapal induk Star Golden, dimensi ruang dan waktu.

Edi duduk merenung di tepi tempat tidur. Wajahnya dipenuhi kebingungan. Dia terbangun dan mendapati dirinya menjadi amnesia. Dia tidak bisa mengingat apapun. Siapa dia? Dari mana? Sedang di mana? Akan kemana? Semua pertanyaan itu tidak bisa dijawabnya. Memori otaknya seakan kosong. Dia seperti orang yang baru dilahirkan ke dunia.

Di depan Edi tergeletak sebuah buku catatan yang di sampulnya tertulis 'Catatanku' yang ditulis tangan. Edi meraih buku catatan dari atas meja dan membukanya. Halaman pertama berisi beberapa kalimat yang ditulis tangan menggunakan tinta biru.

Perang dingin memasuki generasi baru. Perang itu bernama Perang Maya. Perang tidak terlihat tetapi dampaknya lebih mengerikan dari perang phisik di dunia nyata.

Ini adalah catatanku. Hasil renunganku dan hipotesaku. Semua yang tercatat di buku ini murni dari diriku dan bukan suatu fakta. Tidak wajib bagi kamu untuk percaya dan tidak dilarang bila kamu merenungkannya.

Edi membalik halaman kedua. Beberapa kalimat tertulis rapi. Masih ditulis tangan dan menggunakan tinta biru.

Sebelum aku menulis lebih banyak, aku akan memperkenalkan dulu diriku. Namaku Alien Vairus Coronama. Kamu boleh memanggilku Al saja. Aku lahir di sebuah tempat yang sangat jauh di luar planet Bumi. Yup, aku memang bukan penduduk bumi. Aku makhluk asing. Jadi aku tidak keberatan bila kamu menyebutku Alien.

Aku memang tidak lahir di planet Bumi, tetapi aku sering datang ke planetmu dan menetap untuk sementara waktu di suatu tempat. Kamu boleh percaya atau tidak, leluhur alien adalah penduduk bumi. Ras manusia. Tapi aku tidak akan membahasnya di buku ini. Aku akan menuliskannya di buku catatan yang lain.

Edi membalik halaman berikutnya. Benak Edi dipenuhi tanda tanya. Benarkah pemilik buku catatan yang sedang dibacanya adalah alien?

Halaman ketiga masih ditulis tangan dan menggunakan tinta biru. Kemungkinan seluruh halaman ditulis tangan. Bila melihat tulisannya yang rapi pemilik buku catatan pastilah seorang yang terpelajar.

Di era digital ini batas nyata dan maya sangat tipis. Bahkan samar. Suatu kebenaran bisa diubah seakan-akan itu suatu kebohongan. Dan suatu kebohongan bisa direkayasa seakan-akan itu fakta yang sebenarnya. Fakta dan hoaks tumpang tindih, simpang siur dan membingungkan.

Para penyampai kabar punya kepentingan yang berbeda. Sebagian tulus menyampaikan kebenaran dengan harapan semua orang mengetahuinya. Tetapi sebagian yang lain mempunyai kepentingan pribadi atau golongan dengan harapan terciptanya efek khusus di masyarakat yang akan menguntungkan kelompoknya.

Jalan menyampaikan kebenaran tidak semulus jalan tol. Kubu yang terusik dan terancam karena tipu muslihatnya terendus bangkit dan melakukan pembelaan. Metode klasik diterapkan: Memutarbalikan fakta. Yang benar jadi tersangka dan penjahat jadi pahlawan. Ketika sampai pada titik ini, kubu penyampai kebenaran balik menyerang dengan harapan kebenaran kembali bersinar. Saling menyerang di dunia maya inilah yang memicu perang generasi baru, Perang Maya.

Sampai di situ Edi sejenak berpikir. Catatan yang absurd. Apa sebenarnya yang ingin disampailan sang penulis? Dari halaman pertama sampai ketiga terkesan abstrak dan samar. Benang merahnya tidak jelas.

Edi akan melanjutkan membaca halaman berikutnya, namun sudut mata Edi menangkap ada yang janggal dengan kamar tempatnya berada. Ukuran kamar sekitar 3 x 4 meter. Namun bukan itu yang membuat kening Edi berkerut. Dinding dan lantai kamar terlihat aneh. Bukan tembok atau lantai keramik tetapi terlihat seperti logam. Pintu kamar juga terlihat aneh. Dirinya mirip berada di dalam pesawat.

Krek! Pintu kamar terbuka. Seorang remaja lelaki seusia Edi masuk. Dia membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Kamu pasti heran dan bertanya di mana kamu sekarang. Aku bisa jelaskan," kata remaja lelaki sambil meletakan nampan di atas meja.

"Siapa kamu?" tanya Edi menatap curiga remaja lelaki di depannya yang asing bagi dirinya namun sang remaja seakan telah mengenalnya. Sikapnya ketika berbicara tidak canggung seakan sang remaja pernah bersamanya sebelumnya.

"Aku pemilik buku yang sedang kamu baca," sahut remaja lelaki sambil duduk di kursi yang ada di sudut kamar.

"Kamu pemilik buku ini?" tanya Edi seakan tidak percaya dengan pendengarannya. Hatinya dipenuhi keraguan. Sosok remaja lelaki yang duduk di sudut kamar tidak terlihat seperti sosok alien seperti yang pernah dilihatnya di film-film fiksi ilmiah.

"Yup. Seperti yang kamu baca. Namaku Alien Vairus Coronama. Aku alien dari ras genomea. Ras yang secara phisik mirip dengan ras manusia," jelas Al.

"Di mana aku?" tanya Edi mengabaikan penjelasan Al. Yang lebih penting bagi dirinya saat ini adalah mengetahui keberadaannya.

"Di dalam pesawat induk Star Golden. Saat ini kita dalam perjalanan melintasi ruang dan waktu menuju Planet Mubi. Kembarannya planet bumi yang ada di alam paralel," jelas Al yang membuat kepala Edi berdenyut sakit. Lelucon apalagi ini. Aku sudah amnesia, sekarang mendengar ocehan Al yang ngelantur.

"Jangan terlalu dipikirkan. Yang lebih penting sekarang adalah mengisi perut. Setelah itu ada tugas yang telah menantimu di planet Mubi," kata Al sambil bangkit. "Aku sudah memasak spesial buat kamu. Aku lama tinggal di negaramu, jadi aku tahu makanan apa yang biasa dikonsumsi dirimu. Makanlah. Aku akan ke ruang navigasi. Beberapa menit lagi kita akan sampai di planet Mubi. O ya, aku minta kamu menghabiskan semua makanan dan minuman yang ada di nampan," lanjut Al sambil keluar. Pintu kembali tertutup.

Edi masih duduk merenung. Ditatapnya isi nampan. Ada cawan keemasan berisi air kental berwarna hijau mirip sirup, sepiring nasi kuning dan sepiring daging yang dibakar. Pikiran Edi masih diliputi tanda tanya. Benarkah dirinya sedang menuju Planet Mubi, kembarannya planet bumi yang ada di dunia paralel seperti yang barusan dikatakan Al?

Perut Edi mendadak keroncongan. Rasa lapar dan haus yang luar biasa menyerangnya. Tanpa banyak berpikir lagi Edi segera melahap nasi kuning dan daging bakar. Rasa nasi dan daging agak asing di lidahnya. Namun karena rasa lapar nasi kuning dan daging bakar habis tanpa tersisa. Setelah itu Edi meminum air hijau kental yang mirip sirup sampai habis. Segera setelah meminumnya Edi merasa rasa sakit yang luar biasa di setiap sendi tubuhnya. Edi jatuh dan pingsan...

=====
Arrgghh! Edison mengerang. Sekujur tubuhnya bermandi darah. Dia berlutut dan berpegangan erat pada Pedang Mustika Kumala yang ditancapkannya ke tanah. Di depannya Lima Harimau dari Everest menyeringai penuh kemenangan. Edison terluka parah dan dalam kondisi sekarat. Menghabisi Edison sekarang bagi Lima Harimau dari Everest semudah membalikan telapak tangan.

"Cepat kakang kita selesaikan tugas kita. Aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat meniduri gadis-gadis yang dijanjikan Pangeran Surya Kesuma," kata salah seorang anggota Lima Harimau dari Everest pada Ki Evros.

"Iya, kakang...." desak yang lainnya.

"Sudah cukup kita bermain-main dengan bocah ingusan itu. Kita jangan buang-buang waktu lagi," sambung yang lainnya dengan nada tidak sabar.

"Hohoho... Baiklah. Kalian ku beri mandat penuh untuk mengeksekusi bocah itu. Cepat bunuh dan kita bisa segera mengambil hadiahnya," titah Ki Evros melimpahkan tugas pada anak buahnya.

"Siap, kakang!"

Tanpa disuruh dua kali anak buah Ki Evros segera melesat ke Edison dan siap mencabut nyawa bocah yang menjadi target pembunuhan mereka.

Kabuumm!!!

Tanah bergetar. Batu-batu kerikil beterbangan. Debu pekat menyelimuti area di sekitar mereka. Anak buah Ki Evros yang akan mencabut nyawa Edison terlempar ke belakang. Tubuh mereka jatuh membentur bebatuan.

Debu pekat perlahan lenyap. Di depan Edison telah berdiri dua sosok tubuh. Dua remaja lelaki seusia Edison. Yang satu wajah dan postur tubuhnya 100% sama dengan Edison. Yang satunya berwajah biasa-biasa saja.

"Siapa kalian dan apa maksudnya ikut campur?" geram Ki Evros sambil menatap tajam dua remaja lelaki yang berdiri di depan Edison.

"Namaku Alien Vairus Coronama. Ini sahabatku Edi. Maksud kedatanganku dan sahabatku ini mempunyai dua tujuan. Pertama, sahabatku Edi akan menolong saudara kembarnya yang ada di planet ini. Tujuan yang kedua, ini terkait kamu dan anak buahmu. Aku akan menghapus kamu dan empat temanmu dari planet ini. Cukup sudah perbuatan kejimu mencari makan dengan membunuh. Kamu tahu, ingin membunuh Edison sama dengan ingin berurusan denganku. Sekarang bersiaplah karena sebentar lagi kalian berlima akan mati di tanganku," cerocos Al dengan pongahnya.

"Cih! Bocah ingusan yang songong. Kamu bocah bau kencur yang belum tahu tingginya gunung, dalamnya samudra dan luasnya langit berani sesumbar di depanku. Aku, Ki Evros, sudah malang melintang di dunia persilatan puluhan tahun. Sudah tak terhitung pendekar sakti dan tangguh yang mati di tanganku. Aku sudah banyak makan garam dunia. Kamu yang baru kemarin lahir berani jumawa di depanku. Bukan aku yang mati, tapi kamu yang akan aku penggal!" radang Ki Evros yang naik pitam...

(Bersambung)

Pengarang Nur S
HitCount 11.117
Nilai total rating_5

66 komentar

icon_comment Baca semua komentar (66) icon_add Tulis Komentar

#62
Nurslamet 18 Juli 2020 jam 3:42pm  

Alien Vairus Coronama Adventure (25)

Dua sosok yang sama-sama terkejut masih berdiri terpaku di tempatnya. Yang satu terkejut karena tidak menyangka dirinya akan terlihat oleh musuhnya. Rencana awal hanya sekedar mengintai dan belum saatnya untuk bertarung kembali. Walau musuh bebuyutan tetapi tidak berarti bisa bertarung semaunya dan kapan saja. Ada saat-saat tertentu harus menghindari pertarungan yang tidak perlu atau belum saatnya. Sedang yang satunya lagi juga sama tidak menyangka akan bertemu dengan musuhnya terlebih bertemu dengan cara seperti itu. Bila Al tidak menabrak dan bola kristalnya tidak meledak maka dia tidak akan pernah tahu bahwa dia sedang diintai. Sungguh satu hal yang sangat memalukan dirinya yang termasuk tokoh-tokoh sakti yang namanya sudah dikenal oleh para pendekar tetapi tidak tahu jika salah satu musuh besarnya berada di dekatnya. Bersembunyi dengan aman dan leluasa mengamati dirinya. Dalam hati kecil sang wanita timbul rasa waswas dan cemas. Ilmu yang dimilikinya ternyata masih jauh dari kata sempurna. Selalu ada peluang untuk kalah bahkan terbunuh oleh lawan. Dan yang lebih mengerikan bila dirinya tiba-tiba terbunuh tanpa tahu siapa yang membunuhnya karena tidak bisa mendeteksi bila musuh sudah ada di dekatnya. Sekarang, secara tidak langsung atau tanpa disengaja Al sudah menunjukan kekurangannya.

Di pihak lain sosok berjubah hitam dan wajahnya tertutup mengeluarkan keringat dingin. Dirinya menyadari kecerobohannya mengintai musuhnya terlalu dekat. Tetapi yang lebih membuatnya berkeringat dingin adalah sosok remaja yang telah menabraknya. Dalam pengetahuannya, bola kristalnya adalah suatu benda yang termasuk pusaka. Ketika digunakan dan dirinya berada di dalamnya, maka benda apapun tidak akan ada yang bisa menyentuhnya. Semua lewat begitu saja. Ambil contoh, sebelum sampai ke atas Hutan Bambu Kuning seekor burung raksasa tanpa tuan menabrak bola kristal. Si burung tidak merasakan apa-apa. Tubuhnya menerobos bola kristal yang tidak terlihat seakan menabrak angin atau sesuatu yang tidak ada. Dan memang sifat bola kristal gaib adalah bisa ditembus semua benda dan orang yang ada di dalamnya pun ikut menjadi bayangan hingga tubuhnya bisa dilewati benda apapun tanpa merasa sakit dan tidak membawa pengaruh apapun. Hal itu sudah sering terjadi dan hewan atau orang yang menabrak bola kristal itu tidak merasakan apapun atau menyadari telah menabrak sesuatu yang tidak terlihat. Hanya orang-orang dengan level ilmu setingkat dewa yang bisa merasakan kehadiran bola kristal gaib dan menghancurkannya.

Sosok berjubah hitam benar-benar tidak habis pikir. Dari dalam bola kristal dia bisa merasakan dan mendeteksi level kemampuan Al yang biasa-biasa saja atau lumrah seperti yang dimiliki remaja lain seusianya. Karena itu ketika tubuh Al terdorong dan melesat ke arahnya dan akan menabrak bola kristalnya, sosok berjubah hitam tidak bergeser atau merubah posisinya. Dalam pikirannya, berdasar sifat bola kristal yang bisa ditembus benda apapun, tubuh Al akan melewatinya dan bablas entah kemana. Namun perkiraan dengan faktanya bertolak belakang. Tubuh Al seakan menabrak dinding dan menggetarkan bola kristal gaib. Bukan hanya itu, benturan keras tubuh Al dengan bola kristal gaib mengakibatkan 'sistem' bola kristal error dan konslet yang berakibat meledaknya bola kristal gaib.

Setelah beberapa saat keduanya tersadar. Master Bayangan sudah bertemu dengan Meyqian Zheng. Pilihannya hanya dua, bertarung atau menghindar (kata lain dari kabur atau melarikan diri). Di pihak lain, Meyqian Zheng -wanita dewasa yang dipanggil Bunda oleh Meymei- tidak punya pilihan lain selain bertarung. Tempat persembunyiannya sudah diketahui salah satu musuh besarnya. Melarikan diri akan berakibat fatal untuk Meymei dan Edison. Sudah bisa diduga bila dia menghindar maka Master Bayangan akan melampiaskan kekesalannya pada Meymei dan Edison. Dan mereka, walau bersatu melawan Master Bayangan, tetapi kemungkinan menang hampir nol persen. Master Bayangan bukan lawan mereka. Ilmunya beberapa level lebih tinggi dari Meymei dan Edison. Tidak ada jalan mundur selain menghadapi Master Bayangan. Apapun hasil akhirnya nanti. Menang atau kalah. Bila pada pertarungan beberapa tahun yang lalu Meyqian Zheng masih menang melawan Master Bayangan, tapi kali ini belum tentu. Jarak sekian tahun tidak bertemu bisa merubah atau membalik keadaan. Bila Master Bayangan terus berlatih keras dan menyempurnakan ilmunya maka bisa dipastikan dia akan setingkat lebih tinggi dari Meyqian Zheng dan dalam pertarungan yang akan segera berlangsung kemungkinan menangnya lebih besar.

#63
Nurslamet 18 Juli 2020 jam 7:09pm  

Alien Vairus Coronama Adventure (26)

Sejenak kita kembali ke dalam rumah panggung yang ada di tengah Hutan Bambu Kuning...

"Kamu yakin ibuku akan menang?" tanya Meymei pada Al. Hati Meymei cemas dan khawatir. Meyqian Zheng adalah satu-satunya orang yang paling dicintainya. Dia tidak ingin kehilangan wanita yang telah melahirkannya.

"Sebenarnya aku tidak terlalu yakin. Hm, aku juga sama cemas seperti kamu. Bagaimana kalau kita berlima bantu ibumu. Kita keroyok musuhnya," usul Al.

"Itu tindakan curang dan tidak jantan, bro. Main keroyok adalah tindakan para pecundang," kata Edi memberikan pandangan.

"Emang, tapi ini perang, bro. Segala cara akan digunakan agar menang. Lagipula keselamatan bundanya Meymei lebih penting dari apapun. Tak peduli cara apa itu yang penting beliau selamat atau tetap hidup. Mau main keroyok kek, enam lawan satu kek. Ingat, power rangers juga suka main keroyok. Itu karena mereka sadar arti kekuatan sebuah tim. Di samping tentu saja musuh-musuhnya sangat kuat dan hanya bisa dikalahkan bila mereka menghadapinya bersama. Ini kasusnya sama seperti sekarang. Bunda Ratu bertemu musuhnya yang kuat dan belum tentu sanggup mengalahkannya sendiri. Jadi perlu bantuan kita," cerocos Al panjang kali lebar kali tinggi.

Semua terdiam. Mereka mencoba menela'ah kata-kata Al. Remaja gemblung yang tingkah lakunya kadang mirip orang tidak waras itu pada beberapa hal lebih menonjol dari mereka, termasuk pemikirannya.

"Jadi bagaimana?" giliran Lie Na yang bertanya.

"Aku tidak tahu apakah ayahmu akan setuju atau tidak bila kamu menikah dengan Edi," sahut Al yang membuat Lie Na dan Edi tersedak. Jawaban Al benar- benar jauh panggang dari api. Ditanya ke utara jawabnya ke barat. Gak nyambung babar blas!

"Apaan sih?" sahut Lie Na dengan wajah memerah.

"Eh, emang tadi kamu tanya apa?" Al balik bertanya. Wajahnya terlihat polos dengan mimik tak berdosa.

"Maksud aku, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Lie Na berusaha memperjelas maksud pertanyaannya agar Al tidak salah arti lagi.

"Karena di sini masih ada teman-teman kita dan aku pun masih ada di depan kalian, jadi aku sarankan kamu memeluk Edinya jangan di sini," sahut Al tambah ngaco yang membuat wajah Lie Na semerah kepiting rebus.

"Jadi gak kita bantu mamanya Meymei, bro?" tanya Edi berusaha menetralkan suasana yang mulai kacau.

"Ya jadilah. Ayo kita jangan buang-buang waktu. Let's go!" kata Al sambil bangkit kemudian melangkah keluar diikuti empat rekannya.

Kita kembali ke Meyqian Zheng dan Master Bayangan...

"Apa kabar Nyonya Kecapi? Lama kita tidak jumpa," sapa Master Bayangan membuka komunikasi. Walau Meyqian Zheng adalah musuhnya, tetapi berdasar pakem sebelum bertarung paling tidak harus ada dialog dulu. Tidak langsung baku tembak, bak bik buk atau saling hantam. Harus ada pengantar konflik dulu biar jelas benang merahnya. Demikian tutorial yang penulis baca di 'Cara Mengarang Cerita'.

"Baik," sahut Meyqian ketus dan judes. Bagaimanapun dia tidak akan menurunkan tingkat kewaspadaannya. Master Bayangan adalah tokoh yang culas, curang namun cerdik. Dia bisa saja membokong dirinya ketika lengah. Bagi orang seperti Master Bayangan bisa menggunakan cara apapun agar musuhnya lenyap dari muka planet Mubi tak peduli cara itu keji dan tidak sesuai peraturan pertarungan yang baik dan benar atau melanggar undang-undang yang berlaku di planet Mubi. Apapun cara itu asal musuhnya mati akan dilakukan, termasuk membokongnya saat dia lengah. Karena itu Meyqian Zheng tetap waspada dan tidak baper dengan keramahtamahan Master Bayangan.

Master Bayangan akan membuka mulut ketika dirinya mendeteksi lima aura datang mendekat. Hal yang sama juga dirasakan oleh Meyqian. Bedanya Meyqian mengenali aura-aura yang datang. Aura Meymei dan Edison serta tiga remaja yang jatuh di depan rumahnya.

Beberapa saat kemudian lima tubuh melayang naik. Edison berpegangan dengan Meymei. Edi berpegangan dengan Lie Na. Mereka saling berpegangan karena salah satu dari mereka belum menguasai ilmu meringankan tubuh dengan sempurna hingga tidak bisa terbang tinggi. Dengan cara berpegangan pada orang yang ilmu meringankan tubuhnya lebih baik maka bobot mereka akan sama dan mencapai tanpa bobot yang memungkinkan mereka bisa terbang lebih tinggi.

Satu tubuh melesat bagai roket dan bablas melewati Meyqian Zheng dan Master Bayangan. Setelah kelewat jauh, sosok itu kembali dan berdiri mengambang di antara empat rekannya.

"Sorry teman-teman, remku blong. Jadi tadi kelewat deh," kata Al dengan tampang tidak berdosa.

#64
Nurslamet 19 Juli 2020 jam 9:53am  

Alien Vairus Coronama Adventure (27)

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Meyqian Zheng dengan tatapan dingin pada Meymei dan Edison. Seribu perasaan campur aduk di hatinya. Senang karena Meymei dan Edison masih dalam keadaan sehat wal afiat. Cemas karena mereka datang bukan pada saat yang tepat. Kehadiran Meymei dan Edison tentu saja menjadi beban bagi Meyqian karena ilmu mereka jauh di bawah Master Bayangan. Itu berarti Meyqian harus melindungi mereka dari kelicikan Master Bayangan. Bisa dibayangkan betapa repotnya bertarung sambil melindungi dua orang. Konsentrasi pasti terpecah dan tidak bisa fokus yang bisa berakibat fatal bagi dirinya.

"Bunda, izinkan ananda dan Edison serta teman-teman ananda membantu Bunda. Ananda tidak rela Bunda terluka atau celaka. Kita hadapi bersama orang itu," kata Meymei yang membuat Meyqian terharu.

"Menang atau kalah nomor 17. Yang penting kami akan bertarung sampai titik darah penghabisan. Bukan begitu teman-teman?!" sambung Al bak seorang leader sambil mengacungkan tinjunya.

"Ya...!" koor empat teman Al.

Meyqian Zheng berpaling ke Al. Sejenak ditatapnya Al. Alis Meyqian Zheng naik. Bocah itu tidak cidera sedikitpun. Satu hal yang luar biasa anak remaja seusia Al bisa bertahan dari pukulannya. Lima puluh persen dari kekuatannya seharusnya lebih dari cukup untuk membunuh Al atau paling tidak membuatnya mengalami luka dalam atau cidera parah. Namun apa yang dilihatnya hampir tidak bisa dipercayainya. Al sehat wal afiat. Tidak kurang satu apapun. Tergores pun tidak. Bahkan pakaiannya tidak berubah. Tidak ada gosong atau hangus. Robek pun tidak. Padahal 50% dari kekuatannya bila dipukulkan ke batu maka batu itu seketika akan hancur lebur menjadi tepung dan akan hilang tertiup angin tanpa bekas. Bila batu saja bisa hancur, apalagi tubuh Al yang terlihat biasa-biasa saja. Tapi faktanya bocah itu bisa menahan setengah dari kekuatannya tanpa cidera. Fakta itu menunjukan kalau Al bukan remaja biasa. Memikirkan hal itu dan Al terlihat berpihak padanya, Meyqian sedikit lega.

"Bila itu tekad kalian, silakan. Tapi hati-hati dan waspada. Lawan yang akan kalian hadapi tokoh tua yang sangat sakti. Dia bernama Master Bayangan," kata Meyqian mengambil keputusan untuk memberi kesempatan pada generasi muda untuk bertarung dengan lawan yang ilmunya lebih tinggi. Semoga dengan cara itu mereka menyadari bahwa ilmu kesaktian yang mereka miliki baru seujung kuku bila dibandingkan dengan para tokoh sakti dunia persilatan lainnya.

"Yeehhh...!" koor lima remaja serempak. Mereka seperti anak kecil yang minta izin untuk bermain pada mamanya dan sang mama memberinya izin. Kata 'yeehhh' adalah ekspresi ungkapan kegembiraan mereka.

Plok! Plok! Plok! Terdengar suara tepuk tangan. Semua menoleh ke arah datangnya suara. Ternyata yang barusan bertepuk tangan adalah Master Bayangan.

"Hebat. Hebat...!" kata Master Bayangan. Entah memuji atau mengejek. Tidak ada yang tahu selain dirinya. "Keluarga besar yang kompak. Sayang, hari ini riwayat kalian akan tamat!" lanjut Master Bayangan dengan intonasi meninggi ketika mengucapkan kata 'akan tamat'.

"Tuan Masker yang terhormat," kata Al sambil maju selangkah.

"Master bro, bukan masker..." ralat Edi.

"Iya, maksud aku begitu," sahut Al sambil merapikan rambutnya kemudian melanjutkan pidatonya. "Anda boleh saja berkata hari ini riwayat kami akan tamat. Itu masuk akal. Tetapi apakah anda tahu bahwa di dunia ini berlaku hukum anomali kehidupan. Apa yang menurut akal akan terjadi, berdasar data yang diterima, tetapi bisa saja melenceng atau bertolak belakang dengan apa yang terjadi. Anda terlalu meremehkan kekuatan sebuah tim. Bila satu lawan satu kami pasti kalah, tetapi bila kami berlima bergabung dan bekerja sama bahu membahu melawan anda, maka peluang kami untuk menang menjadi fifty-fifty. Sekarang, mari kita lihat siapa yang akan tamat," kata Al dengan gaya seorang orator ulung.

"Anak muda, sudah selesai pidatonya?" ejek Master Bayangan.

Al menoleh ke Edi. "Aku sudah belum bro pidatonya?"

"Sudah aja..." sahut Edi.

Al kembali menghadap Master Bayangan. "Sudah. Sekarang kita memasuki sesi pertarungan," kata Al sambil mundur kembali ke tempatnya. "Teman-teman, dengarkan aku. Edi dan Lie Na serang dari samping kiri. Edison dan Meymei dari kanan. Aku dari depan. Gunakan kecepatan penuh dan level tertinggi kalian. Kesempatan kita hanya sekali. Bila Master Bayangan lolos, kita dalam bahaya karena dia akan menyerang balik. Go!" kata Al sambil duluan melesat menyerang Master Bayangan dari depan diikuti Edi dan Lie Na menyerang dari samping kiri sementara Edison dan Meymei dari samping kanan.

#65
Nurslamet 19 Juli 2020 jam 9:55am  

Alien Vairus Coronama Adventure (28)

Master Bayangan menyeringai melihat lima remaja menyerangnya dari tiga arah. Tubuh Master Bayangan lenyap dan bersembunyi dalam bayang-bayang. Sebagai gantinya di tempat dia tadi berdiri muncul Master Bayangan palsu. Itu adalah trik untuk mengelabui lawan.

Mata Edi dan Edison sejak tadi mengalami perubahan warna yang tidak mereka sadari. Mereka melihat Master Bayangan melompat dan masuk ke dalam dimensi persembunyian. Kemudian melihat Master Bayangan lain muncul di tempatnya berdiri.

Edison segera merubah arah serangan. Pedang Mustika Kumala yang sudah digenggamnya ditusukan ke dimensi persembunyian Master Bayangan yang akan tertutup. Sementara Edi menggunakan tinjunya menghantam dimensi persembunyian Master Bayangan yang akan menghilang.

Dari ujung Pedang Mustika Kumala melesat selarik sinar hijau yang masuk melalui celah yang akan tertutup. Tinju Edi menghantam dimensi persembunyian yang akan menghilang. Semua kejadian tersebut berlangsung hanya 0,01 detik. Dalam pandangan Edi dan Edison gerakan Master Bayangan yang secepat kilat terlihat lambat. Karena itu mereka bisa melihat saat Master Bayangan masuk ke dimensi persembunyian yang umum digunakan oleh para pendekar berilmu tinggi untuk bersembunyi dari pandangan musuh. Sementara Master Bayangan yang muncul di tempat Master Bayangan berdiri terlihat oleh Edi dan Edison sebagai bayang-bayang. Karena itu mereka tidak tertipu dan mengejar Master Bayangan yang asli.

Di pihak lain Al, Meymei dan Lie Na menyerang Master Bayangan palsu. Cakar Al menyambar wajahnya. Pisau di ujung rambut Lie Na menyambar dadanya dan pedang besar di tangan Meymei menyambar pahanya. Semua serangan mereka mengenai sasaran dengan akurat namun mereka seperti menyerang angin atau tempat kosong.

Pada saat yang bersamaan terdengar ledakan dahsyat menggelegar. Tubuh Master Bayangan yang asli terlempar keluar dari dimensi persembunyian yang meledak dan hancur dihantam tinju Edi. Master Bayangan palsu lenyap.

"Oh shit!" geram Al yang baru menyadari dirinya telah tertipu.

Di tempat lain Meyqian yang masih berdiri di tempatnya melihat tubuh Master Bayangan terlempar dari dimensi persembunyiannya. Ide untuk menyerang Master Bayangan timbul di benaknya. Dalam pikirannya serangan lima remaja telah gagal dan kini situasinya benar-benar gawat. Master Bayangan kini bisa gantian menyerang lima remaja. Serangan balik itulah yang dicemaskan Meyqian. Nyawa kelima remaja itu terancam.

Berpikir begitu Meyqian Zheng segera mengeluarkan senjata pusakanya dari dimensi penyimpanan. Sebuah kecapi dengan senar kuning keemasan. Tanpa ragu Meyqian Zheng menggunakan 100% kekuatannya. Diarahkannya kecapi ke arah Master Bayangan kemudian memetik senar menggunakan pemetik senar yang tebuat dari emas. Suara kecapi terdengar. Gelombang suara maha dahsyat merambat dengan kecepatan super sonik. Anehnya gelombang suara itu hanya merambat lurus ke arah Master Bayangan saja.

Di pihak lain Master Bayangan menyadari bahaya yang akan merenggut jiwanya. Namun dia sudah terluka. Selarik sinar hijau dari Pedang Mustika Kumala tidak sempat dihindarinya dan menembus dadanya ditambah tinju Edi yang meledakan dimensi persembunyiannya membuat benturan keras yang juga melukai badannya. Dan kini di saat dirinya sedang terluka bahaya lain datang. Serangan gelombang suara berkekuatan penuh yang sanggup menghancurkan gedung-gedung pencakar langit dan meruntuhkan gunung. Tidak ada pilihan lain bagi Master Bayangan selain menahan serangan Meyqian. Menghindar atau melarikan diri adalah satu hal yang tidak mungkin mengingat luka yang dialaminya. Energi yang digunakan untuk menghindar atau melarikan diri sama besarnya dengan menahan serangan Meyqian namun akibat yang lebih fatal jantungnya bisa rusak parah karena sinar hijau itu sudah menembus jantungnya. Bila tidak cepat-cepat diobati maka nyawanya tidak akan tertolong. Situasi dan kondisi yang dialami Master Bayangan seperti buah simalakama. Semua pilihan berakibat fatal bagi dirinya.

#66
Nurslamet 2 Agustus 2020 jam 4:20pm  

Alien Vairus Coronama Adventure (29)

Master Bayangan benar-benar berada dalam situasi sulit yang membahayakan jiwanya. Dirinya tidak punya banyak pilihan. Pilihan yang tersedia hanya dua, kabur dan meledakan diri. Kabur adalah pilihan yang beresiko tinggi. Energi yang digunakan untuk melarikan diri bisa memicu luka dalamnya tambah parah dan bila tidak ada pertolongan dari pihak lain, dirinya akan tewas.

Meledakan diri adalah pilihan ekstrem untuk mengakhiri semua problema yang sedang dialaminya. Itu juga berarti dirinya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Mati dengan cara seperti itu adalah sebuah spekulasi.

Meledakan diri adalah cara umum di dunia persilatan. Itu adalah langkah terakhir bila sudah tidak ada cara lain atau semua jalan buntu. Teknik itu adalah dengan cara melipatgandakan semua energi murni yang dimiliki ke ambang di luar batas kemampuan tubuh untuk menampungnya. Ketika tubuh sudah tidak mampu lagi membendung energi yang meluap, maka tubuh akan meledak.

Berdasar beberapa catatan atau literature umum yang diketahui para pendekar, disaat tubuh meledak maka energi murni yang berlipat ganda akan terlempar ke segala arah dengan kecepatan cahaya dan daya yang cukup besar. Hal itu bisa menyebabkan kerusakan pada benda-benda yang terpapar. Parahnya kerusakan yang ditimbulkan tergantung seberapa kuat energi murni yang dimiliki sang pendekar. Semakin kuat dan sakti maka kerusakan yang ditimbulkan semakin parah.

Energi murni yang terlempar ke segala arah itulah yang menjadi pertimbangan para pendekar untuk meledakan diri. Cara itu membuat dirinya mati. Namun kematiannya bukanlah kematian konyol karena seperti yang dijelaskan di atas, lemparan energinya yang terlontar dan menyebar ke segala arah akan menghantam benda apa saja yang ada di sekitarnya atau berada dalam radius jangkauannya. Dan itu termasuk musuh-musuhnya yang berada di dekatnya. Bila kemampuan musuhnya di bawah kesaktiannya maka hampir bisa dipastikan musuhnya akan tewas. Bila bisa bertahan maka akan mengalami cidera serius atau luka parah yang pada akhirnya akan merenggut jiwanya.

Master Bayangan sudah membulatkan tekad untuk 'harakiri'. Situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini memaksanya untuk melakukan pilihan fatal itu. Musuh-musuh yang dihadapinya kemampuannya diluar prakiraannya. Dua dari lima anak remaja itu, maksudnya Edi dan Edison, membuatnya terkejut. Awalnya dia mengira akan bisa menghadapi kelima anak remaja itu dan bisa membunuhnya, bila ada perkecualian maka itu adalah Al. Tapi nyatanya Al bisa dengan mudah tertipu oleh badan palsunya, begitu juga kedua remaja putri yang bersamanya. Edi dan Edison yang tidak diperhitungkan malah membuatnya terluka parah. Kedua anak remaja itu tidak tertipu oleh badan palsunya dan dengan mudah menemukan dirinya yang akan bersembunyi di dimensi bayangannya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, Edison bisa memanfaatkan kelengahannya dengan menyerangnya ketika dia melompat masuk kedalam dimensi persembunyiannya. Serangan Edison lebih cepat dari celah persembunyiannya yang akan menutup. Ketika dirinya mendarat di dalam ruang dimensi persembunyiannya, seberkas sinar hijau dari ujung pedang Mustika Kumala menembus tubuhnya. Dan ketika celah dimensi persembunyiannya tertutup, Master Bayangan melihat Edi meninju dimensi tempatnya bersembunyi. Dari dalam dimensi persembunyian orang bisa melihat apa saja yang ada di sekitarnya, seperti orang dan lain sebagainya, tetapi orang yang berada di luar tidak bisa melihat dimensi persembunyian apalagi melihat apa yang ada di dalamnya. Ketika celah tertutup maka secara otomatis dimensi persembunyian hilang dari pandangan dan aura orang yang ada di dalamnya pun tidak terdeteksi oleh orang-orang di sekitarnya. Secara teori dan apa yang dipahami oleh Master Bayangan, mestinya Edison dan Edi tidak bisa melihat dan mendeteksi keberadaannya. Namun teori itu dimentahkan ketika tiba-tiba Edi meninju dimensi persembunyiannya dan tepat mengenai sasarannya. Tinju Edi menghantam dimensi persembunyian dan menyebabkan guncangan dahsyat yang menyebabkan tubuh Master Bayang bagai dibanting-banting atau bisa digambarkan seperti cairan kuning telur yang masih berada di dalam telur yang berputar karena telurnya berputar dengan kecepatan ekstrem. Cairan kuning telur ikut berputar bagai di kocok mixer. Begitulah yang terjadi dengan tubuh Master Bayangan yang berada di dalam dimensi persembunyian. Selain itu, tinju Edi juga menyebabkan semua sistem dimensi persembunyian menjadi error yang berujung dengan meledaknya dimensi persembunyian Master Bayangan.

Tinju Edi yang bisa menghantam dimensi persembunyian yang telah hilang secara visual bagai menghantam benda terlihat atau benda nyata adalah suatu penyimpangan teori yang dipahami semua pendekar di planet Mubi. Dimensi persembunyian yang telah menghilang maka 'mode siluman'nya aktif dan berubah menjadi bayang-bayang. Seperti yang telah dibahas pada chapter sebelumnya, benda apapun yang mengenainya maka akan bablas dan melewatinya. Berdasar teori itu, maka adegan asli yang seharusnya terjadi adalah tinju Edi bagai menghantam angin alias tidak berpengaruh apapun pada dimensi persembunyian Master Bayangan. Itu yang seharusnya terjadi. Tetapi teori itu menjadi error karena entah sebab apa atau karena faktor X (eks) yang tidak diketahui dan dipahami Master Bayangan hingga tinju Edi bisa mengenai dimensi persembunyiannya bagai menghantam benda nyata.