GUNUNG EMAS

HomeCerita PendekGUNUNG EMAS

Nurslamet
18 Maret 2021 jam 6:31am

"Kita harus merebut GUNUNG EMAS itu. Kita akan menjadi orang terkaya di dunia bila bisa menguasainya!" pidato Luhihi di depan anak buahnya dengan berapi-api.

Aku yang berdiri di sampingnya diam tidak merespon. Entah mengapa aku tidak begitu setuju pada keinginan Luhihi. Disaat multi krisis tengah melanda akibat perang yang berkecamuk Luhihi malah berambisi untuk menguasai gunung emas. Dalam pikiranku saat ini ada yang lebih berharga dari emas yaitu makanan dan minuman. Perang yang berkecamuk membuat sumber pangan menipis. Para petani yang mestinya menyediakan pangan dengan bercocok tanam malah direkrut menjadi prajurit dan dikirim ke medan perang. Karena menjadi prajurit dadakan yang tidak menguasai teknik bertempur para petani itu hanya mengantar nyawa. Mereka tewas membela negara. Lahan-lahan pertanian yang biasa mereka garap menjadi terbengkalai. Stok pangan kian menipis. Rakyat terancam kelaparan. Dalam situasi seperti sekarang yang diperlukan bukan emas, tapi makanan atau sesuatu yang bisa dimakan. Percuma memiliki gunung emas kalau tidak ada makanan atau sesuatu yang bisa di makan. Sia-sia punya banyak emas karena emas tidak bisa dimakan. Disaat krisis pangan tengah melanda, sepotong roti lebih berharga dari beberapa kilogram emas. Disaat susah pangan orang tidak tertarik lagi pada emas karena emas tidak bisa dimakan dan para pemilik stok pangan cenderung tidak mau menjual atau menukar persediaan makanan yang mereka miliki dengan emas atau uang. Bahan pangan lebih berharga dari emas dan uang karena para petani sudah tidak bercocok tanam lagi. Menukar bahan pangan dengan emas sama dengan mempercepat kematian karena kelaparan.

Air minum bersih pun sama mahalnya. Sumber-sumber air minum dikuasai pihak tertentu dan dijaga ketat bagai menjaga sesuatu yang sangat berharga. Nyawa dipertaruhkan hanya untuk menjaga sumber air bersih. Saat itu sebotol air minum lebih berharga dari sekeping emas murni. Emas, benda mati yang sangat dipuja dan didambakan semua orang, ternyata hanya berfungsi disaat damai dan kondisi normal. Investasi emas sangat menguntungkan dalam kondisi kondusif, aman dan damai. Tetapi ketika kondisi chaos, perang dan bencana bertubi-tubi datang emas nilainya sama seperti batu yang berserakan di jalan. Tidak berharga dan tidak bisa menyelamatkan pemiliknya.

"Lusang, pergi buka jalan dan intai siapa-aiapa saja yang akan kita hadapi di gunung emas!" perintah Luhihi padaku.

"Siap, ketua!" kataku sambil menjura. Aku pun bergegas hengkang dari hadapan Luhihi. Aku sudah muak pada ketamakannya. Yang ada di otaknya hanya uang, emas, kekuasaan dan wanita. Walau dia kakaku tapi pola pikir kami berbeda. Aku sudah hapal watak licik dan curangnya. Walau aku adiknya tapi dia tidak akan segan membunuhku bila aku melawan, membantah dan bersebrangan dengan keinginannya. Karena itu aku bersikap posesif. Tidak banyak bertingkah dan mencoba selalu ada di pihaknya. Walau aku sudah geram dengan sikapnya yang tertawa di atas tangisan orang lain, namun aku selalu berharap suatu saat dia akan sadar dan kembali ke jalan yang benar.

Dari tempat tersembunyi aku mengawasi jalannya pertempuran. Puluhan mayat bersimbah darah dengan kondisi mengenaskan bergeletakan. Mereka tewas menjadi korban ambisi pemimpinnya yang ingin menguasai gunung emas. Sebelum sampai ke tempat pertempuran aku telah melewati ratusan mayat yang telah membusuk. Mereka dari berbagai kelompok yang tewas dalam memperebutkan gunung emas. Gunung emas telah menyebabkan ribuan orang tewas.
.
.
.
Emas, benda mati yang dipuja, dicari dan didambakan semua orang telah berkumpul di suatu tempat membentuk gunung. Bumi seakan telah muak pada manusia dan seolah berkata: "Ini yang sering kalian cari dari perutku dan sekarang aku keluarkan. Ambillah sepuas hati kalian!"

Orang-orang mengaitkan kemunculan gunung emas sebagai tanda kiamat semakin dekat. Kehidupan umat manusia sudah mendekati klimak dan akan segera tamat.

Bila bercermin pada sejarah, kiamat di sini bisa berarti ras manusia akan musnah dan setelah bumi kosong dari manusia Sang Pencipta akan menurunkan makhluk baru sebagai pengganti ras manusia.

Hanya Tuhan yang tahu kebenarannya. Namun terlepas dari kiamat besar, semua orang akan mengalami kiamat kecil yaitu kematian....
.
.
.

Pengarang Nur S
HitCount 161
Nilai total rating_5

Satu komentar

icon_comment Baca semua komentar (1) icon_add Tulis Komentar

#1 avatar
Arifbudiman 18 Maret 2021 jam 6:53am  

Cerita yg bagus suhu. Saya jadi teringat hadist tentang gunung emas yg tlah lama diprediksi akan muncul sbagai prtanda ahir jaman.

Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sehingga Sungai Eufrat surut dan menyibakkan gunung emas. Di atasnya orang-orang berperang sehingga dari setiap seratus orang akan terbunuh sembilan puluh sembilan. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan akulah orang yang selamat itu’.” (HR Bukhari Muslim).