Antara Demo, Makar dan Malu

HomeCerita PendekAntara Demo, Makar dan Malu

hoja
15 Desember 2016 jam 11:23am

Mendadak Jaka mendatangi warung bu Mimin, Hoja yang sedang ada di warung juga kaget melihat kedatangan Jaka yg terkesan buru-buru itu, "Bu Mimin, kenapa Bu Mimin melapor ke Pak Kades untuk persoalan pesanan nasi bungkus, dan Pak Kades kemudian menagih ke Orang tua saya, sayakan malu bu Mimin, kenapa gak nagih ke saya aja sih?" tanya Jaka.

"Eh Jaka, saya udah nagih ke situ, situnya aja yang gak tau diri, pesen nasi 200 bungkus, panjer cuma Rp. 100.000,- waktu sudah jadi disuruh ambil eh gak nonggol-nonggol, nasi ga diambil, uang ga dilunasin, dicari-cari sama anak saya, bilangnya ntar sok aja!" ujar bu Mimin

"Jaka, uang di nasi bungkus itu modal saya, kalau ga balik, bisa-bisa bangkrut saya, untung pak Kades lewat, saya cerita aja soal nasi bungkus itu, eh gak taunya pak Kades lapor ke orang tua situ, dibayar deh ya sudah saya anggep selesai urusan itu." lanjut bu Mimin.

"Iya, bu Mimin, urusan Bu Mimin selesai, lanjut ke urusan saya sama orang tua saya, dimarahin saya!" ujar Jaka Sewot.

"Lha, situ yang mulai, pesen nasi kagak bayar, emang kalau saya bangkrut situ mau kasih makan keluarga saya, bayarin sekolah anak-anak saya, mikir dong Jaka, ini warung kecil, modal terbatas!" bu Mimin ikutan sewot.

Jaka mendekati Hoja dan duduk di sebelahnya, "Hoja, apes bener saya, bisnis demo saya berantakan, gara-gara ada makar katanya," keluh Jaka.

"Bukan apes Jaka, itu cara Tuhan kita berbicara kepada kita, santai aja, rejeki ada yang atur" ujar Hoja sambil menepuk bahu Jaka.

"Ah, masak sih gitu, gimana tau kamu, kalau Tuhan sedang berbicara dengan saya?" tanya Jaka.

"Dari mana bu Mimin dapat ide untuk bicara masalah nasi bungkus pesenan kamu ke pak Kades?, siapa yang bikin pak Kades datang ke warung? Kenapa pula Pak Kades ke rumah orang tua kamu, dan melunasi sisa uang pesanan, tidak ada yang menggerakkan hati manusia kecuali kehendak Tuhan, " jawab Hoja.

"Eh bu Mimin, kemanain 200 bungkus nasi itu? tanya Hoja ke bu Mimin.

"Sesuai pesan orang tua Jaka, nasi bungkus itu disedekahkan untuk orang-orang yang mampir di warung saya Hoja," ujar bu Mimin.

"Nah Jaka, gak ada sesuatu yang sia-sia, semuanya indah jadinya" sekali lagi, Hoja menepuk punggung Jaka.

"Tapi aku malu Hoja," ujar Jaka.

"Malu tanda kamu masih beriman Jaka, coba kamu perhatikan orang yang membuat kamu malu itu, apa mereka merasa malu dengan demo dan tuduhan makar, atau mereka ingin dibuktikan dulu makarnya, yah kita liat ajalah, Tuhan akan membuat jalan buat mereka." tutup Hoja, sambil ajak Jaka pergi.

Pengarang Hoja
HitCount 270
Nilai total rating_5

Belum ada komentar

icon_add Tulis Komentar