Home → Cerita Pendek → Geger di Kudus
-Bagian 5 -
Sementara itu, disaat yang hampir bersamaan ketika para pemimpin prajurit Pajang mengadakan pertemuan.
Di dalam kota Kudus sendiri, disebuah rumah yang besar dan tak jauh dari lingkungan Dalem Kudusan juga sedang diadakan pertemuan yang dilakukan oleh para pemimpin Kadipaten Djipang Panolan. Pertemuan itu sendiri dipimpin langsung oleh sesepuh sekaligus pepatih dari Kadipaten Djipang, Ki Patih Mantahun.
Nampak hadir dalam pertemuan para pemimpin keprajuritan di Kadipaten Djipang itu adalah Raden Tohpati atau lebih dikenal sebagai Macan Kepatihan. Pangeran Arya Mataram yang merupakan adik dari Adipati Arya Penangsang, Sanakeling seorang pemimpin prajurit Djipang yang menggetarkan dan juga beberapa lurah prajurit termasuk pemimpin kelompok prajurit Soreng yang mempunya rekam jejak begitu menggetarkan dan menakutkan dalam menyelesaikan tugas tugasnya.
Disudut ruangan dan agak tersisih dari tempat para pemimpin keprajuritan Djipang itu berada, nampak orang tua yang berpenampilan sederhana ikut hadir juga dalam pertemuan itu. Orang itu adalah Sumangkar, adik seperguruan dari Patih Mantahun sendiri yang sekaligus adalah orang ke dua dari perguruan Kedung Djati yang kemahsyurannya begitu menjulang tinggi karena kabar akan kemampuan ilmu perguruan Kedung Djati dengan nyawa rangkapnya.
Sesaat kemudian terdengar suara didalam pertemuan itu.
"Apakah kau tidak lebih baik mendekat ke sini saja Adi Sumangkar". Bertanya Patih Mantahun kepada Ki Sumangkar yang memang letak duduknya agak berjarak dengan para pemimpin prajurit Djipang yang hadir dalam pertemuan itu.
"Terima kasih Kakang Mantahun, biarlah aku duduk disini saja. Bukankah aku bukan salah satu pemimpin keprajuritan di kadipaten Djipang", jawab Ki Sumangkar menanggapi perkataan kakak seperguruannya.
Dan Patih Mantahun yang memang telah mengenal sikap serta pandangan adik seperguruannya itu tidak ingin memaksanya lebih jauh lagi. Juga semua yang hadir dalam pertemuan itu memang sudah mengenal siapa Ki Sumangkar seutuhnya termasuk sikap dan pandangannya.
Selebihnya memang Ki Sumangkar bukanlah salah satu pemimpin di Kadipaten Djipang, namun Patih Mantahun sendiri mempercayai kesetiaan adik seperguruannya itu terhadap pemerintahan Kadipaten Djipang walau terkadang Adik seperguruannya itu mempunyai sikap dan pendapat agak berbeda dengan kebanyakan para pemimpin di Kadipaten Djipang.
Namun secara keseluruhannya para pemimpin Djipang menghormati Ki Sumangkar layaknya mereka menghormati Patih Mantahun sendiri. Bahkan Adipati Arya Penangsang sendiri juga menghargai sekaligus menghormati Ki Sumangkar karena bagaimanapun Ki Sumangkar adalah Paman guru dari Adipati Arya Penangsang.
Sejenak kemudian Ki Patih Mantahun membuka pertemuan itu dengan kata katanya.
"Junjungan kita, Kangjeng Adipati Arya Djipang tidak hadir dalam pertemuan kali ini karena Kangjeng Adipati sedang menghadap Kangjeng Sunan Kudus untuk mendapatkan nasehat nasehat dan pesan pesan sebagai bekal pertemuannya dengan Angger Adipati Pajang Hadiwijaya".
Sesaat Ki Patih Mantahun terdiam dan mengedarkan pandangannya keseluruh orang yang hadir dalam pertemuan itu. Dan selanjutnya Ki Patih Mantahun menyambung kata katanya.
"Tohpati, apakah tugas tugasmu telah kau laksanakan dengan baik". Bertanya Ki Patih kepada Tohpati.
"Demikianlah guru, prajurit Djipang telah aku tempatkan diseluruh pelosok kota Kudus bahkan akupun telah menempatkan kelompok kelompok kecil prajurit yang selalu bergerak untuk membayangi barisan pasukan dari Pajang yang nampaknya datang ke Kudus dengan susunan yang lengkap dalam jumlah segelar sepapan". Jawab Tohpati memberikan laporannya kepada Ki Patih.
"Apakah ada permasalahan yang kau temui berkaitan dengan tugasmu".
"Tidak ada guru, hanya saja jumlah prajurit Djipang yang hadir di Kudus ternyata belum mampu mengimbangi kelengkapan dari prajurit dari Pajang".
Tiba tiba saja Ki Patih Mantahun menyahut perkataan dari Tohpati.
"Jangan kau pikirkan itu. Kita tidak sedang mempersiapkan sebuah perang dengan Pajang. Prajurit Djipang hadir ke Kudus dalam rangka sebagai pengiring dari keamanan Kangjeng Adipati Arya Djipang. Jangan kau berangan angan secara berlebihan seolah olah akan terjadi perang esok hari antara Djipang dan Pajang".
Namun nampaknya Tohpati tidak puas dengan keterangan dari Ki Patih Mantahun, sehingga Tohpati berkata dengan nada sedikit meninggi.
"Tapi Guru, Pajang ternyata telah mengerahkan prajuritnya segelar sepapan dengan para senopati unggulannya untuk membanjiri kota Kudus. Bukankah itu satu bentuk tantangan bahwa Pajang memang mempersiapkan perang dengan Djipang, apapun alasannya".
"Tohpati berpikirlah dengan jernih, bukankah dalam laporanmu terakhir kau katakan bahwa besok hari Adipati Pajang akan memasuki dalem Kudusan hanya dengan pengawalan yang terbatas saja, sedang pasukan Pajang yang segelar sepapan akan ditinggalkan diluar Kota Kudus. Apakah kau tidak bisa menilai hal seperti itu".
bersambung...
Pengarang | S. Panuntun (Alsinisi) |
---|---|
HitCount | 55 |
Nilai total |