Geger di Kudus

HomeCerita PendekGeger di Kudus

avatar Rayfardan
14 Oktober 2018 jam 10:19am

- Bagian 7 -

Pangeran Arya Mataram yang selama ini telah berusaha menahan gejolak perasaananya menjadi tidak bisa mengekang diri lagi setelah mendengar perkataan dari Sanakeling dan Tohpati.
Sambil sedikit menggeram dengan nada yang meninggi, Pangeran Arya Mataram itu berkata.

"Adi Macan Kepatihan dan juga kau Sanakeling, nampaknya kalian benar benar telah menjadi kehilangan kebeningan penalaranmu. Kalian lebih mengedepankan rasa kebencianmu terhadap Pajang untuk kau jadikan landasan keinginan kalian dalam menghancurkan Pajang”.

“Biarlah aku katakan sekalian, mumpung disini telah berkumpul para pemimpin prajurit Djipang yang gagah berani. Aku mengetahui bahwa selama ini banyak diantara kalian yang mempertanyakan sikap dan tanggapanku yang seringkali berbeda dengan para pemimpin Djipang dalam menyikapi perkembangan keadaan akhir akhir ini. Aku tidak akan mengingkari sikapku itu dan akupun tidak akan menyalahkan kalian seandainya kalian beranggapan bahwa sikapku itu merupakan sikap yang terlalu lunak dalam menanggapi setiap perkembangan yang terkait dengan kedudukan Djipang atau pun dengan gegayuhan dari Kakangmas Adipati”.

“Namun Aku perlu menekankan kepada kalian semua, jangan pernah sekalipun kalian mempertanyakan sikapku atas kesetiaanku kepada tegakya Djipang ataupun kesetiaanku dalam mendukung gegayuhan dari Kakangmas Adipati Arya Penangsang. Aku akan bersedia dengan sepenuh hati memimpin kalian sebagai Senopati perang dan berada dibarisan yang paling depan untuk menghancurkan Pajang kalau memang ada perintah dari Kangjeng Adipati Djipang”.

Masih dengan nada yang meninggi Pangeran Arya Mataram itu berkata.
“Percayalah…, Arya Mataram tidak akan mundur setapakpun dimedan perang yang segarang apapun. Arya Mataram tidak akan bergeser sejengkal surutpun meski harus berhadapan dengan para senopati Pajang dengan pasukan segelar sepapannya. Dan Arya Mataram mempunyai bekal ilmu yang cukup untuk berdiri berhadapan dengan Pamanda Pemanahan, Pamanda Penjawi atau siapapun senopati terpilih dari Pajang dalam bentuk perang tanding sekalipun".

Pangeran Arya Mataram sejenak menghentikan kata katanya. Nampak wajahnya menyiratkan ketegangan yang tergambar pula dalam setiap ungkapan kata katanya. Sementara para pemimpin Djipang yang hadir dalam pertemuan itupun seolah menjadi terdiam membeku dan merasakan ketegangan yang menyelimuti ruangan itu. Mereka tidak berani menyela kata kata dari Pangeran Arya Mataram. Dan mereka semua hanya menunggu kata kata selanjutnya dari Adik Adipati Djipang itu sendiri.

Demikianlah untuk sesaat selanjutnya terdengar kembali perkataan dari Pangeran Arya Mataram.
"Adi Tohpati dan juga semua para pemimpin prajurit Djipang, aku bangga akan kesetiaan kalian pada tanah Djipang dan juga kesetiaan kalian dalam mendukung cita cita dari junjungan kalian, dan akupun tentu memilikki kesetiaan seperti kesetiaan kalian semua, namun marilah kita wujudkan kesetiaan kita ini dengan cara cara yang lebih sejuk”.

“Ketahuilah...., aku perlu mengatakan ini karena Aku meyakini banyak diantara kalian yang belum mengetahuinya. Sejak peristiwa terbunuhnya Sultan Demak, Kangjeng Sunan Prawata, disusul terbunuhnya Pangeran Kalinyamat serta menghilangnya Kangjeng Ratu Ratna Kencana dari istana Kalinyamatan, dan yang terakhir peristiwa percobaan rajapati kepada Kangjeng Adipati Hadiwijaya maka kedudukan kakangmas Adipati Djipang telah menjadi sorotan oleh banyak kalangan, bahkan keberadaan Kakangmas Adipati Arya Penangsang telah menjadi semakin tersisihkan. Para sesepuh yang winasis telah terpecah pendapatnya yang mengakibatkan para sesepuh tersebut harus menunda keputusannya dalam menunjuk pemimpin yang akan meneruskan keberlangsungan pemerintahan Demak yang saat ini sedang kosong”.

“Padahal sebelum peristiwa peristiwa rajapati itu terjadi para sesepuh telah mempunyai pertimbangan yang mapan atas keberadaan Kakangmas Arya Penangsang. Para sesepuh mengetahui dengan pasti siapa sebenarnya Kakangmas Arya Penangsang dan juga aku sendiri apabila dikaitkan dengan lajer di pemerintahan Demak. Para sesepuh tentu telah mempunyai pertimbangan khusus karena Kakang Mas Arya Penangsang adalah putra dari Ayahanda Sekar Sedo Lepen dan para sesepuh tentu juga mengetahui dengan jelas siapa Ayahanda Sekar berkaitan dengan lajernya dari pendahulu Demak”.

“Namun sejak rentetan peristiwa itu terjadi, telah mulai terlihat dan terdengar suara suara yang terkesan menyisihkan keberadaan dari Kakang Mas Arya Penangsang, dan disisi lain mulai muncul pula suara yang menyebutkan bahwa Adipati Pajang, Kakanda Hadiwijaya layak untuk dipertimbangkan menjadi penerus dari keberlangsungan Demak. Dan akupun telah mendengar pula, para sesepuh itu memang mulai melihat dan menilai keberadaan dari Kakanda Hadiwijaya yang dikaitkan dengan kedudukannya sebagai putra menantu dari Sultan Trenggana sehingga Kakanda Adipati Hadiwijaya dianggap perlu diperhitungkan sebagai calon pemimpin yang akan menjadi penerus Kasultanan Demak”.

“Kenyataan kenyataan itulah yang saat ini telah mempengaruhi sikapku dalam menanggapi setiap persoalan yang berkembang berkaitan dengan cita cita dari Kakangmas Arya Penangsang dalam meraih gegayuhannya. Dan akupun telah seringkali membicarakan sikapku ini dengan Kakangmas Arya Penangsang, kepada Pamanda Patih Mantahun juga kepada Pamanda Sumangkar. Walau Pamanda Sumangkar bukan salah satu peminpin di Djipang namun pendapat pendapatnya sering bersesuaian dengan sikapku khususnya dalam menanggapi persoalan yang berkembang belakangan ini".

Terdengar Pangeran Arya Mataram masih melanjutkan keterangannya, namun kali ini nada suara Pangeran Mataram itu terasa mulai merendah walau tetap dalam nada yang dalam.

"Adi Tohpati, aku tidak bermaksud melemahkan semangatmu serta para pemimpin Djipang lainnya. Aku hanya ingin memberikan pertimbangan pertimbangan dari sudut yang lain agar kita bisa memperbaiki kesalahan kesalahan yang telah terjadi selama ini".

Dan dengan nada yang semakin melunak, akhirnya Pangeran Arya Mataram itu berkata.
" Beruntunglah, bahwa disaat Djipang tengah menjadi sorotan yang tajam serta banyak kalangan yang mulai mempertanyakan kepemimpinan dari Kakangmas Aryo Penangsang, ternyata Bapa Sunan Kudus masih berkenan mendampingi Kakangmas Arya Penangsang dan sekaligus membantu Kakangmas Penangsang dalam mewujudkan cita citanya. Bapa Sunan selalu memberikan nasehat nasehatnya kepada Kakangmas Penangsang dan selalu mengingatkan kepada Kakangmas Penangsang untuk bisa mengendalikan dirinya dan bersikap lebih berhati hati dalam setiap langkah dan keputusannya".

Ketika akhirnya Pangeran Arya Mataram telah selesai dengan perkataanya, nampak semua orang yang hadir diruangan itu terlihat menundukkan kepalanya seolah mereka berusaha mencerna semua perkataan dari Adik Adipati Djipang itu.

Beberapa saat selanjutnya suasana telah menjadi hening. Hanya desah desah nafas halus yang kadang terdengar. Semua orang yang hadir diruangan itu seolah tenggelam dalam angannya masing masing. Namun keheningan suasana di ruangan itu telah dipecahkan oleh kata kata dari Patih Mantahun.

"Nah...., aku kira kalian telah mendapat keterangan yang lengkap setelah kalian mendengar apa yang disampaikan oleh Angger Pangeran Arya Mataram. Dan akupun tinggal menegaskan kembali, bahwa bersikaplah layaknya seorang prajurit Kadipaten Djipang yang gagah berani. Tunjukkan bahwa prajurit Djipang adalah prajurit yang mengenal paugeran dalam setiap tindakannya. Jadilah kalian semua seorang prajurit Kadipaten Djipang yang selalu mematuhi segala perintah pemimpinnya”.

“Untuk selanjutnya lakukan tugas kalian sebaik baiknya. Laporkan segala perkembangan yang terjadi di lapangan. Satu yang perlu aku tekankan kepada kalian dan aku tidak ingin kalian membantahnya dengan alasan apapun, Tugas kalian adalah mengiringi dan menjaga keamanan dari Kangjeng Adipati Arya Penangsang. Dan menanggapi keberadaan dari pasukan Pajang, tindakan kalian hanya sebatas melakukan pengamatan, tak lebih dari itu. Dan seandainya kau menilai telah ada tanda tanda pergerakan dari pasukan Pajang apalagi pergerakan yang menyiratkan akan adanya ancaman terhadap kedudukan kita, maka aku sendirilah yang akan turun ke medan dan memimpin kalian semua beserta seluruh kekuatan dari pasukan Djipang untuk menghancurkan Pajang sama sekali”.

“Purba wasesa telah diserahkan kepadaku oleh angger Adipati Arya Penangsang dan aku akan memikul tanggung jawab itu sampai batas umurku. Namun marilah kita tetap berdoa, semoga tidak ada sesuatu yang terjadi antara Pajang dan Djipang. Justru kita berharap ada penyelesaian yang menyejukkan antara Angger Adipati Arya Penangsang dan angger Adipati Hadiwijaya, karena bagaimanapun juga pada keduanya masih tersambung ikatan keluarga. Kembalilah kalian pada tugas tugas yang telah menjadi tanggung jawab kalian masing masing".

Demikianlah untuk beberapa saat selanjutnya Ki Patih Mantahun masih memerlukan untuk memberikan pesan pesan lainnya kepada para pemimpin Djipang hingga pada akhirnya pertemuan itu telah dianggap selesai dan para pemimpin Djipang itu telah dipersilahkan kembali pada kelompoknya masing masing.

bersambung....

Pengarang S. Panuntun (Alsinisi)
HitCount 38
Nilai total rating_0

Belum ada komentar

icon_add Tulis Komentar