"Shi Sang Chi You Mama Hau"

HomeForumGeneral discussions"Shi Sang Chi You Mama Hau"


#1 avatar
andrea7974 14 Juni 2006 jam 11:01am  

> "Shi Sang Chi You Mama Hau"
>
> Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria
> berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di
> kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup
> serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati.
> Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.
>
> Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
> dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka
> duga, orang tua
> sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di
> kota
> tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga.
> Sebaliknya,
> mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang
> pria
> berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan
> keputusannya,
> apapun resikonya bagi dia.
>
> Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan Wanita
> tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus
> berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan
> orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya
> (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).
> Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya
> agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal
> membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
> menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.
>
> Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan
> untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun
> ditetapkan,
> tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka
> ketika
> saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat
> oleh para bawahan di rumahnya yang besar.
>
> Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah
> ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita
> sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka
> kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak
> mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial
> yang sangat besar, perkawinan mereka
> hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan
> tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang
> akan
> diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.
>
> Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan
> agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya
> lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk
> membiayai hidupnya
> di tempat lain.
>
> Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa
> perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak
> kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota
> ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria,
> bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan
> akan sangat sulit?.
>
> Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan
> sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah
> dengan sang
> pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan
> tidak
> mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu,
> bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini
> adalah
> untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.
>
> Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia
> sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa
> keberadaannya
> hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar
> janji
> setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi
> penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak
> kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan
> air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.
>
> Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia
> terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan
> kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil.
> Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
>
> ==========0000000000==============
>
> Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi
> seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan
> malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia
> bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2
> tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia
> melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya.
> Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain
> tidak memungkinkan, karena
> ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah
> mengeluh dengan pekerjaannya?
>
> Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya
> sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb
> harus menginap di
> rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis
> seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum
> cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada
> siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
>
> Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup
> ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari
> obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu
> hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun
> lagi untuk membeli
> daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah
> berutang
> kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.
>
> Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa,
> untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak
> permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian. Diantara
> tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di
> rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur
> dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging
> dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia
> mengikat mulutnya dengan sepotong
> kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya
> sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat
> sangat?..
>
> Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan
> sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya
> sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang
> sedang dilakukan oleh sang ibu???.
>
> ==========0000000000==============
>
> Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
> tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di
> hari minggu,
> mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan
> bersama2
> menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau" (terjemahannya "Di Dunia
> ini,
> hanya ibu seorang yang baik").
>
> Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
> penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.
> Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak
> terkadang memaksa
> ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu
> ibunya
> masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk
> sekolahnya.
> Ia memang seorang anak yang cerdas.
>
> Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat
> membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama
> ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak
> setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana,
> tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih
> banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.
>
> Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia
> meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb,
> karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?" tanya
> sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata sang
> anak dengan serius.
>
> Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam
> tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
> Ketika menyerahkan
> uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan
> mencuri kan?". "Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang
> tahun
> ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah.
> Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah,
> uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku
> sakit,
> tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini.
> Ia
> akan marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
>
> Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak
> segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan
> tsb. Sang ibu
> terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang
> adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk
> membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.
>
> "Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak
> ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah
> ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya
> telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri.
> Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.
>
> Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu
> sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
> menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu
> perih, karena ia
> sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi
> kebaikan
> anaknya.
>
> Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah
> tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. "Ia
> sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya. Kebetulan
> sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu
> tetangganya yang merupakan familinya.
>
> Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
> Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk
> menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko,
> memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
>
> "Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak
> boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat
> kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2
> muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam
> tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul
> siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun
> ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari
> sekolahnya pulang ke rumah dan tidak
> jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam
> tangan kesukaan ibunya.
>
> Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal
> tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak
> kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya,
> Nak."
>
> "Tidak Bu, saya yang bersalah"???..
>
> ===========000=================
>
> Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
> istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan
> hal ini, karena
> tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.
>
> Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah
> kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah
> baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah
> dagingnya sendiri.
>
> Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua
> biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan
> baik tanpa bantuanmu.
>
> Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu
> ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
>
> ===========000==================
>
> Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
> mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang
> konsisten. Kalau
> kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.
>
> Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi
> biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu
> kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat.
> Satu2nya jalan
> keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah
> yang
> mampu membiayai perawatannya.
>
> Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya
> berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira
> sekali, menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan
> mereka. Untuk sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam
> kegembiraan bersama sang anak.
>
> Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang
> anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin.
> Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu."Tidak
> apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa
> bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak
> uang lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke
> rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh
> setiap saat. Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya.
> Keduanya sngat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak
> pulang, ang anak meronta2
> ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainankesukaan sang
> anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak
> menolak.
> "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak sang anak dengan nada
> yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata,"Nak, kamu
> harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenekakan
> bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu,
> saya
> sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya
> lagi", sang anak mulai menangis.
>
> Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak
> didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu
> sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya
> memaksa dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi.
> Tinggallah disini", ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb.
> Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.
>
> Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
> menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak
> diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat
> anaknya dengan baik. Diantara
> isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah
> kehilangan
> satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.
>
> Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong
> urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya
> mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup
> untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat
> bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga??..
>
> ============000=========
>
> Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan
> kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap
> menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.
>
> Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun
> dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah
> mengumpulkannya. Maka,
> pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera
> naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu
> beberapa
> jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang
> menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat
> ulang
> tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya
> untuk
> ibu.
>
> Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju
> rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah
> kosong. Tetangga
> mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya
> pergi.
> Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb,
> menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi." Sementara itu,
> keluarga
> sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah
> selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang.
> Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar.
> Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut.
> Polisi
> pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.
> Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari
> ini
> adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya
> mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil
> menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun,
> setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang
> ibu
> tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam
> surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb,
> tanpa
> mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu
> membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia
> memohon agar bisa menemukan anaknya.
> Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya
> pernah
> pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa
> bila
> kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas
> asih.
> Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya
> memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar
> bisa bertemu dengan dirinya.
>
> Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan,
> demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk
> dilarikan ke rumah
> sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan
> berguling2 jatuh ke bawah????..
>
> ============000==============
>
> Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
> kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya.
> Sejak jatuh> dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan.

Sang anak telah banyak
> menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil.
> Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
> dengan
> teman wanitanya. Mereka tampak serasi.

Saat melaju dengan mobil, di
> persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang
> mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak
> pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak
> berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan
> turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang
> pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia
> berucap dengan lemah
> "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?"

> Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera
> menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak
> disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka
> berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu
> menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua
> itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu".
> Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya,
> "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?".
> Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi
> bumi???.
>
> Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi
> hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus
> mencari anaknya,
> tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya
> sebagai
> orang gila.

=====

Aku tahu ini film sangat populer banget. tapi aku sendiri belum pernah menontonnya. kalau ada yang pernah menonton, akhir dari film itu bagaimana ya?

#2
yinyeksin 14 Juni 2006 jam 11:43am  

ceritanya sih agak2 beda dikit yah, kalo di filmnya sih diceritakan kalo anak tersebut seorang dokter dan menemukan ibunya yang menjadi pasien RSJ, di situ akhirnya yah ibunya menemukan anaknya lagi, that's the ending :D:D

#3 avatar
bby303 14 Juni 2006 jam 12:14pm  

Aku pernah nonton versi yg diceritakan Dewi...tapi banjir mbok....banjir...... :(( ..... :((

#4
bluenectar 14 Juni 2006 jam 3:29pm  

seinget gw anaknya bukannya dah tau ibunya ada di RSJ dan cerita ini cuman kilas balik dari memori dia ?
gw juga nangis koq pas nonton filem ini..tadi baca sinopsis andrea juga agak2 berkaca2 gitu...hiks..

#5
yinyeksin 14 Juni 2006 jam 3:45pm  

itu kan cerita awalnya anaknya pulang ke tw trus jadi dokter di RSJ tempat mamanya dirawat pas lagi nengokin pasien, dia liat ada mamanya peluk boneka trus dia tanya ke susternya itu sapa baru susternya cerita dan itu kilas balik gitu, endingnya kan dia nyanyiin itu lagu bareng mamanya trus peluk mamanya :p judulnya ini film sih My Beloved :D

#6 avatar
andrea7974 15 Juni 2006 jam 8:47am  

Thanks Dewi atas lanjutan ceritanya :)

mungkin yg versi di atas itu sdh diubah. aku dpt itu dr email pas Mother's Day sih. mungkin ada yg iseng sdh dirubah endingnya.

wah...yang berkaca-kaca bukan cuma aku doang yah.... :D :D

#7
bluenectar 15 Juni 2006 jam 9:06am  

kalo ga salah mustinya ada adegan mamanya sembahyang sambil jalan berlutut dari rumah ke klenteng yah ? pas anaknya sakit ato apa deh..dah lupa

#8
yinyeksin 15 Juni 2006 jam 9:09am  

yup bener, mamanya tiap tiga langkah berlutut dari pintu depan rumah sampe ke klentengnya :p

#9
bluenectar 15 Juni 2006 jam 9:16am  

yess..memori ngai ga terlalu jelek juga :D

#10
Azalae 15 Juni 2006 jam 11:33am  

buset neh cerita sedih banget. ga liat ahhh bisa banjir ntar. :p

btw lagunya terkenal yah. dulu masih kecil sering denger lagu judul itu.

#11
Thor 15 Juni 2006 jam 4:36pm  

Me masih ada VCD-nya :D

Tapi ada yang masih punya film qiu sang cang khe bo (piyinnya nga tahu :p)
ceritanya tentang seorang veteran perang yang mungut anak perempuan. si bapak gagu dan jualan botol bekas. Si anaknya akhirnya jadi terkenal sebagai penyanyi dan mulai lupain bapaknya.

Nah ada yang punya nga???

#12
Jojon 15 Juni 2006 jam 6:19pm  

yg dibilang si thor itu yg soundtracknya judulnya Jing Ken Wo Lai yah :)

#13
eeyore 16 Juni 2006 jam 7:12am  

punya ... tp kompi rusak :lol: .. met menunggu (Qing Gen Wo Lai)

#14
yinyeksin 16 Juni 2006 jam 9:03am  

thor, itu film kan ada di jual tuh versi originalnya, pernah liat di disctarra sih :p

jon, yup itu salah satu judul ostnya :D

#15
Thor 16 Juni 2006 jam 8:26pm  

Dewi judul filmnya apa?????

Jon gua punya cuma nga bisa upload soalnya nga bisa ol dari rumah :D. Sorry Jonnnnnn :sorry:

#16
Jojon 16 Juni 2006 jam 8:44pm  

gue juga ada koq, kan ngga minta wek :p

#17
yinyeksin 19 Juni 2006 jam 9:40am  

thor, judulnya yah itu Jiu Guan Tang Boi Bo, cuman judul inggrisnya apa gak perhatiin :p

#18
eeyore 19 Juni 2006 jam 9:47am  

judulnya bukan Shu Na? :?

#19
alicia 22 Juni 2006 jam 9:49am  

yinyeksin menulis:
thor, judulnya yah itu Jiu Guan Tang Boi Bo, cuman judul inggrisnya apa gak perhatiin :p
iya bener.. gue demen sama lagu nya :) film nya mengharukan banget... :)

#20 avatar
rmz 28 Juni 2006 jam 4:52am  

baca sinopsisnya saja..
sudah buat .. kangen .. balik ke rumah ah :p