Home → Forum → Komentar Bacaan → Asmara Berdarah
Komentar untuk Asmara Berdarah
#1 |
Djafar
13 November 2005 jam 5:55am
 
ASMARA BERDARAH BELUM KELIHATAN DARAHNYA. |
|
#2 |
tungir
2 November 2007 jam 11:46am
 
judulnya aja yang serem |
|
#3 |
bobby_jaya
13 Februari 2008 jam 9:20pm
 
siiip karya kho |
|
#4 |
Sheep
27 Desember 2008 jam 9:21am
 
Talk about a flaw...in the beginning of this chapter 3, it was said that Cia Sun has never met his uncle and his family. "Tentu saja Cia Sun sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dara remaja yang dianggapnya yatim piatu dan miskin, yang menyamar sebagai pemuda pengemis itu, adalah puteri tunggal dari pamannya, Ceng Thian Sin. Dia belum pernah bertemu dengan pamannya itu dan keluarganya, akan tetapi dia sudah banyak mendengar tentang pamannya dari ayahnya." But then upon meeting Ceng Sui Cin the jungle. it was revealed that Cia Sun had met with his uncle's family and Ceng Sui Cin where she even gave him a bumped on his forehead. "Baiklah, namaku Sun, aku she Cia...!" "Haiii...! Engkau Cia Sun dari Lembah Naga? Wah, wah...! Aku... aku she Ceng...!" "Astaga... kau... kau ini Sui Cin anak yang bengal dulu itu?!" "Sui Cin cemberut dan menghardik, Siapa yang bengal?!" "Cia Sun tersenyum lebar dan menjura. Maaf, maaf... membayangkan engkau ketika masih kecil, sukarlah dipercaya engkau sekarang sudah menjadi begini... besar dan lihai!!" |
|
#5 |
Sheep
27 Desember 2008 jam 3:29pm
 
"Para pembaca kisah Pendekar Sadis tentu telah mengenal nama Cia Kong Liang ini. Pendekar ini menikah dengan seorang gadis gagah perkasa putera seorang datuk sesat yang sudah mencuci tangan dan merobah jalan hidupnya di atas jalan bersih. Ayah mertuanya adalah Tung-hai-sian Bin Mo To yang tinggal di Cengtao di Propinsi Shantung. Julukannya ketika masih menjadi datuk adalah Tung-hai-sian (Dewa Lautan Timur) dan dia adalah seorang Bangsa Jepang yang nama aselinya Minamoto." Here is another mistake or perhaps typo from the original novel. In Pendekar Sadis, Tung-hai-sin Bin Mo To's Japanese name was Minimoto; Minamoto was Tung-hai-sin Bin Mo To's grandfather. |
|
#6 |
Sheep
3 Januari 2009 jam 6:12pm
 
Darn...either I didn't translate it correctly or our favorite wuxia author, Kho Ping Hoo, was drunk when he wrote Asmara Berdarah. Earlier in the novel during the 2nd meeting of the wulin villains at Mount Ta-pie-san, Ratu Iblis said, and "Tempatnya di luar tembok besar, jadi pemerintah tentu tidak akan mencampuri. Kita gembleng pasukan yang kita kumpulkan di situ dan pada waktu yang tepat, pasukan kita turunkan melalui tembok besar ke selatan, menuju ke kota raja, bertepatan dengan munculnya Toan Ong-ya di istana. Pasukan kita itu mungkin tak usah bergerak, hanya untuk memperkuat wibawa saja." then "Toan Ong-ya sudah memikirkan hal itu pula. Maka, beliau memberi waktu selama tiga tahun. Tiga tahun lagi, tepat pada permulaan musim semi, pada hari Tahun Baru, semua pasukan harus dikumpulkan di luar tembok besar, di benteng kita untuk segera memulai dengan pembangunan benteng dan melatih pasukan. Mengertikah kalian?" Why in the hell then 3 years later the wulin heroes held a meeting at same place where the villains' fortress is located? In addition, it said that the fortress was never fixed or inhabited for a long time. If Raja Iblis and Ratu Iblis changed their mind about using former Jeng-hwa-pang's fortress, why it wasn't indicate anywhere in the story line? Pertemuan yang dinanti-nantikan dengan hati tegang oleh para pendekar itupun tibalah. Malam bulan purnama dan mengambil tempat di bekas benteng Jeng-hwa-pang yang sudah rusak dan keadaannya menyeramkan karena tidak pernah ditinggali manusia. Malam itu, tidak kurang dari seratus orang pendekar dari berbagai aliran berkumpul di tempat Of course there is more of this Asmara Berdarah's flaw. For instance Tho-tee-kwi who supposedly killed by Siang-kiang Lo-jin at Mount Ta-pie-san meeting, Kakek raksasa mengeluarkan pekik menyeramkan, kedua tangannya mencengkeram ke arah dada sendiri, akan tetapi tiba-tiba dia muntah-muntah dan darah segar yang berbau busuk muncrat-muncrat dari mulutnya. Totokan pada ulu hatinya itu ternyata telah membuat jantungnya pecah. Biarpun dia berusaha untuk menyerang lagi, akan tetapi matanya terbelalak dan kini dia terpelanting roboh dan berkelojotan. Kakek raksasa yang suka membunuh dan makan daging anak itu akhirnya tewas dalam keadaan yang amat mengerikan. but then he magically reappeared later at the Ceng-tek fortress. Tho-tee-kwi (Setan Bumi), kakek raksasa yang menyeramkan itu, yang memiliki kebiasaan mengerikan, yakni makan daging anak-anak manusia, seorang tokoh Cap-sha-kui yang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi daripada Koai-pian Hek-mo dan Hwa Hwa Kui-bo, kini ditandingi oleh Yelu Kim yang dibantu oleh perwira-perwira pengawal yang lihai pula. Adapun para datuk lain dikeroyok oleh pasukan pengawal. Terjadilah pertempuran yang seru dan mati-matian. Akan tetapi karena pihak pasukan pengawal jauh lebih banyak jumlahnya, kini para datuk itu segera terdesak hebat. |
|
#7 |
Sheep
4 Januari 2009 jam 12:06am
 
Yet another flaw within Asmara Berdarah... After Ci Kang rescued Hui Song from Sim Thian Bu's captivity, they fought for awhile until Cia Sun and Siang Wi stopped them. Then Hui Song disclosed Ci Kang's deed to Cia Sun. "Hemm, engkau kena ditipunya, Cia Sun! Engkau tidak tahu siapa dia sebenarnya. Karena dia berkedok domba, engkau tidak tahu bahwa di balik kedok itu adalah seekor harimau yang liar dan buas! Aku dapat membuktikannya sendiri kejahatannya! Ketahullah bahwa kalau tidak ada aku yang mencegahnya, mungkin dia sudah... memperkosa Sui Cin!" But then toward the end of the story, it made it seemed like Cia Sun has never heard of the so-called molestation. Semua orang kini memandang kepada Ci Kang, terutama sekali Cia Sun yang merasa bingung dan sukar dapat mempercaya berita bahwa sahabatnya itu pernah hendak memperkosa Sui Cin. Ci Kang mengangkat mukanya yang agak pucat itu, pertama-tama memandang ke arah Sui Cin yang juga memandang kepadanya, kemudian dia memandang kepada gurunya, lalu menunduk kembali dan suaranya lirih dan jelas. |
|
#8 |
ragilcitra
23 Februari 2016 jam 4:42pm
 
Untuk melihat LINK CERITA KARYA-KARYA KHO PING HOO lainnya, Disini |
|
#9 |
CersilKPH
31 Mei 2016 jam 3:09pm
 
Bagi rekan-rekan yang memiliki akun Facebook, mari gabung di Group Cersil Kho Ping Hoo |