Jalan Pedang 2: KIM TAYHIAP

HomeForumKomentar BacaanJalan Pedang 2: KIM TAYHIAP

Komentar untuk Jalan Pedang 2: KIM TAYHIAP (Episode 1)


#1 avatar
fary 14 Mei 2007 jam 6:52pm  

Wah... wah, dani-heng betul-betul membuat terobosan penting. Setelah memperkenalkan cersil berirama, kini menyajikan cersil yang dilengkapi catatan kaki yang oke punya. Saluut, terutama soal marga. Kami di Manado juga cukup akrab dengan marga, kendati dari segi sejarah tidak sekuat warga tionghoa (marga di Manado/Minahasa diperkirakan baru ada di abad 18).
Terima kasih atas tampilnya figur perempuan, kendati baru sebatas perkenalan, dan belum terlihat mau ke mana. Tapi sepertinya sangat menjanjikan. Jalan Pedang 2 ini kelihatannya akan panjang ya? Paling tidak, pasti lebih panjang dibanding Jalan Pedang 1. Ditunggu lanjutannya...................

#2 avatar
danivn 15 Mei 2007 jam 8:04pm  

fary menulis:
Wah... wah, dani-heng betul-betul membuat terobosan penting. Setelah memperkenalkan cersil berirama, kini menyajikan cersil yang dilengkapi catatan kaki yang oke punya.
Oke? Ah, terima kasih pujiannya. Nggak oke-oke banget lah, hanya memanfaatkan web. Dan itulah "kekuatan" web. Karena udah nulis di web, sayang kan kalo gak dimanfaatin?

Karena di web jugalah maka saya nulisnya sedikit-sedikit. Coba lihat: news di detik.com sama kompas (hardcopy news paper).

Detik.com nulis sedikit-sedikit, tapi "kontinuitas" terjaga. Sedikit-sedikit, karena emang pegellah kalo baca terlalu panjang di komputer. Apalagi mungkin sebagian pembaca akses via phone browser.

Selain itu, ada alasan pribadi neh: saya nulis sedikit-sedikit, karena emang sempetnya segitu. Waktu JP1 masih bisa tiap malem. JP 2 paling kapan sempetnya aja. Kerjaan numpuk bro!

fary menulis:
Saluut, terutama soal marga. Kami di Manado juga cukup akrab dengan marga, kendati dari segi sejarah tidak sekuat warga tionghoa (marga di Manado/Minahasa diperkirakan baru ada di abad 18).
Ah, tapi gak model marga Yen itu kan? :o

fary menulis:
Terima kasih atas tampilnya figur perempuan, kendati baru sebatas perkenalan, dan belum terlihat mau ke mana. Tapi sepertinya sangat menjanjikan. Jalan Pedang 2 ini kelihatannya akan panjang ya? Paling tidak, pasti lebih panjang dibanding Jalan Pedang 1. Ditunggu lanjutannya....................
Nah, gara-gara fary-heng yang minta ditampilin perempuan (saya baru sadar, mintanya perempuan, bukan wanita... he he ) maka saya terpicu ngangkat Smaradhani...

Pokoknya tanggung jawab yah kalo yang baca Smaradhani pada jipmo :p Niatnya nih, kalo sempet, saya mau tutup dengan Smaradhani-2: AYUNTA.

Selain itu, menjawab saran dari fary-heng: ada rencana buat me"re-write" Smaradhani (itu juga kalo sempet) karena masih banyak kata yang harus "ditempa" supaya lebih matang dan rapih. Cuma tayangnya pasti gak di sini. Ngumpet di blog sana aja lah.

(Dan gara-gara ini semua saya jadi gak sempet lagi "pentang batjot" di Milis Tjersil: miss U guys!)

Salam,

#3 avatar
DeVe 21 Mei 2007 jam 4:29pm  

dani-heng, saya suka dgn bab V: kata2 nya mengalir liar menggambarkan suasana hati "saya" tp tetap dalam rima. juga di sini ada 'filosofi' yang intinya kalau belajar pedang (atau apa pun juga misalnya belajar menulis cersil :) ) gak usah niru siapa2 tapi "be Ur-self". dan ternyata sang tokoh bisa juga memendam trauma. apa Yen harimau ini si pedang karat?

#4 avatar
Wandi 22 Mei 2007 jam 10:32pm  

When I pay more attention to this literature, i think i could guest one of your formula/receipt  ;) that you never described any detail of physical characteristics of the people. Even the main role (Yen Liong): what does he look like? Not even Yen Hou and others. You only described the nuance of a situation. Not the physical situation it self. i.e. you only mentioned “geladak”. But what/how does it look like?

Strange but astonishing and brilliant! Keep posting!

#5 avatar
danivn 24 Mei 2007 jam 8:33pm  

DeVe menulis:
dani-heng, saya suka dgn bab V: kata2 nya mengalir liar menggambarkan suasana hati "saya" tp tetap dalam rima. juga di sini ada 'filosofi' yang intinya kalau belajar pedang (atau apa pun juga misalnya belajar menulis cersil :) ) gak usah niru siapa2 tapi "be Ur-self". dan ternyata sang tokoh bisa juga memendam trauma. apa Yen harimau ini si pedang karat?
Lha kok malah ada yang suka? Terus terang saya sendiri kurang suka! :? Terlalu mendayu dan berputar-putar begitu. Malah sempat terpikir untuk membuang saja bagian ini. Mmm jadi bingung nih!

#6 avatar
danivn 24 Mei 2007 jam 9:22pm  

Wandi menulis:
When I pay more attention to this literature, i think i could guest one of your formula/receipt  ;) that you never described any detail of physical characteristics of the people. Even the main role (Yen Liong): what does he look like? Not even Yen Hou and others. You only described the nuance of a situation. Not the physical situation it self. i.e. you only mentioned “geladak”. But what/how does it look like?

Strange but astonishing and brilliant! Keep posting!

Dear Wandi-heng,
Terima kasih, tapi saya pakai Bahasa Indonesia aja yah... :)

Terus terang "menu" ramuannya memang masih terasa aneh. Gak semua orang lho suka resep yang "ekstreem" begini, yang kalo makanan pasti rasanya pedaaaas sekali, atau asiiiin sekali.

Saya pribadi merasa masih ada sesuatu yang kurang pas, entah di mana,... tapi yah inilah bagian dari pencarian di luar "mainstreem" itu ... akhirnya malah "ekstreem" begitu ... he.. he...

Dan buat semua,
berhubung banyak urusan kerja yang minta dibenahi, antara lain Grmd dan Ghl yang udah tanya apa saya mau lakukan edisi revisi (textbook nonfiksi) karena mereka sudah harus cetak ulang, dan saya gak mau seperti tahun lalu yang terpaksa bilang, "Yah sudah, cetak ulanglah sana gak perlu revisi!", maka saya putuskan untuk sementara pamit dulu dari urusan nulis fiksi di sini ... (soalnya JP yang awalnya iseng di luar perhitungan saya jadi panjang begini)...

Tapi saya tetap mencatat hutang-hutang ini: menuntaskan JP2, melanjutkan JP3 (karena seluruh jawaban sebetulnya ada di JP 3), melakukan pembenahan Smaradhani, dan kemungkinan lahirnya Smaradhani2: Ayunta. Pokoknya, seluruh kegiatan eksperimental tentang gaya penulisan di luar "mainstreem" ini mudah-mudahan akan tetap saya lanjutkan (he... he... siapa tahu hasilnya bisa jadi textbook nonfiksi saya berikutnya kan?) :)

Oya, buat teman-teman penulis cersil dan fiksi lainnya, salam... Mungkin sekali-kali kita perlu kopi darat....

Selamat berkarya.

Sodjah,

#7 avatar
danivn 28 Mei 2007 jam 2:24pm  

Dear All,

saya baru saja melakukan penggabungan Bab dalam JP2 Kim Tayhiap ini (dari lima bab terpisah menjadi satu kesatuan) serta melakukan editing seperlunya. Penggabungan ini saya satukan dalam JP2 Kim Tayhiap Episode 1 yang akan berlanjut pada JP2 Kim Tayhiap Episode 2 yang langsung masuk pada bab "Kutukan Malam Sembilan-sembilan.

Kim Tayhiap saya pecah menjadi dua karena merasa sudah terlalu panjang. Biarlah JP2 Kim Tayhiap Episode 1 sebagai persiapan setting untuk terbunuhnya Kakek Yen si Srigala (dimana setiap orang sudah punya motif untuk membunuh si Kakek) termasuk karakterisasi, latar belakang, dan masa lalu Kim Tayhiap (aka Yen Liong si Naga).

Dan biarlah peristiwa terbunuhnya Kakek Yen dan pemecahannya ada pada Kim Tayhiap Episode 2 yang juga membuat Yen Liong memutuskan "berubah" menjadi Kim Tayhiap.

Namun demikian, perkenankan saya mengaso beberapa waktu (mengerjakan kerjaan kantor dan lain-lain) sebelum melanjutkan JP2 Kim Tayhiap Episode 2. Mudah-mudahan pada episde lanjutan itu saya bisa kerjakan sekaligus (sehingga tidak perlu ada penggabungan bab seperti sebelumnya).

Salam,