Jaka Lola

HomeForumKomentar BacaanJaka Lola

Komentar untuk Jaka Lola


#1 avatar
Sheep 25 Maret 2009 jam 11:09am  

Dia anak keluarga petani sederhana, ayahnya tewas disiksa kaki tangan tuan tanah di dusunnya, sedangkan ibunya mati membunuh diri setelah membiarkan dirinya diperkosa oleh The Sun dalam usahanya menolong keselamatan Kun Hong yang ketika itu terluka di dalam rumahnya.

Didn't widow Yo is the one that abet or entice herself to The Sun? So how could it be rape????

:think:

#2 avatar
Sheep 25 Maret 2009 jam 11:22am  

Di dalam hatinya, Hui Kauw mengkawatirkan keadaan murid itu. Ia cukup mengenal watak A Wan setelah anak itu tinggal di situ selama dua tahun. Anak itu pendiam dan taat, akan tetapi mempunyai watak yang amat halus. Belum tentu anak itu akan merasai kebahagiaan di Hoa-san-pai, karena merasa bahwa dia menumpang pada gurunya, sekarang gurunya sendiri akan menumpang di tempat orang lain.

After being married for that long to jackass Kun Hong, Hui Kauw still didn't understand her husband's behavior who is nosy, busy body and likes to intrude on other people affairs creating problems. But again, it won't be a story without it....

:x

#3 avatar
Sheep 25 Maret 2009 jam 4:16pm  

To-su itu mengangguk-angguk, masih bingung. “Ah, tentu...tentu...tunggu sebentar. Aneh, bagaimana kuda bisa mati dan dikubur? Aneh...”, tapi dia berjalan memasuki kandang kuda sambil mengomel panjang pendek, keluar lagi membawa bungkusan makanan dan sekaleng air minum. Tanpa banyak sungkan lagi Yo Wan menerima kaleng air dan minum dengan lahapnya

:))

Wow...China already produced aluminum or tin can during Ming Dynasty.

#4 avatar
Sheep 26 Maret 2009 jam 1:30am  

Hal ini ada sebabnya. Pertama karena ketika ia masih muda, dua orang itu pernah menjadi musuhnya. Kedua kalinya, karena suaminya, Bun Wan, menjadi buta sebelah matanya karena Pendekar Buta pula. Sungguhpun suaminya itu membutakan sebelah mata sendiri karena malu dan menyesal atas perbuatannya sendiri yang menyangka buruk kepada Pendekar Buta, namun secara tidak langsung, suaminya buta karena Pendekar Buta (Baca cerita Pendekar Buta)! Inilah sebabnya terselip rasa dendam di sudut hati kecil nyonya ini. Akan tetapi, dara remaja yang masih setengah kanak-kanak ini, mana mungkin dapat melawan Kun Hong?

:?

Dooohhhh...our beloved author forgot the biggest reason of them all that Pendekar Buta killed Giam Hui Siang's mother, Ching-toanio.

#5 avatar
Sheep 26 Maret 2009 jam 1:07pm  

“Eeittt, sabar dan tenanglah. Aku sama sekali tidak membelanya. Dengar baik-baik, Siu Bi Moi-moi. Aku mencegah kau memusuhi Pendekar Buta, sama sekali bukan dengan maksud lain kecuali untuk mencegah kau menghadapi bahaya maut. Kau tahu, Pendekar Buta adalah seorang yang teramat sakti, tidak terkalahkan, dan mempunyai banyak sekali sahabat-sahabat di dunia ini, sahabat-sahabat yang sakti-sakti pula. Maka, harap kau jangan sembarangan bicara dan ingat baik-baik lebih dulu sebelum memusuhinya, karena hal itu teramat berbahaya bagi keselamatanmu.”

:lol2:

Whenever men meet women, their second little brains always take over their way of thinking. Here is a sample of Yo Wan uses his little brain rather than the truth or logic. His actions shows his lack of character as untrustworthy disciple just to make a girl happy. He didn't even admit that he's in away Pendekar Buta's disciple knowing that his master is the girl's biggest enemy. Instead of telling the truth about his relationship with his master, Pendekar Buta, he undermined it.

#6 avatar
Sheep 26 Maret 2009 jam 1:15pm  

Ingin dia marah marah kepada diri sendiri, marah kepada Siu Bi. Akan tetapi dia tidak tega memarahi dara yang begini gembira-ria dan bahagia. Ia harus berlaku cerdik. Boleh juga membohong demi keselamatan hubungan mereka, demi kesenangan Siu Bi.

:rolleyes:

Once again, Yo Wan's little brain took the best of him. Against his better judgment, he resorted to more LIES. Isn't the foundation of any relationship is honesty? If the foundation of their relationship begin with a lie here and a lie there, how could it survive?

#7 avatar
Sheep 26 Maret 2009 jam 11:59pm  

Benar-benar berat hati Bun Hui untuk bicara tentang Siu Bi, dan ini pula yang menggelisahkan hatinya di dalam perjalanan itu karena dia merasa kawatir kalau-kalau ayahnya memberi tahu perihal Siu Bi di dalam suratnya kepada Pendekar Buta.

Ahhh...another example of KPH's heroes use their little brain between their legs when the issue is related to women. Siu Bi is one of the threats to Pendekar Buta's family and yet this fool hid the fact.

:knock:

#8 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 12:03am  

“Eh, adik Swan Bu...jangan begitu...tidak boleh tergesa-gesa dan berlaku sembrono...!” Bun Hui berseru gugup.

Namun Swan Bu tersenyum dan dagunya mengeras membayangkan kekerasan “Mengapa jangan? Bukankah lebih baik mendahului lawan agar jangan memberi kesempatan kepada mereka untuk bergerak?

:))

LOL....Swan Bu must have taken a page from President Bush's "preemptive strike" policy.

#9 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 1:58am  

Ia terlempar dan sebelum dia sempat bergerak, dua buah lengan panjang Maharsi yang tadi memukulnya telah mencengkeram pundaknya dan menotok jalan darah di punggungnya, membuat dia tidak berdaya lagi. Sepasang orang muda itu telah tertawan oleh musuh-musuh besarnya.

This is the time when the villains became brain dead. Instead of completing their so-called "revenge", they will let both Swan Bu and Lee Si live which make no sense on their supposedly years of waiting to take their vengeance.

Siu Bi should the least cut off one of the arms of both Swan Bu and Lee Si. Meanwhile the others can just drain the blood from their necks, gouge their eye balls, cut off their legs, and then decapitate their heads and put them into sticks so Pendekar Buta and Raja Pedang will know what's coming ahead of them.

But Noooooooo!!!, these villains are too stupid and anything they do from this point on defied any type of logic at all.

:hithead:

#10 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 5:50am  

“Siapa saja yang membunuhnya berarti hendak menghalang-halangi aku untuk balas dendam dan melaksanakan sumpahku. Tentang siapa merobohkan, memang betul kalian yang merobohkan, akan tetapi perempuan ini aku yang merobohkan. Sekarang aku ingin menukarkan dia dengan anak Pendekar Buta ini. Ouwyang-toako, kau boleh ambil dia, biarkan aku membuntungi lengan anak Pendekar Buta tanpa membunuhnya?”

Here the imbecile villains are arguing on what to do with their prisoners. If they have any brains at all they would:

a. Let Siu Bi cut off one of the arms then kill them OR

b. With Maharsi, Bo Wi Sian-jin, Ang Mo-ko, and Ang-hoa Nio-nio there, they can just all together attack and kill Siu Bi if she resisted and then they'd still be able kill the prisoners OR

c. Attack Siu Bi to create distraction and then kill the prisoners while she defends herself.

:hang:

#11 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 8:29am  

Mati? Tidak, belum waktunya. Ia harus dapat membasmi penjahat-penjahat Ang-hoa-pai berikut teman-temannya itu sebelum ia sendiri mati. Dengan pekaian kusut dan hati penuh kegemasan dan sakit hati terhadap Ang-hoa Nio-nio dan kawan-kawannya

:rofl:

Yeah right...all the heroes can only talk about annihilate the villains. But when the push comes to shove, none of them do it. Besides if the heroes did obliterate the villains, there won't be any KPH serials..... :p

#12 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 9:21am  

“Siu Bi...di mana kau...ah, Siu Bi, sudah puaskah hatimu sekarang? Alangkah cantik engkau...cantik, liar dan ganas...”

Next time around Swan Bu deserves to be treated like John Bobbit. Losing his left arm still does not stop him from using his small little brain between his legs.

#13 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 12:08pm  

Jangankan Cui Sian, sedangkan Swan Bu sendiri diam-diam juga menduga demikian. Mana bisa lain orang yang membunuh Kong Bu kalau pedang Kim-seng-kiam menancap di dadanya, pedang itu tidak mungkin terlepas dari tangan ibunya! Swan Bu gelisah sekali, bingung dan berduka. Akan tetapi ada satu kenyataan yang menghibur hatinya, yakni bahwa pedang itu masih tertancap di dada Kong Bu dan ditinggalkan begitu saja. Mungkinkah kalau memang ibunya yang membunuh Kong Bu, ibunya meninggalkan pedang itu tertancap di dada lawannya? Apakah karena mendengar kedatangannya bersama Cui Sian tadi, ibunya lalu tergesa-gesa pergi sehingga tidak sempat mencabut pedangnya? Ah, sukar dipercaya kemungkinan ini. Apa sukarnya mencabut pedang apa lagi bagi ibunya! Agaknya lebih patut kalau ada orang yang SENGAJA meninggalkan pedang itu di dada Kong Bu. Dan siapapun orangnya, tidak mungkin orang itu ibunya! Jadi, tentu ada orang lain yang kembali melakukan fitnah untuk kali ini memburukkan nama ibunya. Akan tetapi bagaimana orang itu dapat menggunakan pedang Kim-seng-kiam?

:))

This moron is trying to justify the situation...if Swan Bu would use his other brain to punish Siu Bi while she was captured instead of releasing her with leniency, she won't have the chance to create a commotion until his mother's sword got stolen during that plight.

Kong Bu may still be dead on an ambush but at least it won't add fuel to already mishap with misunderstanding.  ;)

#14 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 12:22pm  

Siu Bi mengangkat mukanya dari atas dada Swan Bu dan memandang. Kedua muka itu berpandangan, dekat sekali, masih basah oleh air mata. “Swan Bu aku...aku tidak turut dalam tipu muslihat busuk itu...aku bukan sekutu Ang-hoa Nio-nio...”

:eh:

Yeah...but this bi@tch didn't try to prevent it either. So, she indirectly contributed to that hideous deception. It's called "guilty by association"....dooohhhhh.

#15 avatar
Sheep 27 Maret 2009 jam 2:11pm  

“Hebat kau, Kun Hong. Dengan kepandaianmu seperti ini, seharusnya aku Si Tua Bangka takluk. Akan tetapi, jelas isterimu membunuh Kong Bu dan anakmu menghina mayatnya sedemikian rupa, orang-orang dunia akan mentertawai aku sebagai berat sebelah kalau tidak memberi hukuman. Kalau kau hendak melindungi isterimu, terserah, itu hakmu, sungguhpun hal itu mengecewakan hatiku karena berarti kau melindungi orang bersalah, Hui Kauw, awas terimalah pukulanku!”

Knowing these so-called heroes are so easily be fooled is understandable as almost all of KPH's heroes are deep down just plain numskull or dolts. But can these idiots avenge the malicious deeds befallen upon them by the villains? Most likely NOPE...

:doh:

#16 avatar
Sheep 29 Maret 2009 jam 10:42am  

Ia memaksa bibirnya berkata demikian, sungguhpun hatinya merasa tidak enak. Gadis itu sudah begitu baik kepadanya, agaknya sudah mengobati luka di pundaknya karena pundak itu tidak terasa sakit lagi.

:o

What an idiot!!! She's the one who injured his shoulder with her poison needles and this fool felt appreciative????

#17 avatar
Sheep 29 Maret 2009 jam 11:24pm  

Siu Bi berseru keras, “Sudahlah! Kau boleh pergi dan kalau kau tidak mau membunuh aku, aku akan membunuh diriku sendiri di depanmu sebelum kau pergi!” Sambil berkata demikian, Siu Bi mencabut pedangnya dan sinar menghitam menyambar ke arah lehernya.

Swan Bu should've just let her kill herself... :innocent:

“Siu Bi, jangan gila kau! Kalau kau membunuh diri, mana aku dapat hidup lebih lama lagi?”, kata Swan Bu sambil menyimpan pedangnya yang bersinar emas, yaitu pedang Kim-seng-kiam, pedang ibunya yang dia cabut dari dada jenazah Tan Kong Bu.

Foolish...once that lil bi@tch is dead, Swan Bu then can hop along to Xuhui, Xujiahui, Channing, Huahua Zhong Lu etc to find better replacements.

:rofl2:

#18 avatar
Sheep 30 Maret 2009 jam 12:47am  

Sukar dipercaya memang. Apakah Siu Bi sudah gila? Ataukah Swan Bu yang tolol? Atau juga, barangkali dia yang miring otaknya? Gadis itu dahulu bersumpah untuk memusuhi Pendekar Buta sekeluarga. Kemudian gadis itu berhasil dalam balas dendamnya, membuntungi lengan Swan Bu. Akan tetapi sekarang menurut pengakuan Swan Bu, mereka akan berjodoh, berarti mereka saling mencinta!

Women who like "bad boys" image are quite common, but apparently these knucklehead heroes in here like the "bad girls" image.

:doh:

Heck...if Swan Bu and Bun Hui want "bad girls" image as their mates, they should just go for Hek-hoa Nio-nio or even Hek-hoa Kui-bo. Why fall short with Siu Bi or Yoshiko?

:rofl:

#19 avatar
Sheep 30 Maret 2009 jam 1:45am  

“Bukan satu kali, Bun-lote. Pernah aku mengunjungi gedung ayahmu beberapa bulan yang lalu, mengunjungi tempat tahanan untuk membebaskan adik Siu Bi.

:?

What gives?

Somewhere along the episode, Yo Wan came back from the Himalayas at the age of 25 years old which then he quickly involved with the skirmish between Raja Pedang and Pendekar Buta's families against Cheng-coa-tho's people.

Then, earlier Yo Wan admitted to Tan Loan Ki that his current age is almost 28 years old which we assumed that it has been a few years since the event at Kong-goan.

Now all of sudden Yo Wan mentioned about all of this just happened a FEW MONTHS ago???? Well then his age should be 25 NOT 28 years old....or it has been a few years since he sneaked into Bun Hui's house. :error:

#20
bobby_Bna 14 Juli 2015 jam 3:14am  

Apaan tuh , sok bahasa inggris segala