karena tidak tau cara upload di indozone, saya masukkan di komentar kekurangan jilid 53
salam
sumahan
Tanpa disadari sinar mata Liem Tou dialihkan ke atas kelambu berwarna ungu itu. Ia merasa apabila Thian Pian Siauwcu mempunyai yang tidak ingin diketahui orang maka rahasia tersebut pasti berada di balik kelambu tersebut.
Sedikitpun tidak salah, Thian Pian Siauwcu menerangkan dulu lentera untuk menerangi seluruh ruangan, wajahnya pada saat ini penuh diliputi keharuan, suasana hening sunyi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Lama sekali Thian Pian siauwcu berdiri termenung di bawah lampu lentera, agaknya ia sedang memikirkan suatu hal yang memberatkan hatinya.
Lama..... lama sekali akhirnya ia berpaling memandang keluar ruangan, buru buru Liem Tou menyembunyikan diri.
Tapi sepintas lawat itulah ia temukan wajah Thian Pian Siauwcu penuh dibasahi dengan air mata. keadaan ini sungguh diluar dugaan semua orang.
Beberapa saat kemudian Liem Tou dapat melihat Thian Pian Siauwcu telah berdiri di depan kain kelambu itu.
Tiba-tiba Liem Tou mencium bau harum yang amat aneh. Bau harum itu muncul dari balik ruangan dan terasa sangat aneh.
Akhirnya Thian Pian siauwcu menyingkapkan kain kelambu. Liem Tou semakin keheranan lagi melihat pemandangan yang berada di depannya.
Ternyata dibalik kelambu itu merupakan sebuah pembaringan bewarna merah yang berukiran naga serta burung hong. Kain sutra yang mewah dan mahal harganya menutupi seluruh pembaringan.
Liem Tou membelalakkan matanya bulat-bulat. Selagi dia merasa keheranan, mendadak terdengar Thian Pian siauwcu menangis terisak. “Ciu Ling, aku merasa berdosa terhadap dirimu, malam ini aku hendak antar kau pergiâ€
Dari atas pembaringan tidak terdengar suara jawaban. Juga tak tampak seseorang yang bangun berdiri.
Ketika itulah Liem Tou menemukan adanya sebuah hiolo yang mengepulkan asap tebal. Dapat diduga bau harum yang sangat aneh tadi berasal dari asap dupa ini.
Kembali Thian Pian siauwcu menangis tersedu-sedu. “Semua ini ayahmu yang paksa aku berbuat demikian†serunya setengah merengek. “Sukmamu yang ada di atas tentu tahu bukan tidak lama kemudian aku akan datang menjumpai dirimu. Liem Tou telah datang! Aku menyadari dengan kekuatanku tak mungkin dapat menandingi kepandaian silatnya. Asal ia turun tangan, aku punta maksud tidak membalas. Tapi Ciu Ling, ayahmu kembali membinasakan satu-satunya ahli warisku, dalam keadaan ini aku tidak rela meninggalkan dunia yang penuh dosa iniâ€
Sembari bergumam, dia menyingkap kelambu yang menutupi pembaringan tersebut.
Setelah mendengar serangkaian ucapannya, Liem Tou dapat memahami apa sebenarnya yang telah terjadi. Yang berada di atas pembaringan tentu istrinya, yaitu puteri Ciau Kie yang ia kawini dengan paksa, tapi sekarang perempuan itu telah menjadi sesosok mayat dan kematian perempuan itu justru terhajar oleh angin pukulannya.
Bersamaan itu pula Liem Tou mempunyai suatu pandangan yang lain terhadap Thian Pian siauwcu. Ia tidak menyangka si jagoan dari lautan timur ini sebenarnya adalah seorang manusia yang dibodohi oleh cinta.
Tanpa disadari lagi, Liem Tou berkelebat masuk ke dalam. Gerak-geriknya tidak meninggalkan sedikit suara apapun.
Tapi pada saat itu pula setelah Thian Pian siauwcu membopong tubuh Ciu Ling dan secara mendadak menemukan Liem Tou telah berdiri di belakangnya, air muka orang ini langsung berubah hebat.
Tapi Liem Tou sudah punya perhitungan dalam hatinya, tampak ia tersenyum, “Ke heng! Kau tidak menyangka bukan bahwa ku bisa muncul di sini pada saat dan keadaan seperti ini. Tapi kau boleh berlega hati, detik ini aku masih tidak ingin mengganggu diri Ke heng barang seujung rambutpun. Kau boleh pergi menyelesaikan urusanmuâ€
Sembari berkata sepasang mata Liem Tou mengerling sekejap wajah sang perempuan yang berada dalam bopongan Thian Pian Siauwcu. Tampak wajah perempuan itu masih tetap utuh dan bagus seperti semasa hidupnya. Tubuh mayat itu tidak kaku dan keadaannya mirip seorang perempuan cantik yang berada dalam impian. Kecantikan wajahnya bila dibandingkan dengan kecantikan wajah ke dua orang istrinya Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pergangon kambing maka perempuan ini boleh dikatakan lebih menarik beberapa kali lipat.
Pada saat itulah sekalipun Liem Tou tahu perempuan yang berada didalam bopongan Ke Hong hanya mayat belaka, tapi sinar matanya terasa rada berat untuk dialihkan dari atas wajahnya.
Selama ini Thian Pian Siauwcu hanya berdiri memandang diri Liem Tou dengan termangu-mangu. Ia sama sekali tak berkutik.
Akhirnya Liem Tou tersentak kaget buru buru ia melengos. “Ke heng! besok siang aku akan menyelesaikan urusan kita yang belum selesai. Aku rasa seharusnya kau memahami apa yang kuucapkan bukan? Setahun berselang ketika berada digunung Cing Shia kau telah mengingkari janji datang mencari balas terhadap diriku. Perbuatanmu itu sudah melanggar peraturan Bu-lim yang terbesar"
Thian Pian Siauwcu tetap membungkam dalam seribu bahasa, sembarl rnembopong tubuh Ciu Ling selangkah demi selangkah ia maju kedepan.
Terpaksa Liem Tou ikut mundur kebelakang sehingga akhirnya hampir keluar dari ruangan tersebut.
Ketika itulah Thian Pian Siauwcu buka suara, ujarnya, “Susiokmu berada didalam rumah berbatu didepan sana. Kau bawalah pergi! Besok siang aku pasti menantikan kedatanganmu".
Liem Tou sendiripun tahu dalam keadaan begini Thian Pian Siauwcu tidak ingin banyak barbicara, ia segera mengangguk.
Sedikit kakinya menutul permukaan tanah, badannya laksana petir menyambar telah berkelebat keluar dari pintu.
Pemuda ini tidak menggubris diri Thian Pian Siauwcu lagi, ia segera menerobos masuk ruangan berbatu itu.
Suasana amat gelap susah melihat kelima jari tangan sendiri, beruntung pemuda she Liem berhasil melatih sepasang matanya dapat melihat ditengah kegelapan.
Dalam ruang berbatu tardapat belasan kamar. Satu demi satu ia lakukan pemeriksaan, akhirnya dikamar yang terakhir ia temukan sebuah pembaringan dan diatas pembaringan terlentang siperempuan Tunggal Touw Hong.
Saat ini ia hampir telanjang, hanya bagian-bagian terlarang saja yang masih tertutup oleh selapis kain dalam yang tipis dan tembus lihat, sedangkan perempuan itu sendiri barada datam keadaan tidak sadar.
Dengan cermat Liem Tou melakukan pemeriksaan disekitar badannya, segera diketahui olehnya apabila jalan darah tidur perempuan ini telah tertotok.
Dengan cepat ia totok bebas jalan darah tersebut kemudian berkata dari luar ruang “Susiok. maaf sutit Liem Tou datang terlambat sehingga mengharuskan susiok lama sekali menjalani panderitaan. Silahkan cepat berpakaian dan kita harus buru buru meninggalkan tempat iniâ€
“Ehmm...†dari dalam ruangan terdengar suara sahutan dari siperempuan tunggal Touw Hong, “Liem Tou, Liem Tou.... kau benar benar adalah Liem Tou? Siauwcu mengatakan bahwa kau sudah mati pada setahun berselang bagaimana kau bisa mengaku dirimu bernama Liem Tou?â€
“Ke Hong sama sekali tidak tahu apabila aku belum mati, hanya hampir saja jiwaku meiayang''.
“Aaaakh! kalau begitu kau benar benar adalah Liem Tou!â€
Mendengar ucapan dari si perempuan tunggal Touw Hong, Liem Tou berpikir di dalam hatinya. “Susiok sudah setahun lamanya ditawan di atas pulau ini, jikalau dikatakan menderita seharusnya sudah sangat tersiksa. mengapa terhadap diri Ke Hong ia tak memperlihatkan rasa benci serta menyalahkan? Sungguh aneh urusan ini. Apakah rela dirinya dikawini oleh orang itu....?â€
Karena menjumpai hal hal yang tidak dl pahami ia lantas berkata. “Susiok, aku pikir selama setahun ini kau tentu amat menderita sekali....â€
“Masih untung agak bagaikan. Siauwcu tak bermaksud jahat terhadap diriku, iapun belum pernah memperlihatkan tindakan tindakan yang menyeleweng dari kesopanan. Selama ini aku tidak pernah diganggu....."
“Aaakh....! begitu?â€
Saat inilah Liem Tou baru tabu peristiwa yang bakal terjadi nanti malam sama sekali tidak diketahui oleh gadis ini, jikalau malam ini ia tidak keburu datang kemari entah apa yang bakal terjadi besok pagi?
Liem Tou pun tidak membocorkan rahasia Thian Pian Siauwcu lagi, sambungnya. "Susiok, cepat kau berpakaian, malam ini kita harus segera meninggalkan tempat ini apalagi ditempat luaran masih ada tontonan bagus yang dapat kita tontonâ€.
Sewaktu ia menyelesaikan kata-kalanya, si perempuan tunggal Tauw Hong telah berjalan keluar.
Wajah perempuan ini jauh lebih kurusan dan wajah maupun sikapnya tidak mirip seorang gadis seperti tempo dulu lagi. Jika di pandang saat ini, maka usianya kelihatan jauh lebih tua beberapa tahun dari Lie Siauw Ie maupun si gadis cantik pengangon kambing padahal dalam kenyataan usia mereka adalah seimbang.
Setelah Liem Tou memberi hormat kepada susioknya, mereka berdua bersama sama jalan keluar dari rumah berbatu dan berangkat menuju ketepi pantai.
Tetapi belum jauh mereka berangkat mendadak ditemukannya Thian Pian Siauwcu berjalan dihadapan mereka. Ia membopong mayat Ciu Ling dengan wajah serius.
Kiranya sewaktu Liem Tou pergi menolong Perempuan Tunggal Touw Hong, Thian Pian Siauwcu masih belum berangkat menuju ke tepi pantai.
Liem Tou segera menarik tangan si perempuan tunggal Touw hong untuk berjalan lebih lambat, bisiknya lirih: "Kita jangan kejutkan dirinya!â€.
"Bukankah kedatanganmu hendak mencari dirinya?" kata siperempuan tunggal Touw Hong sambil mengerling sekejap kearah sang pemuda.
"Benar!†Liem Tou mengangguk. "Tapi tidak malam ini, aku akan membiarkan ia hidup baik baikiâ€.
Siperempuan tunggal Touw Hong tidak bicara lagi. Mereka berdua dengan mengikuti dibelakang Thian Pian Siauwcu lambat lambat bergerak kedepan.
Tidak selang beberapa waktu kemudian akhirnya sampai juga mereka ditepi pantai. Ketika itu Ciau Thian Kie serta Thiat Bok Thaysu masih menanti kedatangan Thian Pian Siauwcu di tempat semula, hanya saja siorang tua she Ciau karena menunggu terlalu lama ia siap mengumbar hawa amarahnya.
Tetapi begitu sinar matanya berbentur dengan jenasah yang dibopong Thian Pian Siauwcu, langsung hatinya berdesir. "Ke Hong..... kau..... kau.....â€
“Tutup mulut!†belum habis ia berkata Thian Pian Siauwcu telah membentak gusar.
Agaknya Ciu Thian Kie sama sekali tidak menyangka Thian Pian Siauwcu berani bersikap tidak hormat terhadap dirinya. Air muka langsung berubah hebat, tapi melihat air muka Ke Hong dingin kaku dan sepasang matanya memancarkan cahaya kebuasan, akhirnya Ciau Thian Kie menelan kembali hawa gusar tersebut.
Salama ini Liem Tou serta siperempuan tunggal Touw Hong bersembunyi ditempat kejauhan.
Kembali Thian Pian Siauwcu melirik sekejap mayat Kiem jie yang menggeletak di atas tanah, lalu kepada Ciau Thian Kie ujarnya “Kau tidak menyangka bukan aku masih menyimpan jenasah Ciu Ling baik baik? Dengan susah payah aku pergi mencari dupa liur naga untuk mempertahankan jenasahnya jangan sampai membusuk hingga ini hari. Dan sekarang terpaksa akan kukembalikan dirinya kepadamu!â€
Mendengar ucapan tersebut Ciau Thian Kie jadi melengak. "Ke Hong, kau sudah gila?" teriaknya penuh kegusaran.
“Aku belum gila. Nah! boponglah putrimu!†Sembari berkata mendadak ia lemparkan jenasah Ciu Ling kearah depan.
Terpaksa Ciau Thian Kie ulur tangannya untuk menerima.
Tapi pada saat itulah dengan gusar Thian Pian Siauwcu berpekik nyaring. “Ciau Thian Kie! aku Ke Hong selama ini belum pernah bersikap kurang ajar kepadamuâ€
Sembari membentak keras dengan mengikuti lemparan jenasah tadi badannya berkelebat maju kedepan.
Mananti Ciau Thian Kie sedang menerima jenazah Ciu Ling, serangan Thian Pian Siauwcu telah berhembus datang.
“Braaak....!''
Dengan telak serangan tersebut bersarang didada Ciau Thian Kie membuat tubuh si orang tua itu mundur delapan langkah kebelakang dengan sempoyongan, tak tahan ia muntahkan darah segar dan jelas menderita luka dalam yang amat parah. Kendati begitu ia berhasil juga menerima mayat Ciu Ling baik baik.
Setelah melihat serangannya bersarang di tubuh lawan, Thian Pian Siauwcu mendongak tertawa kalap. “Ciau Thian Kie, memandang wajah di atas putrimu aku tinggalkan selembar nyawamu. Dendam Kiem jie pun telah kubalaskan, nah! sekarang kau belum pergi!â€.
Ia lantas berpaling ke arah Thian Bok Thaysu, ujarnya. "Thiat Bok heng, kemari! aku ada perkataan hendak diaampaikan kepadamu".
Thiat Bok Thaysu sama sekali tidak menaruh curiga terhadap dirinya, ia segera datang menghampiri.
Siapa sangka ketika itulah sekali sambar Thian Pian Siauwcu telah mencengkeram urat nadinya, sedang tangan kiri diayun lantas menekan jalan darah "Sian Kie Hiat" di tubuhnya.
Air muka Thiat Bok Thaysu kontan berubah hebat, tapi dia adalah seorang jagoan licik, dalam sekejep mata wajahnya telah pulih jadi tenang kembali.
“Siauwcu ada urusan apa?†tanyanya lirih. Sembari berkata badannya mundur ke belakang.
Wajah Thian Pian Siauwcu berubah hijau kebiru-biruan. telapak kirinya dengan disalur tenaga sinkang dua bagian bentaknya dingin: "Thiat Bok heng, kau tidak usah berpura-pura bodoh lagi! aku Ke Hong bisa hidup semacam ini hari semuanya adalah hasil pemberian Thiat Bok heng".
Agaknya Thiat Bok Thaysu pun dapat melihat keseriusan urusan ini, segera jiwabnya lirih: "Siauwcu telah menolong jiwaku, suruh aku terjang lautan api naik kehutan golok aku tak bakal menolak!''
“Haa... haa... haa... bagus bagus! tahukah kau bagaimana sikap si hweesio tujuh jari Chiet Tji Tuo terhadap kalian suheng te?â€.
Menghadapi situasi macam begini Thiat Bok Thaysu tak dapat berkutik lagi, diam-diam ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan.
Tapi Thian Siauwcu telah mencengkeram urat nadinya. Telapak kiripun mengancam di atas jalan darah Sian Kie Hiat nya, menanti ia salurkan hawa murni mengelilingi badan Ke Hong segera merasakan hal tersebut.
Mendadak tenaga sinkang yang disalurkan melalui telapak kirinya diperhebat, seketika itu juga Thiat Bok Thaysu merasakan tulang tulangnya kesakitan, hawa murni buyar berantakan dan air mukanya dari hijau berubah membiru, seluruh badan gemetar keras.
Dalam pada itu dengan sempoyongan Ciau Thian Kie telah kembali keatas perahu sampannya, tapi entah mengapa sebelum ia mengangkat jangkar tahu tahu perahu itu sudah meluncur ketengah lautan.
Hal ini membuat ia jadi kaget dan berseru tertahan. segera orang tua ini berpaling dan memandang kearah belakang dengan mata terbelalak.
Kiranya entah sejak kapan Liem Tou telah berada disana dan kini sedang mengirim pukulan kosong menjalankan perahu tersebut.
“Ciau Toa pek, terima kasih bantuanmu suka bawakan jalan buat diri boanpwee!â€.
Baru saja pemuda ini selesai berbicara dari atas pulau Lie Hoa To berkumandang keluar suara gelak tertawa Thian Pian Siauwcu yang keras disusul jeritan ngeri Thiat Bok Thaysu yang menyeramken.
"Habislah sudah orang itu! seluruh kejahatan yang pernah ia lakukan selama ini seharusnya dlakhiri!†seru Liem Tou lirih.
Ia berpaling kearah Ciau Thian Kie lalu ujarnya, “Ciau Toa Pek, sudah kau dengar suara itu? Thian Pian Siauwcu telah mewakili dirimu untuk melenyapkan Thiat Bok!â€
Ciau Thian Kie tersohor karena berwajah riang, tapi ketika itu air mukanya sama sekali tidak dihiasi oleh senyuman, ia mendengus rendah dan berkata lirih. “Liem Tou, kau siap mengapakan diri Ke Hong?â€
"Aku tahu selama hidupnya Ke Hong tidak terlalu banyak berbuat kejahatan, sewaktu ia sedang bergembira mungkin pernah pula melakukan beberapa pekerjaan kebajikan†kata Liem Tou sambil tertawa, "Tapi, Ciau Toa pek, tahukah kau bahwa aku Liem Tou sudah dicelakainya sangat keterlaluan. Lie supekku menemui ajalnya ditangan orang ini, coba kau pikir seharusnya aku bertindak bagaimana terhadap dirinya?â€
Mendadak Ciau Thian Kie tanpa mem perdulikan lukanya yang parah segera loncat bangun, bentaknya keras. "Liem Tou, kalau kau mau bunuh dia, bunuhlah aku terlebih dahulu!â€
Liem Tou tertegun. Dengan sepasang mata yang memancarkan cahaya tajam ia melotot diri Ciau Thian Kie tak terkedip, pikirrya “Dalam sekejap mata Ciau Thian Kie rela membelai Thian Pian Siauwcu mati-matian, keadaan semacam ini sungguh aneh sekaliâ€
Ia tertawa hambar, katanya. “Ciau Toa pek, aku tidak mengerti maksudmu, bukankah Thian Pian Siauwcu, Ke Hong telah merebut dan mengawini putrimu dengan paksa bahkan membinasakan pula putrimu di bawah serangan telapaknya, dan terakhir ia menghantam kau sebagai mertuanya keras-keras. Kenapa sekarang kau malah membelai dirinya?â€
Air muka Ciau Thian Kie berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat. “Liem Tou, kau tak perlu ikut campur dalam persoalanku, aku senang berbuat apa pun itu adalah urusanku pribadi†katanya dengan nada gemetar “Asalkan kau setuju untuk melepaskan selembar jiwanya, aku Ciau Thian Kie walaupun harus mati juga rela!â€
Sepasang telapak Liem Tou berkelebat lewat, dengan menggunakan tenaga delapan bagian ia mendorong sampan itu untuk meluncur lebih cepat lagi kedepan.
Seketika itu juga bagaikan anak panah yang terlepas dari busur sampan itu bergerak menuju lautan bebas.
“Ciau Toa Pek" kembali Liem Tou berteriak keras, “tidak kusangka kau dapat bersikap demikian lapang dada. Walaupun aku Liem Tou bisa mengabulkan permintaanmu untuk tidak bunuh mati Ke Hong tapi Wan moayku punya dendam sakit hati atas terbunuh ayahnya, mungkinkah ia suka mengampuni dirinyaâ€.
Ciau Thian Kie tak bisa berbicara lain, dengan sedih ia jatuhkan diri duduk diatas geladak perahu.
Waktu itu sang surya telah muncul di langit sebelah timur. Siperempuan tunggal Tong Hong duduk seorang diri diujung perahu, sedangkan Liem Tou yang teringat akan peristiwa pertemuannya dengan Lok Sucouw diatas puncak Leng Ay digunung Go bie san tempo dulu.
Sembari mendayung perahu ujarnya lirih: “Hong susiok! Sucouw menutup diri selama tiga tahun digunung Go bie guna melatih suatu kepandaian Sim hoat tingkat teratas dari perguruan kita. Si siucay buntung, pengemis pemabok serta Thiat Sie poa suhukupun telah mengangkat beliau sebagai guru sehingga bilamana dihitung kau tetap merupakan susiokku. Sucouw ada perintah agar enci Ie serta adik Wan angkat susiok sebagai guru, disini sutit mengucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu buat susiok"
Mendengar ucapan itu siperempuan tunggal Touw Heng berdiri penuh keseriusan. Mendadak ia jatuhkan diri berlutut menghadap ke arah barat, sedang dalam hati diam-diam berdoa. “Teecu akan menjalankan perintah suhu!â€
Tapi bersamaan itu pula sepasang matanya yang melirik Liem Tou tiba tiba mengucurkan titik titik air mata.
Si perempuan tunggal Touw Hong ternyata menangis.
Ombak segulung demi segulung menghantam perahu sampan tersebut. tapi dibawah tekanan tenaga sinkang Liem Tou perahu bisa dibikin tak bergeming sedikitpun juga dan bergerak dengan menerjang ombak.
Saat ini sang surya telah menyinari seluruh jagat, perlahan lahan Ciau Thian Kie bangun berdiri sembari membopong mayat puterinya yang telah lama meninggal.
Sembari berdiri diujung perahu, airmata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya, “Puteriku! kau beristirahatlah dengan tenang di tengah lautan yang luas ini. Ayahmu bisa baik-baik memelihara jago Leng Cu! Kau pun jangan menyalahkan Ke Hong karena ia sangat mencintai dirimu. Putriku selamat berpisah!â€
Lambat lambat ia melepaskan jenasah puterinya yang cantik molek itu ke atas permukaan laut.
Upacara yang barusan berlangsung sangat sederhana dan penuh keseriusan.
Liem Too serta si perempuan tunggal Touw Hong yang melihat kejadian ini merasakan jantungnya ikut berdebar keras, tanpa mereka sadari di dasar hati kecil merekapun ikut berseru. “Beristirahatlah disini dengan tenang. Kau memiliki suami dan ayah yang begitu mencintai dirimu, sekalipun mati matamu pun meram.....!â€