Kutip:
Ingin Awetkan Pepes hingga Setahun
PENELITIAN yang dikembangkan Zubaidah Irawati ini sangat bermanfaat. Yakni, mengawetkan makanan dengan nuklir. Misalnya, sup buntut goreng, rawon, rendang daging, risoles yang selama ini paling banter bertahan tiga hari dalam suhu kamar, dengan teknologi nuklir bisa bertahan hingga setahun.
---
"Penelitian pengawetan makanan ini saya lakukan sejak 10 tahun lalu," katanya ditemui di kantornya, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Jumat pekan lalu.
Setiap hari ZubaiÂdah memang selalu menggeÂluti proses pengawetan bahan makanan tersebut. "Saat ini saya menunggu tamu dari Surabaya. Dia minta bantuan saya mengawetkan bandeng olahÂan," ujar wanita 59 tahun itu.
Zubaidah mengaku bahwa riset itu berÂmula dari keprihatinan akan baÂnyaknya makanan olahan yang tak bertahan lama. Padahal, Indonesia memiliki berjibun resep tradisional yang menghasilkan masakan lezat.
"Rasanya eman banget kalau ternyata tak bisa bertahan lama," ungkap wanita yang pernah tercatat sebagai peneliti utama proyek iradiasi doÂsis sedang dan dosis tinggi pada pangan olahan dan siap saji International Atomic Energy Agency (IAEA) Austria itu.
Zubaidah menjelaskan, semua peÂngÂawetan makanan olahan itu dihasilkan dari teknologi radiasi sinar gamma yang dilakukan di laboratorium Batan. Makanan apa pun bisa awet asalkan meÂlalui proses radiasi yang benar. Di antaranya memÂperÂhaÂtikan faktor keÂbersihan hingÂga proses pengemasan. "Salah sedikit saja, bakteri masih saja tumbuh," jelas waÂnita yang telah mengÂabdi di BaÂtan selama 30 tahun itu.
Lulusan Teknologi Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu kemudian menceritakan proses pengÂawetan makanan yang tengah dikembangkannya. Dia mengaku bahÂwa rawon, sup buntut goreng, sup ayam, soto, dan lumpia bisa diawetkan dengan memanfaatkan sinar gamma kurang dari 10 KGy. Proses pengawetan berbasis radiasi itu tak mudah.
Sebelumnya makanan itu harus dikemas di kantung aluminium foil. "Beda-beda, kalau sup harus divakum dalam alat sekitar 70 persen, kaÂlau snacks bisa 80 persen," jelasnya. Selanjutnya dibekukan pada suhu minus 18 derajat Celsius. "BaÂyangkan saja, pendinginannya butuh dua hari. Pada kondisi beku itu pula makanan olahan tadi diradiasi deÂngan sinar gamma pada suhu tertenÂtu," tambahnya.
Menurut ibu dua anak itu, metode terÂsebut bisa mematikan bakteri yang bersifat patogen pada makanan. Di antaranya Salmonella spp, E. coli, dan Staphylococcus. "Saya perÂnah menguji kandungan gizi makanan itu sama sekali tak berubah. Pengawetan model ini juga bebas dari zat kimia. Saya membuktikan rasanya tak berubah," tambahnya.
Sementara itu, pengawetan makanan olahan untuk jenis rendang, kare ayam, pepes ikan mas, membutuhkan dosis radiasi yang lebih tinggi: 45 KGy. "Namun, metode pengawetan yang dilakukan masih sama," jelasnya.
Dia menerangkan, dalam beberapa tahun ke depan, teknologi pengawetÂan makanan dengan radiasi itu akan sangat berkembang. Zubaidah juga yakin bahwa teknologi pengawetan bisa dimanfaatkan industri rumahan. NaÂmun, proses peradiasiannya memang harus dilakukan Batan. Sebab, pengoperasian bahan nuklir tadi bisa dilakukan lembaga tersebut.
Menurut hitungan Zubaidah, maÂkaÂnÂan yang diradiasi memang lebih maÂhal dibanding proses pengawetan kimiawi biasa. Dia menghitung rendang daging dengan proses pengÂawetÂÂan kimiawi di supermarket seharga Rp 15 ribu. "Kalau metode ini dipakai bisa Rp 20 ribu. Tapi, harga itu murah," jelasnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa pengusaha yang mau memanfaatkan tekÂnologi itu akan mendapatkan keÂuntungan ekonomi luar biasa. "Coba hitung rendang daging sapi dibikin saat harga daging murah, lalu awet setahun. Padahal, saat dijual, daging sudah mahal, tentu keuntungan berlipat," jelasnya.
Namun, hingga kini masyarakat memang masih jengah dengan kondisi itu. "Kalau sudah ngomong diradiasi, orang pada takut. Padahal, kandungan gizinya juga tak berubah," ungkapnya.
Saat ini, kata wanita asli Semarang itu, Depkes juga merancang peraturan pemerintah yang membolehkan masyarakat mengonsumsi makanan dengan radiasi dosis tinggi. "Tak lama lagi orang bisa membelinya," jelasnya.
Pekerjaan Zubaidah meneliti pengawetan makanan itu juga membuatÂnya tambah pekerjaan. "Saya baÂnyak didatangi pengusaha makanan. Dia tanya bagaimana mengawetkan deÂngan proses iradiasi? Dia juga tanya ini itu," jelasnya. Saat ini dia juga membantu PT Rel-Ion, perusahaan pengawetan makanan di CibiÂtung, Bekasi, untuk menyosialisasikan teknologi iradiasi pangan ke industri. (git/kum)
setelah berbagai macam racun di makanan (misal formalin dan pewarna baju), sekarang munculah ide racun terbaru. penelitian yang sangat dibanggakan ini akan menjadi penghancur badan kita yang terbaru. horeee idup indonesia!
ga usah jadi dokter untuk ngerti, cukup akal sehat. pengawet secara umum ga baik untuk kesehatan. kadar kecil masih bisa diproses liver (hati) tapi tetap ada efek negatifnya. makin keras pengawet (makanan tahan lama) makin berbahaya.
radiasi nuklir sangat bahaya untuk kesehatan. gamma ray (radiasi gamma) merupakan radiasi paling bahaya. bukan cuma bahaya, tapi paling berbahaya. biasa muncul sewaktu ledakan bom nuklir.
Zubaidah dengan bangga meneliti bagaimana memasukkan radiasi dari gamma ray ke makanan. apa ga salah? buuuu ituu racunnn berbahaayyyaaaaa!