Anggap aja tamat, toh emang apalagi yang mau diceritakan.... hanya muter muter ga karuan

Kok ada pembaca sengek gak punya terima kasih kayak DRIAKUSUMA ini ya? Suda baca gratis, gak bayar apa2 ke penulis, masih sentimen gitu. Emang sdh punya karya lo ya? Ato cuma sekedar tong kosong berbunyi nyaring? Sok tahu dan seperti bayaran orang lain ....

Mari duduk tenang, baca dengan nikmat sambil ngopi, klo kritik membangunlah, jangan yg tong kosong kayak lo, mana baca gratis pula .......

Kalo gak suka, gk usah baca, lagian sejak awal ada review soal kisah ini dari Haryati di LN, soal alur lamban seperti SH mintardja memang sengaja dipilih ..... eccchhh, datang2 lo malah sentimen2, tahu2, juga cuma bisa baca doang. Sentimen beda dgn kritik bro, yg penting, TAHU DIRI

Maju terus Bung Marshall, jangan perhatiin yg iri dan dengki gak bisa nulis, dan mau jatuhin orang .....

Jangan suka ngomentarin komentar orang lain,komentar sendiri masing masing aja sama pengarang..... jangan ikut campr komentar orang lain ......dan juga jangan sok ngajarin ikan berenang

Sekali lagi disarankan untuk ditamatkan aja gampang dilanjut babak baru... biar lebih segar

mas marshal.....mana nih lanjutannya

wajar si driasukmana komennya gitu, soale dia kan hanya seekor ikan , ngapain juga ngarepin komen bagus dari dia. ikan

Mangkanya jangan ikut campur komen orang lain, uruslah dirimu sendiri

Setelah baca s3cara maraton, saatnya menunggu kelanjutannya...

Buruan tamatkan saja daripada pada mereka ngemisngemis memalukan aja kaya ga ada cerita lain saja

Dalam sebuah komentar hendaknya kita berusaha memilih kata-kata yang baik dan santun, jangan merendahkan, kasar, apalagi sampai menghina orang lain. Selain itu hendaknya kita berusaha bertanya seandainya kata-kata yang kita tulis itu orang lain yang mengarahkannya kepada kita bagaimana perasaan kita, apakah kita tersinggung atau tidak suka? Hendaknya seseorang itu menerapkan apa yang baik bagi dirinya itu juga bagi orang lain. Sebagai contoh seseorang menyetel musik dengan keras di kamar kosnya, maka tidak bisa dia berkata ini perangkat musik saya, urusan dan hak saya membunyikannya dengan keras. Lho bagaimana, tetangga sebelah kamar terganggu kok, dia tak bisa tidur. Maka sekali lagi kalau mau saran maka pilihlah kata-kata yang baik dan santun. Apalagi Bung Marshal yg kita hormati ini telah beberapa tahun menyisihkan waktunya untuk mengarang cersil ini. Sepantasnya kita menghargai dan berterima kasih kepada beliau.

kapan lanjutannya bung.....dah lma nih...nunggu...???????????????????????????????

Suhu Marshal kemana, ya?
aduh sudah 5 bulan ke menunggu...

Ada aqua?

driasukmana menulis:
Anggap aja tamat, toh emang apalagi yang mau diceritakan.... hanya muter muter ga karuan

Cerita yang sangat menarik suhu Marshall, di tunggu kelanjutannya. Ceritanya dan pengarangnya jempol banget dah. Semoga suhu di beri kesehatan utk melanjutkan terus karya suhu ini. Terimakasih utk karya suhu ini

driasukmana menulis:
Mangkanya jangan ikut campur komen orang lain, uruslah dirimu sendiri

ngantuk sung ngenteni post anyar.e

Raul menulis:

driasukmana menulis:
Mangkanya jangan ikut campur komen orang lain, uruslah dirimu sendiri

Saya tunggu cerita yg menarik dari anda bung driasukmana....

suhu lanjutannya ko belum muncul ...kapan ya bisa tayang ...hahaha kayak siaran hihihih
kami siap menunggu

driasukmana menulis:
Buruan tamatkan saja daripada pada mereka ngemisngemis memalukan aja kaya ga ada cerita lain saja

Sunggguh sangat disayangkan, kok malah jadi tarung sendiri para pembacanya.
Alangkah indahnya kita mendoakan agar SHU MARSHAL "segera" melanjutkan dan sekaligus menamatkan TLNS. Bukan malah saling perang opini. Monggo dulurku kabeh, mari kita nikmati sajian yang ada penuh dengan ucapan syukur & kesabaran yang tinggi, karena semuanya "gratis".
Sekali lagi dengan rasa hormat dan mohon beribu2 maaf, kita sudahi saja perang opini ini. Lebih baik kita doakan saja SUHU MARSHAL, senantiasa diberi kekuatan dan kesehatan untuk menuntaskan TLNS dengan cepatnya. Oke. Salam satu jiwa Arema. Thanks. GBU.