Gugat Trah Kusuma

HomeForumKomentar BacaanGugat Trah Kusuma

Komentar untuk Gugat Trah Kusuma


#1 avatar
h3ry 14 Februari 2015 jam 11:06am  

sangat menarik mas sisi lain dari api di bukit menoreh ,menunggu lanjutanya untuk bisa memberi masukan yang mungkin negatip atau positip ,terus berkarya mas :)

#2 avatar
Antosaja 14 Februari 2015 jam 7:25pm  

Sangat menarik mengikuti cerita mengenai kehidupan Kiai Gringsing muda. Lanjuttt . . . .

#3
ysn26 15 Februari 2015 jam 6:27am  

ini bukan karya saya. tp karya kadang dari Grup ADBM di Facebook. beliau menulis di fp https://m.facebook.com/profile.php?id=1542106106054477&refid=52&__tn__=C

#4 avatar
katnou 16 Februari 2015 jam 1:05pm  

Sangat menarik dan bagus mohon lanjutanya terus kyai ...

#5 avatar
mochharis1304 18 Februari 2015 jam 6:06am  

Saya berharap sekali Karya ini tidak berhenti ditengah jalan seperti Karya karya lain nya
, update terus mas

#6 avatar
Kuryanto 18 Februari 2015 jam 8:24am  

Selamat buat mas Haris atau pengarang lainnya .. sy termasuk penggemar berat SH Mintardja dimana dulu setiap terbit karangannya buku itu sampai berpindah-pindah tangan krn jadi rebutan tmn2 seumuranku .. shg dg membaca ini mengingatkan kembali dg alur cerita yg runtut maupun istilah2 yg digunakan seperti pakiwan, pringgitan, wewaler, tataran ilmu dan msh banyak lainnya.....sekali lagi sukses dan ditunggu kelanjutannya

#7
suluh 18 Februari 2015 jam 11:23pm  

Ditunggu lanjutnya, suhu... Muantap je.. ^__^

#8
ysn26 20 Februari 2015 jam 10:55am  

bagi yg ingin membaca lbh cepat,bs mengikuti di FP Padepokan Sendal Pancing Jatianom di Facebook. sekaligus bs memberi masukan kpd pengarangnya.

#9 avatar
marshall 20 Februari 2015 jam 1:40pm  

YSN26 ....

Saya penggemar berat Kisah Silat Indonesia tulisan SH MINTARJA ....
Saya membaca kisah NAGASASTRA dan SABUK INTEN dan tamat membaca semua jilih API DI BUKIT MENOREH dan bahkan memilihi sekitar 200 jilidnya. Naga Sastra juga saya punya ......

Terus terang, ketika menulis Kisah Para Pendekar dan Tarian Liar Naga Sakti, saya terinspirasi oleh tokoh utama Api di Bukit Menoreh, khusus untuk kekuatan TATAPAN MATANYA ....... dan gaya menulis LAMBAN namun MENGHANYUTKAN memang saya adopsi dari MINTARJA. Tapi, kekuatan utama gaya tulis Mintarja masih belum muncul di Gugat Trah Kusuma. Gaya yang lamban, tidak banyak percakapan, dan sangat kental terminologi dan budaya JAWA ...........

Tapi, menulis kisah diantara 2 buku MINTARJA memang bagus ...... semoga bisa mendekati guru MINTARJA ....

Makasih

Marshall

#10
ysn26 20 Februari 2015 jam 6:43pm  

marshall menulis:
YSN26 ....

Saya penggemar berat Kisah Silat Indonesia tulisan SH MINTARJA ....
Saya membaca kisah NAGASASTRA dan SABUK INTEN dan tamat membaca semua jilih API DI BUKIT MENOREH dan bahkan memilihi sekitar 200 jilidnya. Naga Sastra juga saya punya ......

Terus terang, ketika menulis Kisah Para Pendekar dan Tarian Liar Naga Sakti, saya terinspirasi oleh tokoh utama Api di Bukit Menoreh, khusus untuk kekuatan TATAPAN MATANYA ....... dan gaya menulis LAMBAN namun MENGHANYUTKAN memang saya adopsi dari MINTARJA. Tapi, kekuatan utama gaya tulis Mintarja masih belum muncul di Gugat Trah Kusuma. Gaya yang lamban, tidak banyak percakapan, dan sangat kental terminologi dan budaya JAWA ...........

Tapi, menulis kisah diantara 2 buku MINTARJA memang bagus ...... semoga bisa mendekati guru MINTARJA ....

Makasih

Marshall

makasih suhu. sudah saya sampaikan kpd pengarangnya

#11 avatar
prasetyo_rh 21 Februari 2015 jam 3:52am  

Jika Arya Saloka sudah menguasai ilmu puncak Sasra Birawa,
jika diterapkan maka ilmu sasra birawa tersebut selain
dapat menjadi senjata pamungkas yang sangat-sangat luar biasa
juga dapat memberikan perlindungan kepada pemilik ilmu tsb.
Ini terjadi saat Mahesa Jenar melawan Pasingsingan guru Lawa Ijo
setelah Mehesa Jenar 'digembleng' oleh Kebo Kanigoro untuk
menguasai intisari sasra birawa dalam sebuah gua.

Selain itu, kalau melihat masa lalu Arya Salaka, semasa masih
muda belia saja sudah dapat mengalahkan Lawa Ijo yang demikian
sakti. Kenapa melawan cucu murid Simo rodra tua saja kok nyaris
seri, padahal Simo Rodra tua tewas ditangan guru Arya Salaka
(Mahesa Jenar) sehingga para pinisepuh (Sora Dipayana, Titis Anganten,
Pandanalasn, dll) sama2 mengaagguk hormat karena mereka sendiri
hanya seri jika melawan Simo Rodra.

Untuk itu, mohon jangan mengecilkan arti seorang Arya Salaka,
karena Arya Salaka adalah tokoh sentral dalam cerita Nagasosro
Sabukinten disamping Mahesa Jenar. Jika tidak bisa memberikan bobot
yg proporsional pada para tokoh dalam karya SH Mintarja , mohon
cerita ini Di STOP saja. Anda bikin karangan yg lain saja yg tdk ada
kaitan dengan karya SH Mintarja, karena karangan anda
sebenarnya cukup baik.

Maaf jika komentar saya tidak berkenan. Saya cuma ingin menjaga
mnain set yg tertanam dalam diri kita terhadap para tokoh karya
SH Mintarja utamanya ADBM dan Nagasosro Sabukinten beserta
perjuangan tokoh2 tersebut semenjak mereka kecil yg penuh
dengan suka duka dan sarat dengan teladan serta kahidupan
sehari-hari yg sangat menawan. Untuk itu alangkah sayangnya
jika sampai mainset yg sdh tertanam tsb berubah.

Demikian. Terima kasih.

#12
ysn26 21 Februari 2015 jam 6:21am  

prasetyo_rh menulis:
Jika Arya Saloka sudah menguasai ilmu puncak Sasra Birawa,
jika diterapkan maka ilmu sasra birawa tersebut selain
dapat menjadi senjata pamungkas yang sangat-sangat luar biasa
juga dapat memberikan perlindungan kepada pemilik ilmu tsb.
Ini terjadi saat Mahesa Jenar melawan Pasingsingan guru Lawa Ijo
setelah Mehesa Jenar 'digembleng' oleh Kebo Kanigoro untuk
menguasai intisari sasra birawa dalam sebuah gua.

Selain itu, kalau melihat masa lalu Arya Salaka, semasa masih
muda belia saja sudah dapat mengalahkan Lawa Ijo yang demikian
sakti. Kenapa melawan cucu murid Simo rodra tua saja kok nyaris
seri, padahal Simo Rodra tua tewas ditangan guru Arya Salaka
(Mahesa Jenar) sehingga para pinisepuh (Sora Dipayana, Titis Anganten,
Pandanalasn, dll) sama2 mengaagguk hormat karena mereka sendiri
hanya seri jika melawan Simo Rodra.

Untuk itu, mohon jangan mengecilkan arti seorang Arya Salaka,
karena Arya Salaka adalah tokoh sentral dalam cerita Nagasosro
Sabukinten disamping Mahesa Jenar. Jika tidak bisa memberikan bobot
yg proporsional pada para tokoh dalam karya SH Mintarja , mohon
cerita ini Di STOP saja. Anda bikin karangan yg lain saja yg tdk ada
kaitan dengan karya SH Mintarja, karena karangan anda
sebenarnya cukup baik.

Maaf jika komentar saya tidak berkenan. Saya cuma ingin menjaga
mnain set yg tertanam dalam diri kita terhadap para tokoh karya
SH Mintarja utamanya ADBM dan Nagasosro Sabukinten beserta
perjuangan tokoh2 tersebut semenjak mereka kecil yg penuh
dengan suka duka dan sarat dengan teladan serta kahidupan
sehari-hari yg sangat menawan. Untuk itu alangkah sayangnya
jika sampai mainset yg sdh tertanam tsb berubah.

Demikian. Terima kasih.

Arya Salaka belum menggunakan Aji Sasra Birawa ki. dia baru menggunakan Aji Rog Rog Asem. tapi andai Arya Salaka bs dikalahkan jg sesuatu yg wajar. tidak selalu murid lbh lemah dr gurunya. seperti Mahesa Jenar dan Kebo Kanigara yg telah melampaui ilmu guru2 mereka. apalagi Arya Salaka jg belum dicritakan setataran dg Mahesa Jenar. Lawa ijo dpt dibunuh Arya Salaka jg karna Lawa ijo tidak mempunyai ilmu pamungkas seperti Sasra Birawa,Lebur Saketi atau Chunda Manik. Alas Kobar dan Gelap Ngampar ilmu yg berdampak pd wilayah menengah,bkn ilmu pamungkas terpusat

#13
ysn26 21 Februari 2015 jam 6:26am  

di Api Di Bukit Menoreh pun beberapa tokoh yg lebih sakti dari gurunya. dan ada ketidak selarasan tingkat ilmu tokoh2nya antara jilid2 awal dan jilid menengah hingga akhir

#14 avatar
prasetyo_rh 21 Februari 2015 jam 1:13pm  

Saya setuju bahwa murid bisa lebih hebat dari gurununya dan arya slaka bisa kalah dari yg lain. Tetapi hal ini akan merusak alur cerita dan image yg dibangun dalam nagasasra sabukinten, karena arya salaka adalah tokoh pilihan yg sudah berhasil menguasai ilmu yg tinggi di usianya yg sangat muda, yg dalam usianya yg masih sangat belia tsb sudah mampu menghadapi lawa ijo dan jaka soka yg meruapakan tokoh2 sentral dan berilmu tinnggi dari golongan hitam, bahkan dapat membunuh sepasang uling dari rawa pening di rumah mereka sendiri yaitu dalam danau rawa pening serta dapat membunuh simo rodra muda yg kesemuanya itu tokoh2 sakti dari golongan hitam. Kalau tiba-tiba dalam cerita yg bukan karya SH Mintarja, menghadapi murid keponakan simo rodra muda saja arya salaka cuma seri, alangkah NAIF-nya. Padahal nagasasra sabukinten adalah karya yg sangat legendaris dari sang maestro, SH Mintarja, yg tidak pernah terusik sejak sekitar 35 tahun yg lalu.

Kalau mau diperbandingkan, dalam cerita tersebut, betapa tingginya ilmu raden pamungkas, tetapi ternyata hanya segitu saja ilmu arya salaka. Padahal semestinya, penghayatan ilmu arya salaka dan pengendapan nafsunya minimal sama dengan raden pamungkas, atau bahkan lebih tinggi sedikit, karena usianya yg sudah lebih tua dan lebih matang. Apalagi dalam cerita di bab 2a telah disampailan bahwa arya salaka sudah mengusai puncak ilmu sasra birawa.

Denngan demikian, saya melihatnya tetap tidak proporsional. Mungkin lebih baik stop saja, agar tidak merusak image yg sudah dibangun dalam cerita nagasasra sabukinten. Saya melihat potensi pengarang ini baik melihat hasil karyanya. Tentunya tetap harus diperbaiki dan dikembangkan dari hari ke hari.

Terima kasih dan salam.

#15 avatar
jagad 22 Februari 2015 jam 7:48am  

lanjutkan aja bung....

#16
akkusatria123 3 Maret 2015 jam 8:53am  

maju terus,zaman boleh berubah tapi perbuatan manusia sama yaitu meramaikan dunia

#17 avatar
vendi74 3 Maret 2015 jam 1:42pm  

kisah yang menarik, lanjutkan :)

#18 avatar
dani 3 Maret 2015 jam 8:30pm  

Kita apresiasi dulu kepada penulis, masalah ada yang suka dan ada yang tidak suka, itu biarlah waktu yang akan membuktikan.
Kalau ada yang merasa kurang cocok alangkah lebih baik apabila menulis cerita menurut versi masing-masing. Peace!!!

#19 avatar
aisya 4 Maret 2015 jam 8:05am  

salam kuala lumpur
saya bersetuju dengan rakan-rakan indozone.net yang diatas, tidak semua orang suka dengan tulisan kita, dan tidak semua orang tidak suka dengan tulisan kita. berkarya dalam bentuk penulisan ibarat karya memasak. apabila kita masak 1 jenis resepi pasti ada yang mengemmari dan ada yang tidak gemari. so apa nak dikata, manusiakan subjektif bukannya objektif. jester itu sahabat sekalian, terima seadaanya penulisan selagi mana tulisan-tulisan itu tidak melanggar batas-batas normal masyarakat setempat mahu pun antara banggsa. contoh di Malaysia asam pedas adalah makan yang digemari orang-orang Melaka, tetapi orang-orang Kelantan tidak begitu suka kerana asam pedas masakan yang pedas dan masam sedangkan orang Kelantan suka dengan masakan manis-manis. sekian dulu promosi cuti-cuti di Malaysia.
wasalam moga allah memberkati Malaysia dan Indonesia dunia dan akhirat termasuklah rakyat dan pemerentahnya.
amin!!

#20
ysn26 4 Maret 2015 jam 4:32pm  

terima kasih atas dukungannya.