"hu..hu..hu.... ayah... ibu.... huuu..."
tangisan melengking seorang anak perempuan terdengar dari tempat pemakaman sebuah dusun nan-kiang-jung. sebuah dusun yang berada di selatan sungai kuning diluar kota lokyang.

"sudahlah Lan moi.. ayah dan ibu sudah tenang dialam sana... kita harus merelakannya.. lebih baik kita pulang sekarang..." ujar seorang anak laki-laki sembari mengusap air mata di pipi adik perempuannya dengan rasa kasih dan haru.

anak laki-laki dan perempuan itu adalah anak seorang hartawan she Kwe di dusunnya. yang laki-laki sebagi kakaknya bernama Kwe Sin Liong. sedangkan adiknya bernama Kwe Cin Lan. mereka tengah berada di pemakaman ayah-ibunya yang telah meninggal pagi tadi. mereka tak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh ayah-ibunya. mereka hanya tahu ayah-ibunya meninggal setelah mendengar teriakan seorang pelayan pagi tadi. seharian mereka masih tetap berada di areal pemakaman itu, tanpa makan dan minum. sudah berkali-kali Sin Liong menasehati adiknya untuk merelakan kepergian ayah-ibunya. namun adiknya tetap saja menangis tiada henti. sungguh ia bersedih dan kasihan kepada adiknya ini.

"ta..tapi koko... tanpa ayah dan ibu, ki...kita bagaimana... hu..hu..huu..." tanya Cin Lan dalam tangisnya.
diingatkan kondisi mereka yang telah yatim piatu ini, Sin Liong jadi kebingungan juga. tak terpikirkan olehnya keadaan mereka nantinya. akhirnya karena jengkel tak mampu meredakan tangis adiknya sedari pagi, Sin Liong berkata setengah membentak.
"Lan Moi... tenanglah... kita harus merelakan ayah dan ibu pergi...apa kamu mau ayah dan ibu bersedih melihat kepergiannya ditangisi oleh kita hingga kita menjadi sakit..."
ternyata perkataannya amat manjur untuk meredakan tangis adiknya ini. terbukti adiknya perlahan berhenti menangis meskipun masih terisak-isak.

"sudahlah Lan Moi... mari kita pulang, besok kita bisa kemakam ayah-ibu lagi..." ajak Sin Liong yang merasa menyesal juga telah membentak adik satu-satunya ini.
dengan dibantu oleh kakaknya, Cin Lan berjalan keluar area pemakaman. namun belum lagi keluar areal pemakaman, mereka di kejutkan oleh teriakan orang-orang didusunnya. "kebakaran... kebakaran..."
terlihat asap kemerah-merahan mengepul dari arah dusun mereka. teriakan penduduk dusun itu membuat mereka menjadi panik. bergegas mereka berlari kearah tempat kebakaran itu.
semakin dekat, semakin ramai juga teriakan para penduduk dusun. mereka semakin panik tatkala tempat kebakaran itu berasal dari rumah peninggalan orang tua mereka.

dan alangkah terkejutnya hati mereka tatkala mendapati rumah peninggalan orang tua mereka tengah terbakar oleh api.
"bluukk" dari belakang Sin Liong terdengar benda jatuh. ia pun menoleh dan mendapati adiknya telah rebah di atas tanah. bergegas ia menghampiri adiknya dan menggoyang-goyangkan tubuhnya untuk menyadarkan adiknya. setelah di panggil-panggil beberapa saat akhirnya Cin Lan siuman. begitu siuman ia langsung menangis dalam pelukan kakaknya.

"koko... se.. sekarang ba.. bagaimana..." kata Cin Lan dengan terisak.

bersambung...

sebelum melanjutkan cahye mohon tanggapan para suhu dahulu...
karena tulisan ini tulisan iseng saat bosen nulis sang rajawali...
terima kasih...