Home → Bacaan → Ksatria Negeri Salju
Seorang bocah lelaki berusia sepuluh tahun membongkar lemari tua milik kakeknya. Dari dandanan yang dipakainya tampak ia adalah seorang anak sekolahan.
“Di sini tidak ada buku itu kek!â€
“Cari aja disitu! Pasti ketemu,†ujar kakeknya yang sudah berusia enam puluhan tapi masih terlihat gagah, dan dari tampilannya semua orangpun tahu ia seorang sastrawan. Dan di Kanglam ini siapa yang tidak mengenal Ouwyang Sim, guru besar para sastrawan.
“Eh ini gambar siapakah kong-kong?â€
Kakek itu melirik kain yang dipegang si bocah. Sebuah gambar wajah lelaki tampan berbaju putih kembali hadir di depannya. Lelaki yang paling dihormatinya, setelah ayahnya sendiri Ouwyang Bun.
“A Siu ini adalah lukisan sahabat sekaligus guru kong-kong, namanya......ksatria salju.â€
“Eh ini ada puisinya!â€
Kemudian bocah itu, yang bernama Ouwyang Siu membaca puisi dengan penuh penghayatan.
Lelaki berbaju putih berjalan di atas rumput
Berapa ilalang lagi harus kau susuri hei ksatria
Berapa badai lagi mesti kau lalui
Dan kau terus berjalan, menyusuri padang bunga, lembah delapan rembulan, puncak-puncak salju abadi
Apakah yang kau cari?
Ksatria Pengelana
Siapa pesilat yang tak mengenalmu?
Berbekal pedang sedingin salju
Puluhan pesilat menghadangmu
Tak satupun pernah menyentuh tubuhmu
Pengembara hanya bernyanyi
Syair merdu tentang burung-burung yang terbang di langit biru
Anak-anakpun mengiringimu dengan lagu ceria itu
Tapi siapa tak tahu mendung terus menggantung di hatimu
Ksatria salju berjalan di atas awan
Ketika senja yang paling ungu mekar di puncak Gongga
Bukankah engkau tahu wahai sang guru
Jarak terjauh yang pernah ada di semesta ini
Adalah masa lalu?
Seribu tahunpun tak kan pernah kau bertemu
Air mata sang kakekpun meleleh tanpa usaha untuk mencegahnya.
Puisi itu mengingatkannya pada kisah sepenggal perjalanan hidup ksatria salju muda, Tiong Gi. Bersama dengan Chien Ce, Souw Mei dan Liu Siang, mereka sama-sama berjuang mengungkapkan jati dirinya. Mereka memiliki sejarah masa kecil yang berbeda, namun kemudian dibesarkan pada dunia yang serupa, dunia yang mendidiknya menjadi ksatria sejati. Seringkali mereka dihadapkan pada situasi yang menuntut mereka berbuat di luar kemampuan sewajarnya. Maka ketika bocah itu memintanya agar ia bercerita, kakek itupun dengan penuh semangat menuturkan kisah ini.
| Pengarang | sujoko |
|---|---|
| Tamat | Ya |
| HitCount | 30.045 |
| Nilai total | ![]() |
Baca semua komentar (13)
Tulis Komentar
| #9 |
sujoko
25 Januari 2008 jam 12:48pm
 
Ogon heng, Kamsya hamida |
|
| #10 |
boemijaya
26 Januari 2008 jam 10:12am
 
Bravo untuk sujoko heng, Ceritanya mantaappp, tetapi kenapa cepat sekali Tamat? Ada kesan, kisah ini buru-buru tamat, karena relasi antar karakter utamanya setelah bertemu (Tiong Gi, Chien Ce & Liu Siang) tidak dideskripsikan, seakan-akan mereka tokoh yang terpisah-pisah. Pada bagian ini sebenarnya bisa dielaborasi lebih dalam. Cerita konflik antara Liong Ping, Vicitra vs istri Liong Ping juga tidak tergambarkan dengan baik, sehingga mengapa bisa saja mereka tiba-tiba berseteru bahkan bertarung mati-matian (?) padahal selama sekian tahun, bahkan sekian puluh tahun barangkali mereka bisa berdampingan. Tamatnya bagian pertama menimbulkan persepsi bahwa Liong Ping, Vicitra dan Hiat Kiam Lomo sebagai tokoh antagonis utama, atau setidaknya pendamping, namun deskripsi karakternya minim sekali. Semoga tetap semangattt.... TQ |
|
| #11 |
s_hadi
28 Maret 2010 jam 9:19pm
 
|
|
| #12 |
|
Bagus49
21 Oktober 2014 jam 10:17pm
 
maaf pak/mas sujoko boleh minta contact personnya? saya meminta ijin untuk mengangkat cerita ksatria negeri novel untuk dijadikan bahan skripsi saya jika berkenan? |
| #13 |
|
reddevilito
16 Juni 2016 jam 1:50pm
 
seru ...di tunggu lanjutannya suhu... |