Ksatria Negeri Salju

HomeBacaanKsatria Negeri Salju

sujoko
2 November 2007 jam 10:02am

Seorang bocah lelaki berusia sepuluh tahun membongkar lemari tua milik kakeknya. Dari dandanan yang dipakainya tampak ia adalah seorang anak sekolahan.

“Di sini tidak ada buku itu kek!”

“Cari aja disitu! Pasti ketemu,” ujar kakeknya yang sudah berusia enam puluhan tapi masih terlihat gagah, dan dari tampilannya semua orangpun tahu ia seorang sastrawan. Dan di Kanglam ini siapa yang tidak mengenal Ouwyang Sim, guru besar para sastrawan.

“Eh ini gambar siapakah kong-kong?”

Kakek itu melirik kain yang dipegang si bocah. Sebuah gambar wajah lelaki tampan berbaju putih kembali hadir di depannya. Lelaki yang paling dihormatinya, setelah ayahnya sendiri Ouwyang Bun.

“A Siu ini adalah lukisan sahabat sekaligus guru kong-kong, namanya......ksatria salju.”

“Eh ini ada puisinya!”

Kemudian bocah itu, yang bernama Ouwyang Siu membaca puisi dengan penuh penghayatan.

Lelaki berbaju putih berjalan di atas rumput
Berapa ilalang lagi harus kau susuri hei ksatria
Berapa badai lagi mesti kau lalui
Dan kau terus berjalan, menyusuri padang bunga, lembah delapan rembulan, puncak-puncak salju abadi
Apakah yang kau cari?

Ksatria Pengelana
Siapa pesilat yang tak mengenalmu?
Berbekal pedang sedingin salju
Puluhan pesilat menghadangmu
Tak satupun pernah menyentuh tubuhmu

Pengembara hanya bernyanyi
Syair merdu tentang burung-burung yang terbang di langit biru
Anak-anakpun mengiringimu dengan lagu ceria itu
Tapi siapa tak tahu mendung terus menggantung di hatimu

Ksatria salju berjalan di atas awan
Ketika senja yang paling ungu mekar di puncak Gongga
Bukankah engkau tahu wahai sang guru
Jarak terjauh yang pernah ada di semesta ini
Adalah masa lalu?
Seribu tahunpun tak kan pernah kau bertemu

Air mata sang kakekpun meleleh tanpa usaha untuk mencegahnya.

Puisi itu mengingatkannya pada kisah sepenggal perjalanan hidup ksatria salju muda, Tiong Gi. Bersama dengan Chien Ce, Souw Mei dan Liu Siang, mereka sama-sama berjuang mengungkapkan jati dirinya. Mereka memiliki sejarah masa kecil yang berbeda, namun kemudian dibesarkan pada dunia yang serupa, dunia yang mendidiknya menjadi ksatria sejati. Seringkali mereka dihadapkan pada situasi yang menuntut mereka berbuat di luar kemampuan sewajarnya. Maka ketika bocah itu memintanya agar ia bercerita, kakek itupun dengan penuh semangat menuturkan kisah ini.

Pengarang sujoko
Tamat Ya
HitCount 30.045
Nilai total

Bab

1 Bab 1. Yu Liang Pay
sujoko 2 November 2007 jam 10:11am
2 Bab 2. Huru-hara di Yu Liang Pay
sujoko 2 November 2007 jam 1:29pm
3 Bab 3. Chien Ce si putra salju
sujoko 2 November 2007 jam 2:01pm
4 Bab 4. Lukisan misterius
sujoko 23 November 2007 jam 2:23pm
5 Bab 5. Tiong Gi mendapatkan lukisan kedua
sujoko 23 November 2007 jam 2:26pm
6 Bab 6: Kelompok pengemis sabuk hitam
sujoko 23 November 2007 jam 2:29pm
7 Bab 7. Pertentangan antara pengemis sabuk hitam dan biksu Siauw-lim cabang selatan
sujoko 28 November 2007 jam 10:20am
8 Bab 8. Lembah delapan rembulan
sujoko 3 Desember 2007 jam 9:24am
9 Bab 9. Riwayat penghuni lembah delapan rembulan
sujoko 5 Desember 2007 jam 8:52am
10 Bab 10. Peristiwa di lembah
sujoko 18 Desember 2007 jam 7:49am
11 Bab 11. Terbongkarnya lembah delapan rembulan
sujoko 27 Desember 2007 jam 8:15am
12 Bab 12. Penyelamatan Liu Siang
sujoko 27 Desember 2007 jam 8:17am
13 Bab 13. Sun Ciak Kun, si guci obat
sujoko 27 Desember 2007 jam 8:26am
14 Bab 14. Menyelesaikan kemelut kaypang sabuk hitam
sujoko 27 Desember 2007 jam 8:33am
15 Bab 15. Kang Lam Siaucay Ouwyang Bun
sujoko 2 Januari 2008 jam 8:19am
16 Bab 16. Membebaskan nona baju merah
sujoko 4 Januari 2008 jam 4:55pm
17 Bab 17. Terkuaknya rahasia bukit pedang
sujoko 8 Januari 2008 jam 6:49am
18 Bab 18. Membawa saksi ke Siauw Lim
sujoko 24 Januari 2008 jam 1:20pm
19 Bab 19. Keributan di kedai Kao-ya
sujoko 24 Januari 2008 jam 1:21pm
20 Bab 20. Pertarungan di depan gua
sujoko 24 Januari 2008 jam 1:23pm
21 Bab 21. Perebutan pedang salju
sujoko 24 Januari 2008 jam 1:25pm
22 Bab 22. Hancurnya bukit pedang (TAMAT)
sujoko 24 Januari 2008 jam 1:33pm

13 komentar

Baca semua komentar (13) Tulis Komentar

#9
sujoko 25 Januari 2008 jam 12:48pm  

Ogon heng,
Terima kasih supportnya, pengennya sih memang cepet nulis lagi, tapi dari pengalaman sebelumnya, ternyata cayhe butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan satu chapter. Sehingga pembaca akan terlalu lama nunggu update-annya. Untuk bagian pertama yang sudah tamat saja belum ada proses editing, sehingga masih dengan cara bertutur instant. Untuk bagian yang kedua, rencananya akan cayhe tulis dulu sampai setidaknya 50%, baru diupload, semoga hasilnya nanti lebih baik.

Kamsya hamida

#10
boemijaya 26 Januari 2008 jam 10:12am  

Bravo untuk sujoko heng,

Ceritanya mantaappp, tetapi kenapa cepat sekali Tamat? Ada kesan, kisah ini buru-buru tamat, karena relasi antar karakter utamanya setelah bertemu (Tiong Gi, Chien Ce & Liu Siang) tidak dideskripsikan, seakan-akan mereka tokoh yang terpisah-pisah. Pada bagian ini sebenarnya bisa dielaborasi lebih dalam.

Cerita konflik antara Liong Ping, Vicitra vs istri Liong Ping juga tidak tergambarkan dengan baik, sehingga mengapa bisa saja mereka tiba-tiba berseteru bahkan bertarung mati-matian (?) padahal selama sekian tahun, bahkan sekian puluh tahun barangkali mereka bisa berdampingan.

Tamatnya bagian pertama menimbulkan persepsi bahwa Liong Ping, Vicitra dan Hiat Kiam Lomo sebagai tokoh antagonis utama, atau setidaknya pendamping, namun deskripsi karakternya minim sekali.

Semoga tetap semangattt....

TQ

#11
s_hadi 28 Maret 2010 jam 9:19pm  

:z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z :z

#12
Bagus49 21 Oktober 2014 jam 10:17pm  

maaf pak/mas sujoko boleh minta contact personnya? saya meminta ijin untuk mengangkat cerita ksatria negeri novel untuk dijadikan bahan skripsi saya jika berkenan?

#13
reddevilito 16 Juni 2016 jam 1:50pm  

seru ...di tunggu lanjutannya suhu...