Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Tirai Kasih Web Site
=== Present ====

Seri Pendekar Mabuk
Karya : Suryadi

Pembuat E-book :
DJVU & E-book (pdf): Abu Keisel
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Edit: Paulustjing

======================

Suto segera bertanya, “Bibi, apakah aku tadi habis tertidur?” tanyanya kepada Bidadari Jalang. Perempuan itu hanya mengangguk dengan senyum ceria. “Ya, kau lelah dan tidur cukup lama.” Gila Tuak

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Cerita ini merupakan penulisan ulang dari cerita yang sama yang pernah muncul di Indozone ini, namun dalam penulisan ulang ini ada banyak hal yang dirubah atau ditambahi. meskipun demikian cersil ini sangat jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sekali lagi yang membangun bukan menyudutkan secara personal

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati

Adipati Karang Setra menatap satu persatu para pengepungnya. Hatinya terkesiap ketika matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tinggi tegap berkulit kuning. Adipati tahu siapa laki-laki itu.
“Dinda, lari........!” teriak Adipati yang teringat akan keselamatan anak istrinya. “Jangan hiraukan aku! Cepatlah lari. Selamatkan anak kita!”
“Rangga........!” jerit Tunjung Melur saat melihat puteranya terguling mendekati