. . .
Jalanan sepi dan basah, kawan.
Lampu-lampu jalanan kiranya masih menyala kala itu, sehingga paras pucat perempuan itu sempat tertangkap meski tidak terlalu jelas lantaran cahaya lampu terhalang ranting akasia.
Ia mengutuk peristiwa demi peristiwa yang dialaminya.
Pandangannya terus menyorot ke kanan sampai lehernya pegal.
Ia memejamkan matanya,
Achdiat Karta Mihardja lahir di Cibatu, Garut, 6 Maret 1911. Tahun 1932 tamat dari Algemene Middelbare School "bagian Al di Solo. Ia juga mempelajari mistik (tarikat) aliran Kadariyah Naksabandiah dari Kiyai Abdullah Mubarak yang terkenal juga dengan nama Ajengan Gedebag. Kecuali itu belajar filsafat pada pater Dr. Jacobs S.J., dosen
Cayhe mohon maaf. Sekarang baru bisa melanjutkan Kelana Buana untuk melengkapi, insya Allah sampai tamat dalam khazanah Buku Indozone.net.
Password Cayhe yang lama tidak bisa mengakses File Cayhe sebelumnya, sehingga terpaksa membuka dengan nama baru.
Mohon Maaf
ANDU
Pernah termoeat dalam: Star Weekly No. 47, terbitan 24 November 1946, hal. 17-20
Collectie: Hiang-phek Tauwtoo
Ditik oelang oleh: See-an Toodjin
. . .
Aku sempat mengenyam pendidikan pesantren selama tiga tahun. Perjalanan yang jauh dari cukup untuk menggali ilmu agama, tapi mungkin sudah cukup untuk memulai mengenal ilmu agama.
Kepergian ayah dan ibu tak lepas dari perseteruan dingin dengan Pak De, yang sudah berkobar sejak aku masuk pesantren.
Bagaimana
. . .
Sinopsis
Nathan tertarik. Ia tidak menduga ada gadis selain Alviorita yang pandai memanjat pohon. Nathan menengadahkan kepalanya ke atas pohon dan terkejut.
Seorang gadis berambut hitam duduk di sebatang pohon. Gadis itu memandang ke bawah.
Melihat mata hijau itu memandang terkejut dirinya, Nathan tidak meragukan lagi apa yang dilihatnya.
Gadis
Salam jumpa kembali sicu, cianpwe para pecinta cersil yang budiman, kembali saya persembahkan kelanjutan serial Kim-khong-taihap dengan judul Kwi-sian-pat, selamat membaca semoga bermamfaat disamping sebagai hiburan
terimakasih
JIT GOAT SENG SIM KI
(Panji Hati Suci Matahari Bulan)
Suatu kejadian telah menggemparkan bu lim (Rimba persilatan), yakni musnahnya CIOK LAU SAN CUNG (Perkampungan Loteng Batu). Seluruh penghuni perkampungan itu terbunuh, termasuk majikan perkampungan yang tidak lain adalah pasangan pendekar Pek Mang Ciu dan isterinya.
Namun tidak tampak mayat Pek Giok Liong,
Pengantar:
Ini hanyalah sebuah kisah fiksi. Namun untuk lebih menekankan suasana, penulis melatar belakanginya
dengan setting sejarah dan kepercayaan tradisi masyarakat Ciamis yang pernah
berlangsung puluhan tahun silam. Mohon maaf kepada
keturunan para pejabat tempo dulu
yang para karuhunnya (leluhur) secara kebetulan ikut
diceritakan sebagai tokoh-tokoh
figuran dalam kisah ini. Pemberian maaf juga penulis pintakan kepada "bangsa