sorry i know this thread is kinda closed.. but it's fun once in a while to re-read it.. it was so much fun eh??
i must say, this one (below, in quote) is my favourite entry by faaaaar...
wanna have fun agaiiin.. 
Azalae menulis:
Sinar mentari menuntun dan memberi kehangatan. Angin mengelus lembut nan nyaman.
Di gunung Go Bi terdengar lantunan seruling merdu Bluenectar dan paduan heboh Cathy, Sephia, dan RDAK. Mereka adalah grup F4 yang baru terbentuk. Beberapa hari seblomnya mereka menyetujui nama F4 yang ga punya arti khusus bukan juga singkatan. Hanya karena saran dan nasehat peramal tua di desa yang baru dilewati.
Peramal tersebut berkata, "Langit tidak memberi tahu jelas hari dan tahun tapi yakinlah di masa depan nama F4 akal terkenal."
Terdengar suara Cathy sang putri, 'Naik naik ke puncak Go Bi ...'
Dilanjutkan oleh Sephia, '... tinggi tinggi sekali'
RDAK, 'Naik naik ke puncak Gooo Biiii ...'
Bertiga, '... tinggi tinggi sekaliii ...'
Dari Azalae hanya terdengar nafas tidak teratur. Terjalnya jalan dan tebing tidak memungkinkan pemakaian kuda. Terpaksa semua berjalan kaki dan membawa bekal masing-masing.
Terlihat mata Sastrawan Tangan Cepat masih merah bekas menangis. Membawa seluruh makanan sangatlah berat sehingga sebagian besar harus ditinggal bersama dengan kuda di penginapan terakhir.
'Kiri kanan kulihat saja ...' Sayup-sayup di antara penat, duka dan dahaga pendekar bulat mendengar ketiga vokalis bernyanyi. '... banyak pohon bambu'.
Kalau saja melihat banyak makanan pikirnya sedih berjalan paling belakang tertinggal beberapa meter.
'Kiri kanan ...'
Dengan lemas ia berharap sambil menunduk lemas melihat ke bawah semoga jamur Pa It sedap dan lezat dimakan tapi sesuatu mengatakan kesempatan ini sangat tipis.
' ... kulihat saja banyak beruang besar ...'
Suasana hening sunyi. Ketiga penyanyi diam seketika. Beberapa detik kemudian Bluenectar menghentikan permainan serulingnya.
Masih dalam lamunan Azalae tidak menyadari ia berjalan melewati yang keempat pendekar lain yang terpana melihat sesuatu di depan mereka.
Tiba-tiba menabrak sesuatu. Sesuatu yang empuk dan hangat. Perlahan-lahan ia mulai mengangkat kepala untuk melihat apa yang ditabraknya di depan.
Sesuatu yang berbulu. Sesuatu dengan gigi besar. Sesuatu yang di beberapa tempat mungkin dianggap lucu dan dipelok-pelok. Tapi di sekitar daerah ini tidak ada yang berani mengelus ato patting sesuatu tersebut. Malah biasanya penduduk setempat lari sambil berteriak-teriak ketakutan. Beda daerah beda kebiasaan.
Azalae sebenarnya tidak tinggal di daerah setempat dan tidak tau adat setempat tapi ia tau nama sesuatu tersebut. Beruang.
Ia tidak ingat buku mana ato siapa yang memberi tahu. Hanya ingat hidup sehat dan umur panjang tidak kompak dengan tindakan diam santai di depan binatang bergigi tajam dan kuku panjang.
F4 mulai memasang kuda-kuda bersiap mengeluarkan jurus paling maut.
'Stoppp.' Sephia ingat sesuatu. 'Kita tidak boleh melukai binatang. Nanti badan perlindungan binatang akan protes dan cerita ini tidak bisa diterbitkan.'
Dari kanan muncul seekor beruang lagi. Dan dari kiri. Tak lupa satu lagi dari belakang.
Pendekar kebenaran selalu maju tanpa takut ke segala medan melawan apapun yang menghalangi. Hujan badai, topan salju, api membara, maupun langit yang runtuh tidak dapat menghalangi. Lain soal dengan tiga beruang besar.
Dengan lantang dan suara menggema, sastarawan bulat mengeluarkan suara pertama kali hari itu. 'Kyaaaa.....'
Debu jalanan membumbung, kerikir terlontar, daun kering terburai ke udara, kabut menutupi pandangan. Reflex pendekar tingkat tinggi memang mengagumkan. Satu detik mereka bertatap muka dengan empat beruang, detik berikutnya sudah di atas pohon.
'Azzy, kamu lapar kan?' Tanya Cathy. 'Kaki beruang enak loh rasanya.'
'Mungkin bagi beruang kaki manusia juga enak.' RDAK menambah.
Daya tahan pendekar tingkat tinggi tidak kalah menakjubkan. Sekali mereka memulai, dapat bertahan lama. Beberapa jam kemudian keliama jagoan kita masih di atas pohon.
Di bawah, empat beruang menanti dengan sabar.
Segala sesuatu tidak harus diselesaikan dengan kekerasan. Dialog dapat menyelesaikan segala permasalahan.
'Sahabat', Suling Biru bertatap mata dengan Hek Peh Siu Cai, 'coba kau turun berdiskusi dengan empat binatang jinak di bawah.'
'Loh kok aku?'
'Kamu sebagai sastrawan mestinya jago merangkai kata dan cocok sebagai penengah.'
Sephia yang mendengar percakapakan ini ikut menyumbang pengamatan. 'Apalagi dari postur tubuh ada kemiripan. Mungkin mereka akan mengira kamu sejenis.'
Pendekar putih selalu siap berkorban demi sahabat dan kebenaran. Tanpa mengabaikan rintangan dan resiko pada diri sendiri.
'Enakkk ajaaaaa.' Azalae protes. 'Itu taring dan kuku bukan buat garuk-garuk.' Sambil ia melihat pawpaw beruang terbesar yang berbulu coklat tua.
Melihat ada orang yang butuh bantuan, pendekar jalur lurus akan langsung bertindak tanpa memikirkan imbalan atau untung rugi.
Bluenectar mendorong Azalae dari pohon. Keempat beruang melihat gumpalan daging bulat jatuh dari pohon diiringi teriakan.
Pendekar kebenaran selalu saling mendukung satu sama lain dan siap memberi dukungan apapun.
'Ayyyooo Azzzyyy kamu pasti bisaaa.' Kata Bluenectar.
'Hajarrr hajarrr.' Cathy juga memberi semangat.
'Loh Azzy jangan cuma lari dong.' Sephia memberi saran. 'Awas beruang di belakang.'
'Jangan diam saja pantat digigit.' RDAK tidak mau kalah. 'Balas gigit pantat beruang yang itu!'
Banyak orang ingin masuk dunia persilatan untuk membuat nama dan mencari tempat dalam legenda yang diceritanya para rakyat. Beberapa kisah terlalu aneh dan sulit dibuktikan, tidak dipercaya pendengar dan hilang begitu saja.
Petualangan jagoan tangan buntung bersahabat condor raksasa masih masuk akal dan dapat dipercaya. Tapi sapa yang bakal percaya cerita pendekar menang lomba gigit pantat melawan empat beruang.