Post-30424

Post 1 dari 7 dalam Puncak Rajawali Bab 1 (tolong minta kritik & saran ya, thanks)

HomeForumBooksPuncak Rajawali Bab 1 (tolong minta kritik & saran ya, thanks)Post-30424

#1 avatar
eds 23 Juli 2006 jam 8:00pm  

BAB 1

Malam itu kota kecil Lok-an baru saja usai diguyur hujan yang sangat lebat. Hujan lebat yang telah mengirimkan para penduduk, yang tadinya masih berkeliaran, kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini setelah hujan lebat itu berakhir, suasana kota Lok-an benar-benar sunyi senyap. Agaknya hampir semua orang telah tertidur lelap. Tidak semuanya karena di salah satu sudut kota, kesunyian malam itu terusik oleh derap langkah kaki kuda yang cukup ramai.

Ada belasan penunggang kuda yang sedang berderap memenuhi ruas jalan. Rombongan itu akhirnya berhenti di depan pintu gerbang sebuah rumah besar yang terletak di ujung jalan. Pemimpin rombongan, seorang pria jangkung yang mengenakan pakaian serba hitam langsung berseru dengan suara nyaring, “Cia Hong Bu, keluarlah!”

Suara teriakan tersebut dilandasi dengan pengerahan khikang tingkat tinggi, sehingga terdengar begitu nyaring, sehingga para tetangga yang tinggal di sekitar situ dapat mendengarnya dengan jelas. Mereka yang mendengarnya menjadi berdebar-debar. Di kota kecil itu siapakah yang tidak mengenal nama Cia Hong Bu?

Cia Hong Bu adalah seorang pendekar yang memiliki nama besar. Namanya sudah tersohor, tidak hanya di kawasan sekitar kota itu, akan tetapi di seantero dunia kang-ouw (dunia persilatan). Boleh dibilang ia merupakan salah satu tetua kaum pendekar yang menonjol. Ketenaran namanya itulah yang membuat kota Lok-an menjadi salah satu kota teraman di kawasan sekitar situ. Keberadaan Cia Hong Bu menyebabkan jarang ada penjahat yang berani main gila di kota Lok-an dan sekitarnya.

Bukan berarti Cia Hong Bu tak pernah mendapat tantangan dari orang-orang golongan sesat. Entah sudah berapa banyak tokoh-tokoh golongan sesat yang datang untuk menantangnya. Akan tetapi sejauh ini tak ada satu pun di antara mereka yang berhasil mengalahkannya. Pendekar besar itu masih terlalu perkasa bagi lawan-lawannya, dan agaknya malam ini ia akan mendapatkan lawan-lawan baru.

“Masuklah! Gerbang itu tak terkunci!” Terdengar jawaban yang tak kalah nyaringnya dari dalam rumah.

Pemimpin rombongan memberi tanda pada dua orang pengikutnya. Mereka berdua segera meloncat turun dari kuda mereka untuk membuka pintu gerbang yang ternyata memang tak terkunci. Rombongan berkuda itu lalu melaju masuk melalui pintu gerbang yang telah terbuka, dan mereka kini berhenti di halaman rumah keluarga Cia.

Di situ sudah berdiri seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun dengan perawakan tegap dan gagah, yang langsung memberi hormat pada rombongan yang berhenti di depannya. “Selamat datang di rumah saya ini. Boleh saya tahu siapa dan apa keperluan saudara semua datang ke sini?”

Sang pemimpin rombongan meloncat turun dari kudanya. Pada saat itu sedang bulan purnama, sehingga kondisi halaman rumah keluarga Cia bisa dibilang cukup terang. Pria berpakaian serba hitam itu lalu bertanya, “Apakah kau ini Cia Hong Bu?”

“Benar, sayalah Cia Hong Bu, dan saudara ini siapa?”

Pemimpin rombongan itu tersenyum sinis dan menjawab, “Orang she Cia, perkenalkan, aku adalah Iblis Jubah Hitam.”

Sekalipun memiliki nama yang tersohor, sesungguhnya Cia Hong Bu sudah lama meninggalkan keramaian dunia kang-ouw dan memilih hidup dengan tenang di kota Lok-an ini. Oleh karena itulah ia tak begitu mengenal nama Iblis Jubah Hitam. Padahal nama Iblis Jubah Hitam juga cukup terkenal, bukan hanya karena tingkat kepandaiannya yang tinggi, akan tetapi juga karena kekejamannya. Ia adalah ketua dari Partai Jubah Hitam yang sepak terjangnya cukup ditakuti di dunia kang-ouw.

“Maafkan saya,” sahut Cia Hong Bu. “Tapi saya tidak mengenal anda, dan setahu saya, kita tak pernah memiliki masalah. Jadi apa tujuan anda datang ke mari?”

Jawaban Cia Hong Bu membuat Iblis Jubah Hitam meradang. Selama ini ia sudah terbiasa ditakuti oleh orang-orang yang bertemu dengannya, akan tetapi kali ini ia kecele. Jangankan merasa takut, pria di depannya ini nampaknya bahkan belum pernah mendengar namanya. Ini benar-benar suatu penghinaan!

“Huh, Cia Hong Bu, kita memang belum pernah bertemu sebelumnya. Walaupun demikian, aku sarankan kau untuk mengingat namaku baik-baik, karena aku mungkin akan menjadi orang terakhir yang kautemui dalam hidupmu!”

Jawaban tamunya membuat Cia Hong Bu tersentak. Sedari tadi ia sebenarnya sudah menduga bahwa tamunya ini tidak datang dengan niat baik. Sekalipun demikian, ia masih berusaha untuk bersikap sopan. Bahkan saat ini pun ia masih tersenyum tipis dan berkata, “Iblis Jubah Hitam, coba katakan mengapa kau ingin membunuhku?”

“Orang she Cia, apakah kau sudah lupa bahwa kau baru saja membunuh lima orang di tepi hutan di
luar kota ini? Mereka adalah anggota Partai Jubah Hitam, dan kini aku datang untuk menuntut balas atas kematian mereka!”

“Oh, jadi mereka adalah anak buahmu?” Cia Hong Bu langsung teringat pada peristiwa yang terjadi sekitar dua minggu yang lalu di luar tembok kota. “Mereka hendak merampok sebuah rombongan pedagang, dan aku berhasil mencegah mereka. Sayang aku tak berhasil mencegah pengeroyokan atas mereka yang dilakukan oleh rombongan pedagang yang kesal atas tindakan mereka.”

“Orang she Cia, aku yakin anak buahku akan sanggup membunuh semua pengeroyoknya kalau saja mereka tak keburu terluka olehmu!” bentak Iblis Jubah Hitam. “Oleh karena itu sekarang bersiaplah untuk menyusul anak buahku ke akhirat!”

“Hm, silahkan jika kau ingin maju bertarung! Akan tetapi aku lihat kau tidak datang sendirian,” kata Cia Hong Bu. “Apakah mereka semua ini anak buahmu, termasuk wanita yang ada di ujung barisan?”

“Hi-hi-hi, Cia Hong Bu, matamu benar-benar tajam!” Mendadak terdengar suara seorang wanita dari ujung barisan yang disusul dengan berkelebatnya sesosok bayangan, dan tahu-tahu di depan Cia Hong Bu sudah berdiri seorang wanita berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Wajahnya sangat cantik, dan pakaiannya yang ketat menampakkan lekuk liku tubuhnya yang ramping sekaligus padat. Benar-benar wanita yang menggiurkan!

“Iblis Cantik, sudah lama kita tidak bertemu,” ujar Cia Hong Bu begitu ia mengenali wanita itu.

Sama seperti Iblis Jubah Hitam, Iblis Cantik juga termasuk salah satu tokoh golongan sesat yang berkepandaian tinggi. Selain ilmu silatnya yang tinggi, Iblis Cantik juga terkenal dengan kecantikannya. Bahkan sedemikian cantiknya, sehingga ia akhirnya menyandang julukan Iblis Cantik. Selain itu Iblis Cantik juga terkenal sebagai seorang petualang cinta, yang gemar berkencan dengan setiap pria tampan yang dijumpainya.

Keikutsertaan Iblis Cantik ke kota Lok-an ini bukannya tanpa sebab. Dulu ia pernah merasa jatuh hati pada Cia Hong Bu, akan tetapi cintanya jelas langsung ditolak oleh Cia Hong Bu, yang sebagai seorang pendekar, memegang teguh norma-norma kesopanan. Sekalipun penolakan itu dilakukan dengan cara yang halus, tetap saja hal itu membuat Iblis Cantik merasa tersinggung.

Selama ini ia tak pernah gagal menundukkan lelaki mana pun dengan rayuannya. Dengan parasnya yang cantik jelita, dan didukung oleh tubuhnya yang padat menggairahkan, Iblis Cantik memang selalu berhasil membuat lawan jenisnya bertekuk lutut terhadapnya. Akan tetapi ternyata ia tak berhasil menundukkan Cia Hong Bu. Pendekar itu tak bergeming oleh rayuannya. Ketika Iblis Cantik mencoba menaklukkannya dengan ilmu silat, ia kembali menelan kekecewaan. Ia dapat dikalahkan dengan mudah oleh Cia Hong Bu.

Lengkap sudah kekesalan hati Iblis Cantik. Kekesalan yang berkembang menjadi dendam yang terpaksa disimpannya selama bertahun-tahun, berhubung ia menyadari kepandaiannya masih belum cukup untuk menandingi Cia Hong Bu. Oleh karena itulah begitu Iblis Jubah Hitam mengajaknya untuk bersama-sama menghabisi Cia Hong Bu, ia langsung menerima ajakan tersebut.

“Hong Bu, engkau terlihat makin gagah saja,” kata Iblis Cantik dengan nada genit. “Apakah pelayanan istrimu di ranjang bisa memuaskanmu?”

Pertanyaan yang seronok tersebut membuat wajah Cia Hong Bu memerah. “Iblis Cantik, itu sama sekali bukan urusanmu! Lagipula kedatanganmu ini bukan untuk bernostalgia, bukan?”

Iblis Cantik tertawa mengikik. “Tepat sekali Hong Bu! Kedatanganku kali ini adalah untuk menghabisimu!”

“Tak semudah itu,” sahut Cia Hong Bu. “Dan siapa lagi yang bergabung dalam barisan sakit hati ini?”

“Cia Hong Bu, malam ini kau memang akan mati!” Terdengar suara dari tengah gerombolan. Seorang lelaki bertubuh tinggi besar nampak melangkah maju. Pakaian dari kulit harimau yang dikenakannya membuatnya terlihat bagaikan seekor harimau besar yang sedang berdiri di atas kedua kakinya.

“Ah, Harimau Barat, rupanya kau juga turut datang!” seru Cia Hong Bu. “Apakah kau masih mendendam atas kekalahanmu dulu?”

Harimau Barat adalah seorang tokoh golongan sesat yang mempunyai nama besar di daerah barat. Bertahun-tahun yang lalu, ketika sedang berkelana di daerah barat, Cia Hong Bu pernah bertarung melawannya, dan ia berhasil menang dengan telak. Kekalahan tersebut membuat Harimau Barat merasa dipermalukan karena terjadi di daerahnya sendiri, dan sejak itu ia pun menaruh dendam pada Cia Hong Bu. Oleh karena itulah ia juga langsung menyetujui ketika Iblis Jubah Hitam mengajaknya untuk bergabung.

“Hong Bu, malam ini kaulah yang akan kalah!” geram Harimau Barat.

“Bagus! Sudah ada Iblis Jubah Hitam, Iblis Cantik, dan Harimau Barat! Masih ada yang lain selain anggota Partai Jubah Hitam di sini?” tanya Cia Hong Bu sambil mengedarkan pandangannya ke rombongan Iblis Jubah Hitam.

“Ya, Cia Hong Bu! Masih ada aku!” Seorang pria bertubuh kurus dan menenteng sebatang tombak nampak melangkah maju. Cia Hong Bu memandangnya, berusaha mengenalinya, tapi tak berhasil. Agaknya ia memang belum pernah bertemu dengan orang ini.

“Siapa kau?” tanya Cia Hong Bu.

“Namaku Gouw Keng Hui, kakak dari Tombak Maut Gouw Han yang kau bunuh setahun yang lalu. Selama ini aku sengaja menyepi untuk memperdalam ilmu silatku, dan kini tibalah saatnya untuk menuntut balas! Apakah kau masih ingat pada adikku itu?”

Cia Hong Bu tentu saja belum melupakan duelnya dengan Tombak Maut yang berakhir dengan kemenangannya. “Apakah kau tahu bahwa aku sama sekali tidak membunuh adikmu?” tanya Cia Hong Bu. “Dia tewas bunuh diri setelah pertarungan kami!”

“Tentu saja dia bunuh diri! Kau telah meremukkan kedua pergelangan tangannya! Ia takkan mampu lagi memainkan tombaknya!”

“Saudara Gouw, adikmu adalah seorang jai-hoa-cat (penjahat pemetik bunga atau pemerkosa). Aku hanya ingin memastikan agar ia tak bisa lagi menggunakan kepandaiannya untuk melakukan kejahatan.”

“Aku tak peduli!” tukas Gouw Keng Hui. “Yang jelas kau telah membuatnya kehilangan harga diri dan semangat hidup hingga ia akhirnya memutuskan untuk bunuh diri! Secara tak langsung kau telah membunuhnya! Dan kini aku akan menuntut balas atas kematiannya!”

Cia Hong Bu menghela napas panjang. “Baiklah, karena kalian semua sudah ada di sini, tak perlu lagi kita banyak bicara! Ayo kita mulai sekarang!”

“Orang she Cia, pergilah kau ke neraka!” Iblis Jubah Hitam langsung menerjang Cia Hong Bu dengan pukulan yang mengarah ke ubun-ubun kepala Cia Hong Bu. Dari jauh saja pendekar itu sudah dapat merasakan hawa pukulan yang dahsyat yang menyertai serangan tersebut. Benar-benar serangan yang mematikan!

Dukk!!

Cia Hong Bu terdorong dua langkah ke belakang, sedangkan Iblis Jubah Hitam nampak terhuyung-huyung. Cia Hong Bu sengaja menangkis pukulan Iblis Jubah Hitam untuk mengukur sampai di mana kehebatan tenaga dalam lawan, berhubung sebelum ini ia belum pernah bertarung dengan Ketua Partai Jubah Hitam itu.

Iblis Jubah Hitam sendiri menggeram marah. Dari adu tenaga, jelas terlihat bahwa lawannya memiliki tingkat sinkang yang sangat tinggi, mungkin bahkan lebih tinggi dari dirinya. Sebelum ini Iblis Jubah Hitam memang sudah mendengar tentang kehebatan Cia Hong Bu, hanya karena belum pernah membuktikannya sendiri, tentu ia tak mau percaya begitu saja. Tapi kini ia sudah membuktikan sendiri bahwa nama besar pendekar itu memang bukan nama kosong belaka.

“Bagus, ternyata kau cukup berisi juga!” desis Iblis Jubah Hitam. “Mari kita lihat apakah kau sanggup menghadapi Pukulan Racun Hitam-ku!” Sepasang tangan Iblis Jubah Hitam perlahan-lahan mulai berubah warna menjadi kehitaman, dimulai dari ujung-ujung jari yang kemudian terus menjalar ke arah siku. Itulah tanda-tanda pengerahan Ilmu Pukulan Racun Hitam yang menjadi ilmu andalannya. Pukulan yang sangat beracun, karena konon di kolong langit ini jarang ada tabib yang sanggup mengobati korban pukulan tersebut.

Iblis Jubah Hitam kembali menerjang Cia Hong Bu. Kali ini Cia Hong Bu memilih menghindar, karena ia tak ingin mengambil resiko berbenturan dengan tangan lawannya yang mengandung racun. Melihat ini Iblis Jubah Hitam menjadi girang karena mengira ia akan berhasil mendesak Cia Hong Bu. Ia pun menghujani Cia Hong Bu dengan serangan-serangan berikutnya, akan tetapi setelah lewat hampir sepuluh jurus, perasaan girangnya berangsur-angsur menghilang. Ternyata tak ada satu pun dari serangannya yang berhasil menyentuh lawannya itu, padahal ia telah mengerahkan segenap ginkangnya.

Melihat ini Harimau Barat menjadi tak sabar lagi. Diiringi dengan geraman nyaring, ia langsung menyerbu ke arena pertarungan. Kedua tangannya membentuk sepasang cakar yang langsung menerkam kepala Cia Hong Bu. Inilah Ilmu Cakar Harimau Sakti yang merupakan ilmu andalan tokoh dari daerah Barat itu.

Dess!!

Terdengar suara benturan yang keras ketika sepasang cakar Harimau Barat beradu dengan telapak tangan Cia Hong Bu. Harimau Barat terdorong mundur ke belakang, sementara Cia Hong Bu tetap berdiri dengan kokoh di tempatnya semula. Jelas dalam hal tenaga dalam, Harimau Barat masih harus mengakui keunggulan Cia Hong Bu.

“Iblis Cantik! Gouw Keng Hui! Apa lagi yang kalian tunggu?” hardik Iblis Jubah Hitam ketika melihat keduanya hanya berdiri menonton.

Sret! Sret!

Iblis Cantik langsung terjun ke arena dengan mengerahkan ilmu andalannya, yakni Ilmu Menyulam Jalan Darah. Ilmu silat ini mengandalkan jarum-jarum kecil, dimana masing-masing jarum itu telah diikat dengan sehelai benang yang tipis namun sangat kuat. Konon benang-benang yang digunakan Iblis Cantik ini begitu kuatnya sehingga tak putus ditebas oleh golok atau pedang! Benang-benang inilah yang digunakan Iblis Cantik untuk mengendalikan jarum-jarumnya. Pertama-tama, Iblis Cantik akan menusukkan jarumnya ke pembuluh darah di tubuh lawannya, kemudian ia akan mengikat jalan darah tersebut dengan menggunakan benang yang terhubung ke jarum tersebut. Ikatan tersebut begitu kuatnya sehingga pembuluh darah itu akhirnya pecah. Bayangkan apa yang terjadi bila serangan itu ditujukan ke pembuluh-pembuluh darah yang mematikan, misalnya pembuluh darah jantung atau otak!

Cia Hong Bu bukannya tidak tahu bahaya yang dibawa oleh belasan jarum yang baru saja dilepaskan oleh Iblis Cantik. Ia lalu menggunakan ujung bajunya untuk mengebut runtuh jarum-jarum tersebut. Melihat serangan pertamanya dapat dipatahkan, Iblis Cantik menyentakkan benang-benang tipis di tangannya sehingga jarum-jarumnya itu meliuk dan kembali mengarah pada tubuh Cia Hong Bu dengan kecepatan tinggi. Begitulah seterusnya, setiap kali ditangkis, jarum-jarum itu dengan cepatnya telah kembali melesat menyerang Cia Hong Bu dari arah yang berbeda.

Kini tinggal Gouw Keng Hui yang masih belum terjun bertarung. Ia masih merasa ragu-ragu untuk ikut mengeroyok Cia Hong Bu. Bagaimanapun juga Gouw Keng Hui bukanlah seorang tokoh sesat seperti Iblis Jubah Hitam, Iblis Cantik, maupun Harimau Barat. Berbeda dengan adiknya yang suka memperkosa wanita, Gouw Keng Hui bahkan belum pernah melakukan kejahatan apa pun sepanjang hidupnya. Kalaupun ia sampai bergabung dengan Iblis Jubah Hitam, hal itu tak lain didorong oleh rasa cintanya yang begitu tinggi pada adiknya hingga ia merasa wajib menuntut balas atas kematian adiknya. Sayang sekali rasa cintanya itu juga telah membutakan mata hatinya hingga ia tidak mempedulikan kenyataan bahwa adiknya itu adalah seorang penjahat.

Akan tetapi melakukan pengeroyokan seperti yang sekarang dilakukan oleh Iblis Jubah Hitam dan kedua temannya, jelas bukan sesuatu yang disukainya. Ia tidak terbiasa melakukannya. Oleh karena itulah ia masih berdiri mematung dan hanya menonton pertarungan itu.

“Gouw Keng Hui!” seru Iblis Jubah Hitam untuk kedua kalinya. “Apa kau sudah lupa pada arwah adikmu yang masih penasaran atas kematiannya?” Iblis Jubah Hitam memang sengaja menggunakan nama adik Gouw Keng Hui untuk membangkitkan amarah pendekar itu, dan siasatnya ternyata berhasil.

Diiringi dengan seruan nyaring, Gouw Keng Hui langsung menyerang dengan tombaknya. Dalam sekejap tombak di tangannya menjelma menjadi belasan mata tombak yang menerjang berbarengan pada Cia Hong Bu dengan mengeluarkan suara dengingan yang nyaring. Benar-benar serangan yang berbahaya! Itulah salah satu jurus dari Ilmu Tombak Pengejar Arwah yang menjadi andalan Gouw Keng Hui.

Cia Hong Bu sudah pernah berhadapan dengan jurus ini sebelumnya, yakni waktu ia berhadapan dengan Tombak Maut Gouw Han. Akan tetapi di tangan Gouw Keng Hui, jurus ini terlihat jauh lebih berbahaya dibandingkan saat dimainkan oleh Tombak Maut dulu. Cia Hong Bu lalu mengandalkan ginkangnya yang tinggi untuk menghindari serangan Gouw Keng Hui itu.

“Huh, Cia Hong Bu, mari kita lihat apakah kau masih bisa mengandalkan ginkangmu itu untuk menghadapi kami berempat!” bentak Iblis Jubah Hitam. Dan sesaat kemudian Iblis Jubah Hitam dan ketiga rekannya telah kembali menyerang Cia Hong Bu dengan jurus andalan mereka masing-masing.

Sebenarnya kalau dihadapkan satu lawan satu, jelas Cia Hong Bu masih lebih unggul daripada masing-masing lawannya itu. Akan tetapi sekarang saat mereka maju bersamaan, mau tak mau Cia Hong Bu cukup kerepotan. Apalagi ia masih segan beradu langsung dengan tangan Iblis Jubah Hitam yang beracun, padahal di antara keempat lawannya itu, Iblis Jubah Hitamlah yang memiliki kepandaian tertinggi. Tentu saja hal itu membuat Cia Hong Bu berada dalam posisi yang terjepit.

Setelah lewat lima puluh jurus, Cia Hong Bu mulai terlihat kewalahan menghadapi serangan keempat lawannya. Iblis Jubah Hitam merasa kegirangan. Diiringi dengan bentakan nyaring, ia melayangkan sebuah pukulan hebat yang mengarah ke dada Cia Hong Bu. Serangan itu benar-benar hebat, sampai-sampai menimbulkan suara bercuitan nyaring! Melihat ini, Cia Hong Bu kembali hendak mengelak, akan tetapi kali ini ia tak lagi mempunyai ruang untuk mengelak, karena pada saat yang bersamaan serangan Harimau Barat, Iblis Cantik, dan Gouw Keng Hui telah menghadangnya.

Tak punya pilihan lain, Cia Hong Bu menjejakkan kakinya dan sesaat kemudian tubuhnya sudah melenting tinggi ke udara. Di udara, Cia Hong Bu mengembangkan kedua tangannya, dan sekujur tubuhnya perlahan-lahan mulai diliputi sinar berwarna putih yang menyilaukan mata.

“Ilmu Pukulan Inti Mentari!” desis Harimau Barat. Tanpa sadar di hatinya mulai terbersit rasa gentar. Suatu hal yang cukup wajar mengingat Ilmu Pukulan Inti Mentari telah dianggap oleh kalangan dunia kang-ouw sebagai salah satu ilmu silat terdahsyat di kolong langit. Selain memiliki daya hancur yang sangat tinggi, Pukulan Inti Mentari juga mengandung hawa panas yang konon sebanding dengan sengatan panas matahari di tengah gurun pasir. Bahkan pengerahan ilmu tersebut ditandai dengan sinar putih yang terpancar dari tubuh pemiliknya, bagaikan mentari yang bersinar cemerlang. Sama seperti yang terjadi pada Cia Hong Bu sekarang yang sedang melayang tinggi di udara.

Harimau Barat yang sebelum ini pernah bertarung dengan Cia Hong Bu, telah merasakan sendiri betapa hebatnya Ilmu Pukulan Inti Mentari. Untunglah waktu itu Cia Hong Bu masih mengampuni nyawanya hingga ia tak sampai terbunuh. Wajarlah jika saat ini Harimau Barat menjadi agak gentar melihat Cia Hong Bu telah mulai mengerahkan ilmu andalannya tersebut.

“Hiat!” Diiringi dengan teriakan nyaring, Cia Hong Bu meluncur turun sambil melancarkan empat pukulan jarak jauh sekaligus yang mengarah ke masing-masing lawannya. Harimau Barat dan juga Iblis Cantik yang telah mengetahui kehebatan Pukulan Inti Mentari, buru-buru menghindar. Melihat ini, Iblis Jubah Hitam dan Gouw Keng Hui juga memilih melakukan hal yang sama.

Blarr!!

Terdengar suara dentuman yang keras ketika pukulan jarak jauh yang dilepaskan oleh Cia Hong Bu menghantam bumi. Di tanah yang tadi dipijak oleh Iblis Jubah Hitam dan ketiga rekannya itu kini nampak empat buah lubang besar dengan kedalaman hampir mencapai paha orang dewasa. Keempat lawan Cia Hong Bu pun menjadi takjub sekaligus ngeri melihat dampak pukulan jarak jauh yang begitu hebat!

Dengan ringannya Cia Hong Bu mendarat di tengah-tengah para lawannya. Tubuhnya masih memancarkan sinar putih cemerlang. Bahkan dari tempat mereka berdiri, Iblis Jubah Hitam dan ketiga rekannya dapat merasakan hawa panas yang terpancar dari tubuh Cia Hong Bu. Mereka pun meningkatkan pengerahan sinkang mereka masing-masing ke puncak kemampuan mereka.

“Bagus, orang she Cia, mari kita lihat sampai di mana kehebatan ilmu Pukulan Inti Mentari-mu!” Iblis Jubah Hitam membentak nyaring sambil melepaskan Pukulan Racun Hitam yang dilandasi pengerahan sinkang sepenuhnya. Kali ini Cia Hong Bu tak menghindarinya. Ia langsung menyambut serangan tersebut.

Dess!!

Cia Hong Bu terdorong mundur beberapa langkah, sedangkan Iblis Jubah Hitam terpental cukup jauh. Untunglah ia masih sempat bersalto sehingga ia tidak sampai jatuh terbanting ke tanah. Sekalipun berhasil mendarat di atas kedua kakinya, tak urung dari sudut bibir Iblis Jubah Hitam nampak mengalir darah segar, menandakan bahwa ia telah sedikit terluka dalam oleh adu tenaga barusan.

Sing!!

Terdengar suara desingan nyaring ketika tombak Gouw Keng Hui melesat mengancam leher, dada, dan perut Cia Hong Bu pada saat yang bersamaan. Dengan sigap Cia Hong Bu berhasil menghindari serangan tersebut dan sesaat kemudian tangan kirinya telah berhasil menggenggam batang tombak Gouw Keng Hui.

“Auww!” Gouw Keng Hui menjerit kaget. Batang tombak yang digenggamnya mendadak terasa panas membara bagaikan baja yang baru saja keluar dari tungku penempaan. Hal itu tak lain disebabkan oleh penyaluran energi Inti Mentari yang dilakukan oleh Cia Hong Bu terhadap tombak tersebut. Saking panasnya, untuk sesaat Gouw Keng Hui nyaris melepaskan pegangannya. Untunglah Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat telah kembali menyerbu Cia Hong Bu sehingga perhatian pendekar itu menjadi terpecah. Kesempatan ini segera digunakan oleh Gouw Keng Hui untuk membetot lepas tombaknya dari genggaman Cia Hong Bu.

Dess! Dess!

Kembali Iblis Jubah Hitam terpental, demikian pula dengan Harimau Barat, sedang Cia Hong Bu kali ini agak terhuyung-huyung ke belakang, berhubung ia harus melawan dua kekuatan sekaligus. Lagi-lagi Gouw Keng Hui memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Cia Hong Bu. Akan tetapi sekali ini pendekar itu tidak menghiraukannya.

Begitu mengelak dari serangan tombak Gouw Keng Hui, Cia Hong Bu langsung melesat pada Iblis Jubah Hitam dan menyerangnya dengan Pukulan Inti Mentari. Dari keempat lawannya kali ini, ia menilai Iblis Jubah Hitam sebagai lawan yang terberat, oleh karena itulah ia menjadikan Ketua Partai Jubah Hitam sebagai target utamanya. Harapannya adalah apabila ia bisa merobohkan lawannya yang terkuat ini, ia bisa menyiutkan nyali lawan-lawannya yang lain.

Iblis Jubah Hitam yang menjadi target serangan segera merasakan hawa panas yang jauh melebihi panasnya api menyerbu dirinya. Serangan tersebut datang begitu cepatnya sehingga ia tak mungkin menghindar lagi. Sambil menggeram marah, Iblis Jubah Hitam mengerahkan segenap kekuatannya untuk menyambut pukulan dari Cia Hong Bu. Dalam hal ini ia hanya bergantung pada kekuatan sinkangnya, karena Racun Hitamnya terbukti tak mampu menembus Energi Inti Mentari dari lawannya itu.

Blarr!!

Kali ini Iblis Jubah Hitam langsung jatuh terpelanting sambil memuntahkan darah segar. Jelas luka dalamnya telah bertambah parah. Cia Hong Bu sendiri terpental ke belakang walau masih mampu mendarat dengan kedua kakinya. Dari sudut bibirnya nampak mengalir darah segar, menunjukkan bahwa ia sudah sedikit terluka dalam akibat adu tenaga yang berulang kali dilakukannya.

Akan tetapi Cia Hong Bu nampak tidak menghiraukan kondisinya. Ia langsung kembali menyerbu Iblis Jubah Hitam, yang saat itu bahkan sedang berusaha untuk bangkit berdiri. Melihat ini serentak Harimau Barat dan Gouw Keng Hui bergerak untuk menghadang Cia Hong Bu. Mau tak mau pendekar itu terpaksa melayani serbuan mereka, dan menunda niatnya untuk mencecar Iblis Jubah Hitam.

Buk! Plak!

Hanya dalam beberapa gebrakan, sebuah tendangan di pinggang Harimau Barat dan tamparan di pundak kiri Gouw Keng Hui telah membuat keduanya terpental. Kesempatan ini segera digunakan oleh Cia Hong Bu untuk kembali meneruskan tekanannya terhadap Iblis Jubah Hitam. Akan tetapi mendadak ia menghentikan gerakannya. Ia baru saja tersadar bahwa ia tak lagi melihat kehadiran Iblis Cantik di tempat itu.

“Iblis Cantik!” seru Cia Hong Bu dengan mengerahkan khikangnya. “Ke mana kau pergi?”

“Hi-hi-hi, Hong Bu, rupanya kau baru sadar! Sayang sekali kau telah terlambat!”

Cia Hong Bu segera menoleh pada datangnya suara Iblis Cantik, dan melihat Iblis Cantik melayang dari dalam rumah sambil mencengkeram dua orang di kedua tangannya. Ia terkesiap ketika mengenali kedua orang tersebut sebagai istrinya, The Cin Lan, dan putra tunggalnya, Cia Han Bouw yang baru berumur sembilan tahun. Rupanya tadi secara diam-diam Iblis Cantik telah menyelinap pergi untuk menyerang keluarganya. Hal ini membuat Cia Hong Bu menjadi marah.

“Iblis Cantik, lepaskan keluargaku! Mereka tidak ada sangkut pautnya dengan urusan ini!”

Iblis Cantik kembali tertawa mengikik. “Hong Bu, tentu saja mereka tersangkut dalam hal ini. Sekarang menyerahlah atau aku akan membunuh mereka berdua!”

“Bu-ko (kakak Bu), jangan pedulikan kami! Bunuh saja wanita iblis ini!” seru The Cin Lan. Sebagai istri pendekar besar Cia Hong Bu, sebenarnya The Cin Lan sedikit banyak juga menguasai ilmu silat. Hanya saja kepandaiannya memang tidak begitu tinggi, apalagi bila dibandingkan dengan suaminya, sehingga dengan mudah ia dapat ditaklukkan oleh Iblis Cantik. Sedang putranya Cia Han Bouw, sebenarnya juga sudah mendapat pengajaran dasar-dasar ilmu silat dari Cia Hong Bu. Akan tetapi kepandaian anak kecil itu jelas masih belum apa-apa bila dibandingkan dengan Iblis Cantik yang sudah tersohor di dunia kang-ouw.

“Ha-ha-ha,” Iblis Jubah Hitam ikut tertawa terbahak-bahak. “Cia Hong Bu, menyerahlah atau kau akan kehilangan keluargamu!” Sebelum tiba di tempat ini, Iblis Jubah Hitam memang telah mengatur siasat dengan Iblis Cantik, bahwa jika mereka terlihat tidak mampu mengatasi Cia Hong Bu, maka Iblis Cantik akan menyelinap secara diam-diam untuk menawan keluarga pendekar itu.

Cia Hong Bu mengutuki dirinya sendiri yang telah bertindak ceroboh sehingga tidak menyadari kepergian Iblis Cantik. Dan kini sebagai akibatnya, keluarganya telah tertawan oleh pihak lawan. Ia mengedarkan pandangannya ke arah lawan-lawannya dan bertanya, “Apa mau kalian sekarang?”

“Huh, Cia Hong Bu, jika kau menginginkanku melepaskan keluargamu ini, maka kau harus menyerahkan nyawamu kepada kami!” seru Iblis Cantik.

Kata-kata Iblis Cantik membuat Cia Hong Bu terkejut. “Apa maksudmu?”

“Iblis Cantik akan membiarkan anak istrimu itu hidup, bila kau membiarkan kami membunuhmu!” Kali ini Iblis Jubah Hitam yang menjawab.

Mendengar ini, The Cin Lan menjadi histeris. “Dasar iblis tak tahu malu! Kalian benar-benar manusia rendahan! Kalian…ekh..” The Cin Lan tak dapat melanjutkan ucapannya karena urat tenggorokannya keburu ditotok oleh Iblis Cantik.

“Bagaimana, Hong Bu?” tanya Iblis Cantik. “Apakah kau ingin aku mematahkan lehernya sekalian?”

Cia Hong Bu menghela napas panjang. Ia benar-benar dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apabila ia nekad melawan, Iblis Cantik pasti akan langsung membunuh The Cin Lan dan Cia Han Bouw. Sebaliknya jika ia menyerah, belum tentu juga anak istrinya itu akan dibiarkan hidup. Bagaimanapun juga ia jelas sulit mempercayai janji dari orang-orang golongan sesat seperti para lawannya ini.

“Cia Hong Bu, apa lagi yang kau tunggu?” tanya Iblis Jubah Hitam. “Apakah kami harus membunuh salah satu dari mereka dulu?”

“Baiklah!” kata Cia Hong Bu akhirnya. “Lepaskan mereka dulu, dan aku akan memenuhi tuntutan kalian!”

“Huh, bagaimana kami yakin kau akan membiarkan kami membunuhmu setelah kami melepaskan keluargamu?” sergah Iblis Jubah Hitam. “Mereka adalah jaminan bagi kami!”

“Iblis Jubah Hitam, sama denganmu, bagaimana aku bisa mempercayai janji dari orang-orang macam kalian?” sahut Cia Hong Bu. “Bagaimana aku yakin bahwa kalian akan melepaskan mereka begitu saja setelah kalian membunuhku? Orang-orang golongan sesat seperti kalian mana bisa kupercaya?”

Sekalipun telah berhasil menawan istri dan anak Cia Hong Bu, sebenarnya posisi Iblis Jubah Hitam dan kawan-kawannya masih belum aman betul. Mereka sadar apabila Cia Hong Bu akhirnya memutuskan untuk nekad melawan, mereka pasti tak akan sanggup menghadapinya. Apalagi jika mereka jadi membunuh istri dan anaknya, bisa dipastikan Cia Hong Bu tak akan melepaskan mereka begitu saja!

Oleh karena itulah Iblis Jubah Hitam akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu menekan lawannya itu. “Baiklah, kami akan melepaskan keluargamu, jika kau telah berjanji untuk membiarkan kami membunuhmu malam ini! Sekarang berjanjilah dulu!”

Cia Hong Bu terdiam sejenak sebelum kemudian menyahut, “Baiklah, aku Cia Hong Bu berjanji akan membiarkan kalian membunuhku malam ini setelah kalian melepaskan keluargaku pergi dari sini!” Ia lalu menoleh ke arah Iblis Cantik, “Sekarang lepaskan mereka!”

Iblis Jubah Hitam tertawa tergelak-gelak. ”Iblis Cantik, lepaskan mereka! Kita harus bisa mempercayai janji seorang pendekar besar macam orang she Cia ini!” Iblis Cantik lalu melepaskan The Cin Lan dan Cia Han Bouw. The Cin Lan buru-buru memeluk Cia Han Bouw dan menggandengnya untuk mendekati Cia Hong Bu.

“Tunggu dulu!” Mendadak Iblis Cantik berteriak nyaring. Ia menggerakkan tangan kanannya, dan sesaat berikutnya The Cin Lan sudah menjerit kesakitan sambil memegangi wajahnya yang berlumuran darah. Rupanya Iblis Cantik telah menggunakan jarum-jarumnya untuk melukai wajah The Cin Lan. Ia memang membenci The Cin Lan yang dianggapnya telah berhasil mengalahkan dirinya dalam memperebutkan Cia Hong Bu. Kebencian yang timbul begitu saja dan sebenarnya tidak beralasan mengingat ia sendiri baru hari ini bertemu dengan istri Cia Hong Bu tersebut.

Cia Hong Bu segera menghampiri The Cin Lan, dan memeriksa wajah istrinya. Ternyata wajah istrinya telah penuh dengan goresan-goresan berdarah yang jelas akan membekas selamanya. Iblis Cantik telah menyebabkan cacat pada wajah istrinya. Cia Hong Bu berpaling menatap Iblis Cantik dengan sinar mata mencorong, “Wanita iblis, kau benar-benar keji! Bukankah kau telah berjanji untuk melepaskannya?”

“Hei, aku sudah melepaskannya bukan?” sahut Iblis Cantik. “Tapi aku kan tak pernah berjanji untuk tidak mencederainya. Lagipula aku hanya bermaksud membantumu, Hong Bu.”

“Membantuku?” Suara Cia Hong Bu meninggi. “Apa maksudmu?”

“Dengan kondisi seperti itu, aku yakin bahwa istrimu tak akan menikah lagi setelah kau meninggal malam ini,” jawab Iblis Cantik. “Dengan demikian ia bisa memusatkan perhatiannya pada putramu itu.”

Tentu saja itu adalah jawaban bohong. Cia Hong Bu juga mengetahuinya. Hanya saat ini ia berusaha untuk menahan diri. Bagaimanapun juga ia harus mengutamakan keselamatan istri dan anaknya. Ia memegang kedua pundak The Cin Lan dan mengecup keningnya yang masih berlepotan darah. “Lan-moi (adik Lan), bawalah Han Bouw pergi dari sini. Kalian bisa menemui kakakku di Puncak Rajawali.”

“Bu-ko, mana bisa aku meninggalkanmu begitu saja? Mereka akan membunuhmu!” sahut The Cin Lan. Ia memeluk Cia Hong Bu sambil menangis terisak-isak.

“Istriku, jika kau tidak segera pergi dari sini bersama Han Bouw, bukan hanya aku, melainkan kita semua akan mati malam ini,” kata Cia Hong Bu. “Pergilah sekarang!”

“Ayah, aku ingin bersama Ayah!” Cia Han Bouw yang sejak tadi berdiam diri akhirnya membuka suara.

Cia Hong Bu menunduk menatap putranya. “Han Bouw, mulai sekarang kau harus menuruti ibumu. Kau juga harus menjaganya baik-baik.”

“Tapi Ayah, kau tak bisa begitu saja memenuhi keinginan para penjahat itu!”

Perlahan Cia Hong melepaskan pelukan istrinya lalu berjongkok sehingga ia bisa menatap mata Cia Han Bouw dari dekat. Ia kemudian berkata perlahan, namun dengan nada tegas. “Anakku, seorang pendekar tak boleh mengingkari janjinya. Ayah telah berjanji pada mereka, dan Ayah harus memenuhinya. Sekarang pergilah dari sini menemani ibumu. Ingat pesan ayah tadi!”

Cia Han Bouw menoleh memandang lawan ayahnya satu per satu. Ia pasti tak akan melupakan nama mereka masing-masing, dan kelak ia pasti akan mencari mereka semua untuk menuntut balas. Ia lalu berpaling kembali menatap ayahnya. Matanya penuh dengan linangan air mata. Ia tahu malam ini akan menjadi malam yang terakhir bagi mereka berdua.

“Ayah,” kata Cia Han Bouw sambil menjatuhkan diri berlutut, “Aku berjanji akan menuntut balas setelah aku dewasa nanti!”

“Hei, kalian bertiga, cukup sudah!” bentak Iblis Jubah Hitam. “Hong Bu, cepat suruh anak istrimu pergi sebelum kami berubah pikiran!”

Cia Hong Bu memeluk istri dan anaknya sekali lagi sembari berbisik, “Aku mencintai kalian, dan sekarang pergilah! Doaku senantiasa menyertai kalian!” Ia lalu berpaling pada Iblis Jubah Hitam, “Hei, aku memerlukan kuda!”

The Cin Lan tak mampu menjawab lagi saking sedihnya. Ia hanya menangis tersedu-sedu. Setelah mencium suaminya sekali lagi, ia lalu menggandeng Cia Han Bouw berjalan mendekati kuda yang disodorkan oleh salah seorang anggota Partai Jubah Hitam setelah anggota itu menerima tanda persetujuan dari sang ketua. Dengan sigap The Cin Lan menaikkan Cia Han Bouw ke atas pelana kuda, yang lalu disusul oleh dirinya sendiri. Setelah memandang Cia Hong Bu sekali lagi, The Cin Lan lalu melarikan kudanya pergi dari situ.

“Orang she Cia, apakah kau sudah siap menerima kematianmu?” tanya Iblis Jubah Hitam.

“Tunggu! Aku harus memastikan mereka telah berada di jarak yang aman,” sahut Cia Hong Bu.

“Hei Hong Bu, apakah kau khawatir kami akan menyusul istrimu setelah selesai membunuhmu?” cetus Iblis Cantik.

“Begitulah,” jawab Cia Hong Bu. “Yang jelas, kalian tak perlu khawatir bahwa aku akan mengingkari janjiku.”

Iblis Jubah Hitam dan rekan-rekannya terpaksa bersabar. Bagaimanapun juga mereka jelas tak mampu menekan Cia Hong Bu karena terbukti ia masih lebih hebat dibandingkan mereka berempat sekaligus. Suasana di halaman itu pun berubah menjadi sunyi mencekam setelah sebelumnya sempat dipenuhi dengan keharuan.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Cia Hong Bu memecahkan keheningan, “Baiklah, sekaranglah saatnya. Tapi sebelum aku menyerahkan diriku, masih ada satu hal yang harus kuselesaikan.” Ia lalu berpaling ke arah Iblis Cantik. “Iblis Cantik, bersiaplah menerima kematianmu!”

“Apa?” Iblis Cantik terperanjat. “Hong Bu, apakah kau mau mengingkari janjimu sendiri? Kau tadi telah berjanji untuk membiarkan dirimu dibunuh oleh kami!”

“Huh, Iblis Cantik, kau sendiri yang mendahului melanggar janji dengan mencederai istriku!” tukas Cia Hong Bu. “Lagipula aku kan tak pernah berjanji untuk tidak membunuhmu!”

Kata-kata Cia Hong Bu membuat Iblis Cantik terbelalak ketakutan. Ia segera sadar bahwa dirinya kini terancam bahaya besar. Ia pun berseru pada teman-temannya, “Hei, kalian harus membantuku!”

Cia Hong Bu memandang bergantian ke arah Iblis Jubah Hitam, Harimau Barat, dan Gouw Keng Hui. “Seperti kataku tadi, aku hanya ingin menyelesaikan satu hal lagi sebelum menyerahkan diriku, yakni membunuh Iblis Cantik! Aku akan membatalkan perjanjianku dengan siapa pun yang berani turun tangan membantunya.”

Ancaman Cia Hong Bu membuat Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat membatalkan niat mereka untuk membantu Iblis Cantik. Jika pendekar itu sampai membatalkan perjanjiannya dengan mereka, maka mereka pun akan berada dalam bahaya besar. Sedang Gouw Keng Hui memang tak pernah berniat untuk membantu Iblis Cantik. Ia bahkan sedikit merasa kecewa dengan cara yang digunakan Iblis Jubah Hitam dan Iblis Cantik untuk menjebak Cia Hong Bu. Hanya saja karena ia memang telah bertekad bulat untuk membunuh pendekar itu, dengan segala cara jika perlu, maka ia pun sejak tadi hanya berdiam diri.

Melihat ketiga rekannya tidak menunjukkan tanda-tanda kesediaan untuk membantunya, amarah Iblis Cantik pun meledak. “Kalian semua, benar-benar tidak tahu diuntung! Apakah kalian akan membiarkanku menghadapi orang she Cia ini sendirian? Di mana kesetiaan kalian?”

Iblis Jubah Hitam menjawab, “Iblis Cantik, kau sendiri yang tadi mencari gara-gara dengan menyerang istrinya. Maafkan kami, akan tetapi kami tak bisa membantumu.”

Iblis Cantik menggeram marah, dan sesaat berikutnya ia sudah melesat untuk melarikan diri. Cia Hong Bu tentu saja tak membiarkannya pergi begitu saja. Ia pun langsung berkelebat mengejar Iblis Cantik sambil berseru nyaring, “Iblis Cantik, tunggu dulu!”

Dengan ginkangnya yang jauh lebih unggul, dengan mudah Cia Hong Bu dapat menghadang Iblis Cantik, bahkan sebelum wanita itu berhasil mencapai tembok halaman. Melihat ini, Iblis Cantik menjadi kalap. Jelas ia tak mungkin melarikan diri. Mau tak mau ia harus menghadapi Cia Hong Bu.

“Baiklah, Hong Bu! Sambutlah ini!” Iblis Cantik melepaskan pukulan ke dada Cia Hong Bu. Bukan pukulan sembarangan, karena Iblis Cantik telah mengerahkan seluruh sinkangnya untuk menyertai pukulan itu.

Cia Hong Bu tersenyum tipis. Diiringi dengan bentakan nyaring, tubuhnya telah kembali memancarkan sinar terang, menandakan pengerahan Energi Inti Mentari. Dengan tenangnya ia menyambut pukulan Iblis Cantik.

Dess! Krakk!

Tulang-tulang kedua lengan Iblis Cantik remuk seketika begitu beradu dengan kedua tangan Cia Hong Bu. Diiringi dengan lengkingan yang menyayat hati, tubuh Iblis Cantik jatuh terbanting ke tanah. Cia Hong Bu sendiri tidak berhenti sampai di situ. Ia segera melepaskan pukulan susulan ke arah lawannya yang masih tergeletak tak berdaya itu.

Blam!!

Tubuh Iblis Cantik langsung melesak masuk ke tanah, akibat pukulan jarak jauh yang dilepaskan oleh Cia Hong Bu. Tak perlu diragukan lagi, ia langsung tewas saat itu juga. Cia Hong Bu sendiri mendarat tak jauh dari situ. Kematian Iblis Cantik sedikit banyak telah memuaskan hatinya. Bukan saja telah mencederai istrinya, wanita itu jugalah yang telah menawan istri dan anaknya sehingga ia terpaksa harus menyerahkan nyawanya malam ini.

Serangan yang menewaskan Iblis Cantik tadi membuat Iblis Jubah Hitam terpana sekaligus merasa beruntung. Kalau saja tadi ia tidak menjebak Cia Hong Bu dengan menawan keluarganya, bisa jadi dirinya akan bernasib sama dengan Iblis Cantik. Jelas bahwa Cia Hong Bu memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari mereka, bahkan sekalipun mereka berempat menggabungkan seluruh kekuatan mereka.

“Nah, Cia Hong Bu, apakah sekarang kau telah siap menerima nasibmu?” tanya Iblis Jubah Hitam.

“Ya! Siapakah di antara kalian yang mau melakukannya?” balas Cia Hong Bu.

“Aku!” Gouw Keng Hui sudah menerjang maju dengan menusukkan tombaknya. “Terimalah kematianmu!”

Cia Hong Bu tersenyum pahit. “Bagus, orang she Gouw! Aku memang lebih rela mati di tanganmu daripada di tangan mereka berdua! Aku lihat kau memiliki hati yang baik. Sayang kau telah dibutakan oleh rasa cintamu pada adikmu!” Cia Hong Bu justru bergerak menyongsong tombak Gouw Keng Hui.

Bless!!

Tanpa ampun lagi, tombak Gouw Keng Hui langsung menghunjam dada Cia Hong Bu dan tembus sampai ke punggungnya. Cia Hong Bu menatap langsung ke mata Gouw Keng Hui dan bertanya dengan suara lirih, begitu lirihnya hingga hanya Gouw Keng Hui yang dapat mendengarnya. “Orang she Gouw, bersediakah kau menguburku jasadku di halaman belakang rumahku ini?”

Sebelum ini hati Gouw Keng Hui dipenuhi oleh dendam membara terhadap Cia Hong Bu akibat perbuatan pendekar itu terhadap adiknya. Namun kini setelah ia berhasil membunuh Cia Hong Bu dengan tombaknya, mendadak di hatinya timbul semacam perasaan aneh. Ia bahkan merasa sedikit menyesal. Pendekar ini jelas bukan seorang penjahat. Ia tak pantas mati dengan cara seperti ini.

Semakin dalam Gouw Keng Hui memikirkannya, semakin dalam pula penyesalan yang timbul di hatinya. Cia Hong Bu benar. Rasa cintanya yang berlebihan terhadap mendiang adiknya jelas telah membutakan hati nuraninya, hingga ia sampai rela bergabung dengan para penjahat untuk membunuh seorang pendekar besar.

“Tentu Cia-taihiap (pendekar Cia), aku bersedia,” jawab Gouw Keng Hui dengan suara bergetar penuh kesedihan. “Kau benar. Hatiku telah dibutakan oleh nafsu. Maafkan aku.”

“Tak apa. Aku senang kau telah menyadarinya,” sahut Cia Hong Bu, yang ternyata menjadi kata-katanya yang terakhir, karena setelah itu kepalanya tertunduk, dan ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Gouw Keng Hui yang menahan tubuhnya agar tak sampai terbanting ke tanah.

Iblis Jubah Hitam menggeram marah. Tadinya ia ingin menjadi orang yang menghabisi nyawa Cia Hong Bu, akan tetapi Gouw Keng Hui ternyata telah mendahuluinya. “Keng Hui, seharusnya kau membiarkanku membunuhnya! Sekarang serahkan mayatnya padaku untuk kupamerkan di tengah kota sebagai peringatan agar tak lagi ada orang yang berani menentang Partai Jubah Hitam!”

“Tidak!” bentak Gouw Keng Hui. “Kau sudah berhasil membuatnya mati seperti yang kauinginkan. Itu sudah cukup. Sekarang aku akan menguburkannya di halaman belakang sesuai permintaannya yang terakhir.”

“Gouw Keng Hui!” Iblis Jubah Hitam balas membentak. “Apakah kau mau menentangku?”

Gouw Keng Hui merebahkan tubuh Cia Hong Bu di tanah, lalu perlahan bangkit berdiri. Ia menatap Iblis Jubah Hitam dengan tajam. “Jika kau masih berkeras untuk mengambil jasadnya, kau harus melangkahi mayatku dulu!”
Iblis Jubah Hitam mendelik marah. Kalau menuruti kata hatinya, ingin rasanya ia melumatkan kepala Gouw Keng Hui. Akan tetapi dengan kondisinya yang terluka dalam cukup parah saat ini, jelas ia tak akan mampu melawan Gouw Keng Hui. Ia melirik ke arah Harimau Barat.

Melihat gelagat ini, Harimau Barat segera menggeleng-gelengkan kepalanya, “Iblis Jubah Hitam, ingatlah, kita masih ada tugas lain yang harus diselesaikan! Jangan buang-buang waktu dengan orang she Gouw itu!”

Kata-kata Harimau Barat membuat Iblis Jubah Hitam tersadar. Mereka memang masih harus menyelesaikan satu tugas lagi. Tugas yang terakhir, yakni membunuh istri dan anak Cia Hong Bu. Sebelum ini mereka berdua, dan juga Iblis Cantik telah bersepakat, apabila mereka berhasil membunuh Cia Hong Bu, mereka juga akan membunuh seluruh keluarganya, agar kelak tak ada lagi orang yang akan menuntut balas pada mereka. Tadi tanpa sepengetahuan Cia Hong Bu, secara diam-diam Iblis Jubah Hitam telah memberi tanda rahasia pada beberapa anak buahnya yang bersembunyi di luar tembok rumah keluarga Cia, untuk membuntuti The Cin Lan dan anaknya. Untunglah Gouw Keng Hui tidak mengetahui tentang hal ini.

“Huh, orang she Gouw! Malam ini kau benar-benar beruntung! Aku harap kita tidak bertemu lagi di kemudian hari, karena pada saat itu aku pasti akan membunuhmu!” Iblis Jubah Hitam lalu mengajak para anggotanya untuk berlalu dari situ, mengikuti Harimau Barat yang telah pergi terlebih dulu. Sebelumnya ia tak lupa menyuruh salah satu anak buahnya untuk membawa jasad Iblis Cantik. Bagaimanapun juga wanita itu telah berjasa besar dalam usaha pembunuhan Cia Hong Bu malam ini sehingga Iblis Jubah Hitam tak tega meninggalkan jasadnya begitu saja.

Kalau saja Gouw Keng Hui mengetahui apa yang ada dalam pikiran Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat saat ini, tentu ia sudah mengejar kedua orang itu. Akan tetapi berhubung ia tidak mengetahuinya, maka kini ia memusatkan perhatiannya untuk melaksanakan amanat Cia Hong Bu yang terakhir. Setelah selesai menguburkan jasad pendekar itu di halaman belakang rumahnya, Gouw Keng Hui lalu berlalu dari situ untuk kembali ke kota kediamannya sendiri.

Sementara itu tak jauh dari tembok kota Lok-an, The Cin Lan terpaksa menarik tali kekang kudanya, karena di depannya mendadak sudah berdiri menghadang lima orang berpakaian serba hitam yang memegang golok terhunus.

“Hei, siapa kalian?” bentak The Cin Lan.

“Nyonya Cia, cepat turun dari kudamu!” Salah seorang penghadangnya balas membentak.
The Cin Lan menjadi terkejut, jelas orang-orang ini memang mengincarnya. Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung melajukan kudanya untuk menabrak para penghadangnya itu. Melihat ini, dua dari penghadangnya langsung mengayunkan goloknya untuk menebas kuda yang ditunggangi The Cin Lan dan Cia Han Bouw. Diiringi ringkikan nyaring, kuda itu pun langsung roboh akibat tebasan golok, dan The Cin Lan pun terpaksa meloncat turun sambil membopong putranya.

“Ibu, mari kita lawan mereka!” seru Cia Han Bouw yang sudah hendak merangsek maju. Sekalipun masih kecil, Cia Han Bouw memiliki jiwa pemberani. Apalagi saat ini kondisi emosinya sedang labil akibat perpisahannya dengan sang ayah.

“Sabar, Nak!” sahut The Cin Lan untuk menenangkan putranya. Ia lalu menatap para penghadangnya, “Apakah kalian ini anggota Partai Jubah Hitam?”

“Tepat sekali!” jawab salah seorang penghadangnya. “Dan kami telah diperintahkan untuk membunuh kalian!”

“Baiklah, ayo kita lihat sampai di mana kemampuan kalian!” The Cin Lan langsung memasang kuda-kuda bersiap menyambut serangan lawan. Kelima orang itu pun tidak membuang banyak waktu lagi. Berbarengan mereka sudah menyerbu dengan serangan golok mereka.

“Han Bouw, berhati-hatilah!” The Cin Lan memperingatkan putranya.

Wut! Wut!

Semua serangan golok itu dengan mudah dapat dihindari baik oleh The Cin Lan maupun Cia Han Bouw. Akan tetapi para penyerang mereka jelas tidak berhenti begitu saja. Serangan-serangan berikutnya segera datang menyusul, dan mereka pun segera terlibat dalam pertarungan sengit.

Sebenarnya kalau dibuat perbandingan, kepandaian The Cin Lan dan Cia Han Bouw jelas masih berada di atas para penyerangnya itu. Namun selisihnya memang tidak banyak, mengingat para penyerangnya itu rata-rata merupakan murid langsung dari Iblis Jubah Hitam sehingga kepandaian mereka pun bisa dibilang cukup tinggi. Ditambah lagi mereka sekarang bersenjata golok, sehingga The Cin Lan dan Cia Han Bouw pun cukup kerepotan menghadapi mereka.

Saat pertarungan mereka telah berjalan puluhan jurus, mendadak berkelebat dua sosok bayangan yang diikuti oleh suara tawa yang membahana memenuhi tempat itu. “Ha-ha-ha, rupanya kalian berdua masih ada di sini! Bagus, sekarang bersiaplah untuk menerima kematian kalian!”

Mendengar suara itu, The Cin Lan menjadi lemas karena ia mengenalinya sebagai suara Iblis Jubah Hitam, penjahat yang telah memimpin penyerbuan ke rumahnya. Sesaat kemudian ia pun sudah melihat kehadiran Ketua Partai Jubah Hitam itu yang disertai oleh Harimau Barat. Diam-diam The Cin Lan mengeluh dalam hati. Habis sudah peluangnya untuk melarikan diri.

“Hiat!” Sambil membentak nyaring, The Cin Lan sudah melesat menerjang Iblis Jubah Hitam. Ia melepaskan pukulan yang mengarah ke kepala lawannya itu.

Dukk!

Tangkisan Iblis Jubah Hitam membuat The Cin Lan terdorong mundur. Akan tetapi dengan cepat ia telah kembali menyerang dengan pukulan yang mengarah ke arah dada lawannya. Kali ini ia mengerahkan segenap sinkangnya sehingga pukulannya mendatangkan hawa pukulan yang dahsyat!

Dess!!

Kali ini Harimau Barat yang turun tangan menangkis serangan The Cin Lan. Akibatnya wanita itu pun langsung terpelanting sambil memuntahkan darah segar, sedang Harimau Barat sendiri hanya terdorong mundur dua langkah ke belakang. Dalam hal tenaga dalam, jelas Harimau Barat jauh mengungguli The Cin Lan.
Iblis Jubah Hitam sendiri tidak tinggal diam. Saat itu juga ia langsung mengambil kesempatan dengan melayangkan Pukulan Racun Hitam ke arah The Cin Lan yang sedang mencoba bangkit. Sekalipun Iblis Jubah Hitam telah terluka dalam akibat pertarungannya dengan Cia Hong Bu tadi, tetap saja serangannya itu mengandung hawa pukulan yang mematikan.

Bukk!!

Walaupun The Cin Lan telah berusaha menghindar, tetap saja Pukulan Racun Hitam dari Iblis Jubah Hitam berhasil menghantam dada kirinya. Tanpa ampun lagi ia kembali jatuh terbanting ke tanah sambil muntah darah. Jelas ia telah mengalami luka dalam yang sangat parah, dan memang kali ini ia nyaris tak mampu lagi bangkit berdiri.

“Ibu!” Cia Han Bouw langsung memburu dan memeluk ibunya. Ia lalu berbalik menghadapi Iblis Jubah Hitam yang sudah bersiap-siap melancarkan serangan berikutnya.

“Hei, bocah cilik!” bentak Iblis Jubah Hitam. “Apakah kau mau menantangku? Memangnya kau bisa?”

“Aku tak peduli!” sergah Cia Han Bouw. “Aku hanya ingin melindungi ibuku!”

“Han Bouw, minggirlah, biar Ibu yang menghadapinya,” bisik The Cin Lan yang dengan susah payah mencoba bangkit berdiri.

“Tidak Bu! Ibu telah terluka, jadi biarkan aku membantu Ibu!” sahut Cia Han Bouw.

“Baiklah, anak ingusan, jika kau memang mau mati, akan kukirim kau lebih dulu untuk menyusul ayahmu!” Iblis Jubah Hitam lalu mengayunkan tangannya untuk meremukkan kepala Cia Han Bouw.

Dukk!

Iblis Jubah Hitam menjerit kesakitan, dan ia pun terhuyung-huyung ke belakang. Sekalipun telah terluka dalam, ia yakin bahwa tenaganya masih lebih dari cukup untuk membunuh Cia Han Bouw. Oleh karena itu ia sama sekali tak menyangka, anak kecil itu mampu menangkis pukulannya, bahkan mendorongnya mundur. Akan tetapi sesaat kemudian, keheranannya pun menghilang, ketika ia melihat di depannya telah berdiri seorang pria berusia sekitar empat puluh lima tahun berwajah tampan dengan pakaian yang terlihat mahal dan mewah seperti layaknya seorang hartawan. Agaknya pria inilah yang telah menangkis pukulannya tadi.

“Huh, siapa kau?” hardik Iblis Jubah Hitam. “Beraninya kau mencampuri urusan kami!”

Bukannya menjawab pertanyaan Iblis Jubah Hitam, pria tampan itu justru berbalik menghadapi Cia Han Bouw, “Bocah, kau benar-benar pemberani! Siapa namamu?”

“Cia Han Bouw!”

“Nah, bocah she Cia, aku benar-benar suka melihat keberanianmu. Apakah kau bersedia menjadi muridku?”

“Hei, keparat! Beraninya kau menghinaku!” bentak Iblis Jubah Hitam yang merasa jengkel melihat pria itu sama sekali tidak menghiraukan dirinya. “Kau mau cari mati ya?”

Pria tampan itu kini berbalik menghadapi Iblis Jubah Hitam. “Sobat, biarkan aku berbicara dulu dengan bocah cilik ini! Setelah itu barulah kau melanjutkan urusanmu dengannya.” Kemudian tanpa menunggu jawaban Iblis Jubah Hitam, pria itu kembali berbalik menghadapi Cia Han Bouw dan berkata, “Aku bisa membantumu jika kau mau menjadi muridku.”

“Apakah Taihiap bisa menyembuhkan ibuku?” tanya Cia Han Bouw.

Pria itu menggelengkan kepalanya. “Jangan panggil aku taihiap. Aku bukanlah seorang pendekar.” Ia berhenti sejenak. “Mengenai ibumu, aku tak bisa banyak membantu. Lukanya terlampau parah. Ia bahkan akan segera meninggal.”

The Cin Lan menggigit bibirnya. Sebagai seorang ahli silat, ia juga dapat merasakan betapa dirinya sekarang sudah berada di ambang sakratul maut. Ia memegang pundak Cia Han Bouw dan berkata lirih, “Dia benar, Nak. Ibumu ini sudah tak mungkin tertolong lagi. Ibu hanya ingin minta maaf karena tak bisa lagi menemani dan menjagamu.”

“Ibu!” jerit Cia Han Bouw sambil memeluk ibunya. Air matanya nampak mengalir deras. Ia baru saja kehilangan ayahnya, masakan sekarang ia juga harus kehilangan ibunya? “Ibu, jangan tinggalkan aku sendirian!”

Air mata juga nampak membasahi kedua pipi The Cin Lan. Ia bukan menangisi nasibnya sendiri, melainkan nasib anaknya yang sebentar lagi akan menjadi yatim piatu.

“Benar-benar menyebalkan!” Iblis Jubah Hitam menggeram marah. “Hei, orang asing! Lekaslah menyingkir atau kau akan ikut mati bersama mereka!”

Si pria tampan kembali berbalik menatap Iblis Jubah Hitam lalu mendengus, “Hmm, memangnya kau mampu membunuhku?”

Habis sudah kesabaran Iblis Jubah Hitam. Ia langsung melesat dan menggerakkan tangannya untuk menghantam kepala si pria tampan, berharap bisa membunuhnya dengan sekali pukul.

Wutt! Bukk!

Bukannya kepala si pria tampan yang terpukul, justru Iblis Jubah Hitam-lah yang jatuh terbanting. Pria tampan itu ternyata bisa menghindari pukulan Iblis Jubah Hitam, dan langsung membalas dengan tendangan kilat ke arah perut yang tak mampu dihindari oleh Iblis Jubah Hitam.

“Sialan!” desis Iblis Jubah Hitam. Ia hendak merangsek lagi ketika pundaknya dipegang oleh Harimau Barat yang berkata perlahan. “Sabar, kawan! Dia bukan orang sembarangan.”

“Dasar bodoh! Temanmu jauh lebih pintar darimu,” kata pria tampan tersebut.

Di saat yang bersamaan, The Cin Lan masih berpelukan dengan Cia Han Bouw. Ia berbisik di telinga putranya, “Han Bouw, jaga dirimu baik-baik. Ingat, jika kau berhasil lolos malam ini, sesuai pesan ayahmu, usahakan untuk pergi ke Puncak Rajawali guna menemui pamanmu di sana.”

“Baik, Bu,” jawab Cia Han Bouw perlahan.

“Ibu harap ---,” The Cin Lan tak sempat meneruskan kalimatnya, karena nyawanya keburu melayang. Luka dalamnya yang sangat parah mempercepat penyebaran Racun Hitam akibat pukulan Iblis Jubah Hitam tadi.

Melihat ini tangis Cia Han Bouw kembali pecah, dan ia memeluk jasad ibunya erat-erat. Kehilangan dua orang tua sekaligus dalam satu malam jelas merupakan pukulan yang berat bagi seorang anak seusianya.
Namun gemblengan mental yang diterima Cia Han Bouw selama ini membuatnya tak berlama-lama menangis. Setelah tangisnya mereda, ia mengecup kedua pipi ibunya sekali lagi, dan kemudian bangkit berdiri menghadapi Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat. Sepasang matanya bersinar penuh kemarahan. Kalau menurutkan kata hatinya, tentu ia ingin langsung menerjang dan membunuh keduanya.

Untunglah sekalipun masih kecil, Cia Han Bouw termasuk anak yang cukup cerdas dan mampu mengendalikan diri. Sekalipun emosinya saat ini sedang terombang-ambing antara kesedihan dan kemarahan, ia masih bisa berpikir dengan jernih. Ia menyadari, bahwa jika hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, ia pasti tak akan mampu mengatasi kedua musuhnya itu.

“Bagaimana bocah, apakah kau menerima tawaranku?” tanya si pria tampan.

Cia Han Bouw menimbang-nimbang dalam pikirannya. Jika aku menerima tawaran orang asing ini, mungkin aku akan bisa selamat dari ancaman Iblis Jubah Hitam, tapi yang jelas aku harus bersedia menjadi muridnya. Ia lalu bertanya, “Tadi Paman menolak dianggap sebagai seorang pendekar, kalau begitu apakah Paman termasuk golongan sesat?”

Pria tampan itu tertawa tergelak-gelak. “Bocah, kau ini benar-benar berani! Jarang sekali aku berjumpa dengan bocah senekad kau!”

“Jadi benar Paman adalah orang jahat?” Cia Han Bouw terus mendesak.

“Sudah, sudah! Jangan banyak tanya lagi!” tukas pria tampan itu. “Yang jelas kau mau atau tidak menjadi muridku?”

Cia Han Bouw menghela napas panjang. Jelas jika ia ingin tetap hidup malam ini, maka menjadi murid orang asing ini adalah satu-satunya pilihan yang ia miliki sekarang. Tetapi sebagai keturunan seorang pendekar, ia jelas tak boleh menjadi murid seseorang dari golongan sesat. Setelah menimbang-nimbang, Cia Han Bouw akhirnya menjawab, “Baiklah, aku mau menjadi murid Paman, asalkan Paman juga bersedia berjanji tak akan menyuruhku melakukan suatu kejahatan. Bagaimana, apakah Paman setuju?”

Si pria tampan kembali tertawa. “Ha-ha-ha, bocah, asal kau tahu, seumur hidupku aku tak pernah tawar menawar dengan orang lain untuk memintanya menjadi muridku! Sebaliknya sudah banyak jago silat yang memohon-mohon untuk menjadi muridku! Kau ini memang benar-benar istimewa! Baiklah, aku berjanji tak akan menyuruhmu melakukan kejahatan! Apa jawabanmu sekarang?”

Cia Han Bouw langsung menjatuhkan diri berlutut, “Teecu (murid) memberi hormat pada Suhu (guru)!”

“Ha-ha-ha, bagus, bagus! Kau takkan menyesal menjadi muridku!”

Sementara itu Harimau Barat dan Iblis Jubah Hitam yang sejak tadi hanya berdiri menonton, kini melangkah maju. Mereka sudah tak dapat menahan kemarahan mereka melihat sikap si pria tampan yang cenderung meremehkan mereka. Namun kini mereka juga bersikap lebih hati-hati karena menyadari bahwa orang asing ini memiliki kepandaian yang cukup tinggi.

Tanpa memberi peringatan apa pun, mendadak Harimau Barat sudah bergerak menerkam pria tampan itu dari arah belakang, berhubung pria tampan itu masih menghadap ke arah Cia Han Bouw. Belajar dari pengalaman Iblis Jubah Hitam sebelumnya, kini Harimau Barat langsung menggunakan salah satu jurus andalan dari Ilmu Cakar Harimau Sakti sekaligus mengerahkan segenap tenaganya.

Dukk!

Serangan Harimau Barat dapat ditangkis dengan mudah oleh si pria tampan. Harimau Barat merasakan tangannya bergetar keras saat beradu dengan tangan lawannya. Benar dugaannya, bahwa lawannya ini bukan orang sembarangan. Sesaat berikutnya mereka berdua segera terlibat dalam pertarungan yang sengit. Pertarungan yang ternyata tidak seimbang, karena belum sampai sepuluh jurus berlalu, Harimau Barat sudah nampak terdesak oleh lawannya.

Dess!!

Harimau Barat akhirnya terpelanting ketika sebuah pukulan lawannya berhasil menghantam bahu kanannya. Ia langsung muntah darah segar, menandakan betapa hebatnya pukulan tersebut.

“Bagaimana? Apakah kalian masih ingin bermain-main lagi?” tanya pria tampan itu. “Hari ini kalian benar-benar beruntung, karena hatiku sedang gembira, sehingga aku tak berselera untuk membunuh orang!”

“Siapakah kau ini sebenarnya?” tanya Harimau Barat.

“Orang biasa menyebutku Raja Racun Rupawan.”

Mendengar ini Harimau Barat dan Iblis Jubah Hitam menjadi kaget bukan main. Raja Racun Rupawan adalah salah satu tokoh yang sangat ditakuti di dunia kang-ouw karena dianggap memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya. Konon di kolong langit ini, jumlah tokoh yang mampu menandinginya tak lebih dari jumlah jari sebelah tangan. Selain sangat lihai dalam ilmu silat, Raja Racun Rupawan juga dikenal sebagai seorang ahli racun nomor wahid. Belum lagi ditambah wataknya yang dikabarkan sangat kejam dan angin-anginan, dimana ia tak segan-segan membunuh orang karena alasan yang sangat sepele.

Walau belum pernah bertemu langsung, Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat pernah mendengar bahwa tokoh yang satu ini berwajah tampan sesuai dengan julukannya dan juga berpenampilan seperti seorang hartawan, karena ia memang kaya raya. Gambaran itu jelas cocok dengan gambaran lawan mereka saat ini yang terbukti sangat lihai. Tanpa sadar, Harimau Barat meraba bahunya yang tadi terkena pukulan lawan, sementara bulu kuduknya terasa meremang.

“Huh, jangan khawatir,” kata Raja Racun Rupawan, seolah mengetahui kekhawatiran Harimau Barat. “Seperti kubilang tadi, aku sedang tidak bernafsu untuk membunuh. Kalau aku mau, tentu kau sudah mati keracunan sedari tadi.”

Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat buru-buru memberi hormat, “Maafkan kami, yang tidak mengenali Raja Racun Rupawan. Sekarang kami mohon pamit.”

“Tunggu dulu!”

Iblis Jubah Hitam dan Harimau Barat segera menghentikan langkah mereka. Mereka diam-diam bergidik, jangan-jangan tokoh yang sakti luar biasa itu berubah pikiran dan memutuskan pikiran mereka. “A-ada a-apa?” tanya Iblis Jubah Hitam dengan suara gemetar.

“Cepat suruh orang-orangmu itu untuk menguburkan jasad ibu muridku ini!” sahut Raja Racun Rupawan.

“Baik!” jawab Iblis Jubah Hitam yang segera memerintahkan kelima anak buahnya untuk segera melaksanakan permintaan Raja Racun Rupawan. Dalam waktu singkat, mereka pun menyelesaikannya.

“Apakah kami bisa pergi sekarang?” tanya Iblis Jubah Hitam.

Raja Racun Rupawan hanya mengangguk. Iblis Jubah Hitam, Harimau Barat, dan para anggota Partai Jubah Hitam itu pun segera berlalu dari situ. Raja Racun Rupawan lalu memandang Cia Han Bouw yang sedang berlutut berdoa di depan pusara ibunya.

“Han Bouw, ada satu hal yang membingungkanku,” kata Raja Racun Rupawan ketika melihat murid barunya itu telah selesai berdoa. “Mengapa kau tidak memintaku untuk membunuh kedua musuhmu itu?”

Sepasang mata Cia Han Bouw bersinar-sinar ketika ia menjawab gurunya, “Karena teecu ingin membunuh kedua orang itu dengan tangan teecu sendiri!”

Raja Racun Rupawan tersenyum lebar mendengarnya. “Wah, kau ini sangat mengagumkan. Aku benar-benar tidak salah memilihmu sebagai muridku. Sekarang, ayo kita pergi!” Ia lalu meraih lengan muridnya, dan sesaat kemudian mereka berdua sudah berkelebat lenyap dari situ.