Post 110 dari 126 dalam Forwarded email
Home → Forum → General discussions → Forwarded email → Post-39588
#110 | ![]() |
Tasha
2 Mei 2007 jam 1:59pm
 
bingung mo post di tempat makan or fwd email... Rekan2 Yth, Tapi menurut pelayan, hal itu tidak akan terjadi. Mendengar penjelasan tersebut, hati kami tenang. Walaupun tetap sedikit tidak nyaman karena suara tikus masih terdengar. Kami pikir, mungkin suaranya saja yang kencang, tapi keberadaan tikus-nya sendiri mungkin jauh diatap sana. Ketika kami melanjutkan santapan kami, tiba-tiba saja sang tikus memutuskan untuk menampakkan dirinya dengan merambat menuruni tiang didekat meja kami (karena meja kami paling pojok dekat tiang). Tentu saja kami sangat kaget dan diantara kami ada yang takut dengan tikus, sehingga menjerit paling kencang. Ketika kejadian itu berlangsung, di Kuppa Restoran hanya ada kami, mungkin karena jam yang tidak lazim untuk bersantap. Ketika itu pun, pelayan menyatakan bahwa itu bukan tikus, tetapi tupai. Sejujurnya, saya tidak tahu suara tupai seperti apa, yang saya tahu hanya suara tikus, dan suara yang terdengar yah seperti suara tikus. Selain itu, tupai kan tinggalnya di pohon, bukan di langit-langit sebuah gedung. Pelayan kemudian menawarkan kami untuk berpindah tempat tanpa sekalipun menyampaikan permintaan maaf. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah tempat. Setelah itu, pelayan dan manager on duty (saya baru tahu identitasnya kemudian) asik berburu tikus/tupai dengan membawa sapu, pengki dan alat2 lainnya. Jadi, sambil bersantap kami mendapat pertunjukan "mari berburu tikus/tupai." Sampai kami hendak membayar, manager on duty (MOD) sama sekali tidak menyampaikan permintaan maaf, sampai akhirnya saya minta bertemu (dan baru saat itu saya tahu bahwa dia merupakan salah satu anggota pasukan berburu tikus/tupai juga). Saya sampaikan keluhan bahwa sebelumnya kami sudah memanggil pelayan karena merasa terganggu dengan suara tikus/tupai tapi diyakinkan tikus/tupai itu tidak akan mengganggu atau menampakkan diri. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Selain itu, wajar jika dengan adanya tikus itu menurut kami itu identik dengan kotor, karena tikus membawa penyakit pes. Saya juga sampaikan bahwa jika di ruang makan saja ada tikus, boleh dong saya berasumsi di dapur-nya bisa lebih parah lagi? sang MOD berkata bahwa itu hak saya jika saya ingin berpikir begitu. Menurut saya, jawaban tersebut tidak bijaksana, karena tidak menawarkan solusi, justru membiarkan dan membenarkan anggapan yang tidak baik mengenai restorannya. Padahal restoran menjual makanan, dan kelebihan makanan adalah jaminan kebersihannya. Selain itu, dia juga berkata bahwa masalah tikus tersebut sudah dikomplain kepada building management (sekali lagi, asumsi saya, bahwa soal tikus ini berarti bukan berita baru karena pihak Kuppa sudah sampai komplain kepada building management) dan dari pihak building management belum ada tindakan. Saya, sebagai customer, tentunya tidak peduli mengenai masalah internal antara Kuppa resto dan Building management Plaza Indonesia. Yang saya tahu, sebagai customer, saya ingin menikmati kenyamanan bersantap tanpa perlu dikejutkan, atau khawatir dengan kualitas kebersihan makanan yang saya santap. Sejujurnya, sampai kejadian kemarin sebelumnya selama saya bersantap di restoran dimana pun, belum pernah saya mendengar suara tikus. Apalagi di Kuppa Restoran, yang saya anggap restoran bagus mengingat lokasinya di Plaza yang cukup bergengsi. Hal ini diluar ekspektasi saya. Sangat disayangkan juga bahwa sang MOD tidak dapat menawarkan solusi yang memuaskan, kecuali permintaan maaf, itu juga setelah saya sampaikan komplain saya. Sebelum kami pergi, ada rombongan lain yang bersantap di meja yang awalnya kami duduki. Namun kami tidak menyampaikan apa2 kepada rombongan tersebut, karena kami harap, kejadian tsb hanya terjadi pada kami. Jika mereka tahu, tentunya akan mengurangi kenikmatan mereka. Semoga kejadian ini hanya terjadi kepada kami saja dan semoga email ini bisa menjadi rujukan agar rekan-rekan sekalian atau keluarga dan teman bisa lebih berhati-hati. Tambahan penutup, ketika kami membayar, kami diberikan voucher Rp. 100ribu, katanya itu memang kebijakan bila pembelanjaan diatas Rp. 400rb. Namun bagi kami, makan di Kuppa merupakan yang pertama sekaligus yang terakhir, jadi voucher tersebut saya tinggalkan. Sama sekali tidak ada niat untuk kembali lagi. |