Marshall-heng,
Benar lho, ceritanya jadi melambat ala Api di Bukit Manoreh (ABM), cuma ABM selalu menjaga gregetnya. Menurut saya episode ini bukan tidak memiliki sesuatu untuk dieksplore sebagai daya magnet yg mengundang penasaran pembaca. Dalam pemahaman saya, "fokus" yang diusung Marshall-heng tidak berarti harus berlama-lama dengan plot penghadangan para jagoan oleh thian liong pang. Mungkin ini yg bikin bosen
. Ada tokoh Kun Le yang bisa diungkap perkembangannya kehidupan dan keilmuannya setelah tranfer tenaga dalam ke Ceng Liong. Ada juga orang tua Ceng Liong and the gang. Ada tokoh-tokoh asal Lembah Pualam Hijau yang menghilang, mengapa dan apa saja ambisi hidup mereka? Ada tokoh baru si Destar Merah yang kelihatannya bukan orang Tionghoa tapi tipikalnya mirip-mirip Bu Kek Siansu-nya Master Kho. Dengan tetap fokus pada kasus penghadangan, setting cerita seharusnya bisa saja pindah-pindah ke pergulatan batin dan aktifitas dari beberapa tokoh ini. Setelah beberapa saat berkenalan lebih jauh dengan tokoh2 ini, tentu Marshall-heng bisa mengajak pembaca kembali ke Laptop (situasi penghadangan) ala Tukul. Dengan demikian terhindarlah pembaca dari rasa bosen. Kalo Marshal-heng milih tetap "fokus" pada kasus penghadangan, tokh bisa menghindari kebosanan dengan mengalihkan setting bergantian antara pergulatan batin para tokoh aliran "bersih" dengan para tokoh aliran "kotor" thian liong pang. Jadi pembaca tidak hanya disuguhi drama situasi Ceng Liong and the gang, tapi juga pergulatan di thian liong pang sendiri menghadapi kenyataan bahwa golongan "bersih" memiliki banyak jago muda yang tidak bisa dianggap lemah. Misteriusnya thian liong pang bagi saya bukan berarti buta sama sekali. Malah untuk bacaan seperti cersil, pola striptease dan ganti-ganti setting situasi adalah patokan utama dalam menghindari kebosanan
.
Eh uda kebanyakan... Cukup dulu....