Post-44865

Post 47 dari 1.228 dalam Seruling Sakti

HomeForumKomentar BacaanSeruling SaktiPost-44865

#47 avatar
elangbara 4 Februari 2008 jam 12:46pm  

wah, kang ismunandar terlalu tegang dan serius deh membaca penjelasan soal hujan, hehehe... kukira penjelasan itu masih "nalar" kok, karena "kelampauan" itu dijelaskan dalam waktu "kekinian". jadi penjelasan itu hanya memakai "bahasa" yang berbeda dengan kualitas "isi" atau "kebijakan" yang sama. bukankah air = h20? beda bahasa saja...

karena, kalau membacanya terlalu tegang, jadi akan "terlihat" banyak keanehan, misalnya latar cerita, dan berbagai macam kerajaan yang "tidak tersebutkan dalam buku sejarah". atau urutan waktu cerita, waktu penceritaan, dan lain-lainnya. belum lagi soal tatatulis, kata depan dan kata sandang yang campur baur, hehehe...

intinya, sepanjang cerita ini lancar dan ngalir, enak dibaca, "kesalahan2" yang datang karena "ketegangan pembacaan" itu dianulis sajalah. apalagi, untuk cerita semacam ini, tingkat pembacaan kita --dalam teori sastra-- kan cuma tingkat baca 1 atau 2, tidak sampai harus menafsir seperti membaca puisi segala, hehehe...

bung didit, teruskan, saya justru melihat "imajinasi" yang meluas tiap membaca bab demi bab. imajinasi yang bercecabang, bergelombang, membingkai visualisasi pada suatu jaman, yang sungguh sulit diraba nalar. Anda luar biasa....