Post 56 dari 105 dalam Meteor, Kupu-Kupu, Pedang
Home → Forum → Komentar Bacaan → Meteor, Kupu-Kupu, Pedang → Post-48843
#56 | ![]() |
danivn
3 Desember 2008 jam 10:33am
 
suadma menulis:Iya, ini salah satu yang mengubah genre film SB dari semula shooting outdoor tangan kosong menjadi indoor dengan teknik kamera dan perkelahian yang juga berbeda dari genre sebelumnya. Dari SDM (sumber daya manusia) yang menggarap Killer Clans inilah akhirnya bibit bertumbuh hingga bersemai pada "Crouching Tiger Hidden Dragon" dan "the Matrix" misalnya. Dari segi script, intrik berlapis MBS juga kemudian menjadi trend. Bahkan menurut saya tidak ada lagi buku GL yang lapisan intriknya setebal ini, ibarat bawang: dikupas selapis masih ada satu lapis lainnya, sampai kisah habis. Di sini menunjukkan GL menyiapkan setiap lembar dan peistiwa dengan baik. Dalam menulis plotnya, dia mulai dari akhir: menyiapkan ending baru perlahan mundur ke depan. Setelah seluruh intrik dan plot jadi, baru ia tulis kata perketa dari depan ke belakang. Jelas penalarannya masih sangat kuat. Ini sangat berbeda dengan tulisan2nya setelah berjaya dan senang bermabuk2an. Ia lebih sering menulis dari depan ke belakang semata mengikuti emosi hatinya yang bergulir di tengah tetes arak yang terus mengalir. Akhirnya bagaimana, terserah nanti. Kalau perlu, kisah diselesaikan orang lain. Dengan gaya menulis seperti ini, yang mengalir mengikuti emosi, kalimat2nya indah luar biasa, tapi akibatnya ending dan bangun cerita jadi berantakan. Ada tokoh yang dimunculkan kemudian ia lupa dan tidak pernah muncul lagi, ada konflik yang ia angkat tapi tidak tahu bagaimana menuntaskannya. Ia ingin lagi menulis seperti MBS, tapi tidak bisa! Itulah sebabnya saya tidak pernah memuja nama seorang pengarang. Yang saya hargai adalah hasil karyanya. Kalau bagus ya bagus, siapa pun yang menulis, bahkan seandainya yang menulis adalah KPH suadma menulis:Memang terkesan agak artifisial, seperti film Predatornya Arnold Swrzngr. Tapi warna2 tertata indah sempurna. Purnama sungguh bulat cerah di langit yang sungguh kelam. |